Birthday

GUARDIANSHIP 37

Kegelapan sudah menyelimuti bumi. Kesepian juga mulai terasa. Semua telah terlelap kecuali mereka yang masih harus melakukan pekerjaannya. Pekerjaan di malam hari tidak terlalu banyak, karena suntuk perawat tersebut memutuskan untuk berjalan sambil memeriksa kondisi semua pasiennya.

Lorong demi lorong dilewati. Semuanya telah berada di alam mimpi dengan skenario yang berbeda. Tiba-tiba di depannya telah menunggu seorang pria sambil memainkan boneka hasil buatannya.

“Joochan? Kok belum tidur?”

Pantas Donghyun bertanya seperti itu, karena sudah tengah malam.

“Ikut aku!”

Tangannya langsung ditarik kemudian diajak masuk ke kamar yang sudah lama dia huni.

“Kenapa Joochan?”

Tangannya langsung mengulurkan boneka hasil buatan tangannya sendiri. Mengembangkan senyumnya lalu mengucapkan kata yang sangat manis.

“Selamat ulang tahun”

Sekejap pikiran Donghyun terhenti. Tidak percaya jika Joochan mengatakan hal tersebut.

“Ulang tahun?”

“Iya! Sekarang udah tengah malem kan? Udah tanggal 23 kan?”

Pikirannya berkutat dengan semua yang dikatakan Joochan. Pria di hadapannya mengingatkan jika hari ini dia berulang tahun. Pantas saja kekasihnya berniat mengajaknya pergi bersama.

“Ah, kamu kok bisa inget?”

Yang ditanya malah menaikan kedua bahunya.

“Gatau. Yang Joochan inget cuma tanggal 31 Juli, 24 Agustus, sama 23 Februari. Ulang tahun Joochan, Bomin, satu lagi pasti Donghyun, kan?”

Entah respons apa yang harus diberikan saat ini. Donghyun senang akhirnya Joochan dapat mengingat dirinya walaupun sekejap.

“Makasih Joochan”

“Sama sama. Joochan dikasih hadiah juga gak? Biasanya Bomin...”

Perkataannya terputus. Dengan sigap Donghyun langsung meraih tangan Joochan dan menempelkan bibirnya bersama. Tak tahu pikiran apa yang berada di otaknya, tapi Donghyun ingin melakukan hal tersebut pada Joochan.

Ciuman yang diberikan tak lagi lembut. Bukan lagi Donghyun yang mendominasi. Joochan langsung membalas ciuman tersebut dan berakhir semakin panas. Merasa jika perbuatannya salah, Donghyun tersentak. Tangannya mendorong Joochan dengan halus.

“Selamat ulang tahun, Kim Donghyun”

Senyuman manis langsung terlukis di wajah Donghyun. Kebahagiaan ini walaupun hanya setitik patut untuk dia rayakan.

“Makasih Joochan, soal ciuman tadi...”

Donghyun merasa perbuatannya sudah keterlaluan hingga dia berniat meminta maaf. Akan tetapi, pernyataan itu tertahan karena Joochan memotong pembicaraan.

“Gapapa kok, Joochan suka”

Dahinya berkerut, tak mengerti maksud yang disampaikan.

“Bomin juga selalu kayak gitu kalo Joochan atau dia ulang tahun”

“Bomin lagi?”

Kebahagiaan yang tadi dirasakan langsung runtuh seketika. Keyakinannya sudah pasti, memang Joochan tidak akan pernah melupakan Bomin.

“Sekarang istirahat ya, makasih kadonya”

“Sama sama”

Perkataannya dituruti dengan segera. Sepertinya memang kantuk sudah sangat dia rasakan. Sambil menenteng boneka yang diberikan, Donghyun berjalan dengan tatapan kosong. Meratapi nasibnya yang kembali merasakan sakit karena perasaannya yang tak terbalas oleh orang yang sama.

“Sayang!”

Panggilan tersebut membuat Donghyun terkejut. Ternyata kekasihnya juga datang menemuinya malam ini. Tangannya dengan sigap langsung menyembunyikan boneka yang tadi diberikan Joochan. Jangan sampai kadonya diketahui oleh Jangjun.

“Kakak disini? Kirain mau kesini pas aku selesai kerja”

“Masa kejutan dikasih tau sih?”

Bunga yang daritadi disembunyikan langsung terulur manja di hadapan Donghyun.

“Selamat ulang tahun sayang”

Masih berusaha menyembunyikan boneka yang tadi didapatkan dari Joochan. Satu tangannya yang bebas mengambil buket bunga yang indah tersebut.

“Makasih, kak”

“Kamu beneran lupa hari ini ulang tahun?”

Donghyun hanya mengangguk.

“Padahal nanti pagi juga bisa ngucapin kan, kak. Gausah repot-repot kesini tengah malem”

“Pengen aja jadi orang pertama yang ngucapin”

Donghyun terkejut. Dia sangat menghargai maksud baik kekasihnya. Sayangnya, Jangjun bukan orang pertama yang mengatakan hal tersebut.

“Aku izin buat istirahat dulu, kak. Biar kita bisa ngobrol”

Jangjun langsung menyetujui saran pacarnya. Mengulurkan tangannya agar dapat saling menyilangkan jemari satu sama lain. Tidak lupa mereka juga melukiskan senyum di wajah masing-masing.

Izin sudah didapatkan. Hari yang sudah sangat larut membuat kesulitan untuk mencari tempat yang nyaman. Tempat yang tersisa hanyalah sebuah ruangan khusus pegawai yang tersedia disana. Jangjun tidak merasa keberatan jika harus berada disana, terlebih bersama dengan kekasihnya.

“Kita cuma bisa disini, kak. Gapapa?”

Pertanyaan itu bukan dijawab. Jangjun langsung memberikan kekasihnya sebuah pelukan yang sangat hangat di tengah kedinginan malam yang menyelimuti.

“Makasih udah nyempetin waktu kesini, kak”

“Hyun, maaf kalo akhir-akhir ini kita jadi sering berantem. Maaf”

Tangan Donghyun bergerak semakin melingkar di tubuh orang tersayangnya. Suaranya masih ditahan. Dia hanya ingin merasakan kenyamanan dalam pelukan Jangjun.

“Maaf juga kalo kakak udah nyangka yang aneh-aneh soal kamu sama Joochan”

“Gausah bahas Joochan, kak!”

“Soal Seungmin, kakak gaada hubungan apapun sama dia. Terlepas dia punya perasaan atau engga sama kakak, Hyun. Kakak cuma sayang sama kamu”

Pelukan mereka terlepas dalam sekejap mata. Jangjun ingin mencari ketulusan dalam binar indah netra milik Donghyun.

“Kamu sayang sama kakak, kan?”

Donghyun mengangguk.

“Aku sayang sama kakak. Maaf juga kalo aku terlalu egois terus emosian. Aku cuma gamau kalo hubungan kita selesai gitu aja, kak”

Mereka saling memberikan kehangatan kembali. Dalam kehangatan tersebut terselip sebuah janji yang telah diikrarkan. Janji untuk selalu saling menyayangi dan mempercayai satu sama lain. Tentunya tanpa mempedulikan orang lain termasuk Joochan dan Seungmin. Hubungan yang sudah susah payah mereka jalin tidak boleh kandas begitu saja karena masalah sepele. Mereka berjanji untuk tetap saling menyayangi dan bersatu.