Hari Pernikahan

OUT OF THE BLUE 17

Aku sudah bersolek. Mempersiapkan penampilanku sebaik mungkin. Mana mau aku kalah dengan penampilan Jibeom dan Jaehyun hari ini.

Sambil menunggu kak Seungmin bersiap, aku duduk di sofa. Tidak ada lagi yang kulakukan. Hanya melamun.

Oh iya, kak Seungmin memaksa untuk ikut padahal kalian tahu sendiri aku akan ditemani Bomin. Kak Seungmin bilang dia masih dendam karena kesamaan konsep prewedku yang dipakai di pernikahan Jibeom bersama dengan Jaehyun.

“Ayo, udah siap?”

Anggukan kuberikan sambil berdiri dan menepuk jasku sedikit.

“Udah rapi belum kak?”

“Udah. Ganteng banget kamu hari ini. Pasti Jibeom nyesel ninggalin kamu”

Senyumanku miris. Kalopun memang keadaannya seperti itu, bisakah aku berharap mereka juga gagal menikah? Bukan ingin kembali pada Jibeom. Hanya ingin saja mereka merasakan hal yang sama denganku.


Perasaanku mendadak tidak nyaman. Kalian tahu kenapa? Bomin batal datang. Dia bilang ibunya sakit dan tidak tega meninggalkan. Ya, aku mengerti perasaan itu. Jika bunda sakit aku juga akan melakukan hal yang sama. Tapi untungnya, kak Seungmin datang bersamaku.

Aku tidak bisa mundur. Ragaku sudah berada di gedung pernikahan Jibeom dan Jaehyun. Dan benar prediksi kak Seungmin. Konsep pernikahan mereka adalah impian pernikahanku dulu dengan Jibeom.

Perasaanku ini tidak bisa digambarkan. Kalian bayangkan saja sendiri. Impian pernikahanku, dipergunakan begitu saja tanpa izin oleh seseorang yang batal menikah denganku.

Bukan hanya aku yang berlumuran emosi, kakakku juga. Wajahnya sudah tidak santai. Jika tidak aku tenangkan, mungkin dia akan segera melayangkan kepalan tangannya untuk Jibeom.

Aku masuk lebih dalam. Sungguh, hatiku semakin teriris. Semua detail yang aku inginkan untuk pernikahanku sama persis. Entah apa yang Jibeom pikirkan saat ini. Apakah Jaehyun tahu jika dia mengambil ide pernikahan dariku? Entahlah.

Suara dentingan piano membuyarkan kefokusanku terhadap desain pernikahan. Aku dan kak Seungmin memutuskan untuk tidak naik ke altar pernikahan. Sekedar menyapanya saja aku tidak mau, padahal manikku dengan Jibeom sudah bertemu berulang kali. Kak Seungmin bahkan tak sedikitpun menyenggol makanan yang disediakan disana. Aku pun begitu.

Dentingan piano itu kini diiringi suara merdu dan lembut. Tunggu, sepertinya aku mengenal suara itu. Sangat tidak asing.

“Joochan?”

Aku berbalik. Mencari sosok yang sedang melantunkan suara merdu itu. Dan benar saja, memang Joochan yang bernyanyi.

Sesaat aku tersenyum. Joochan terasa sebagai air di saat aku sedang merasakan dahaga. Terima kasih Tuhan, kau memberikan setitik ketenangan lewat kedatangan Joochan.


“Hyun, kamu kesini juga ternyata”

Penyanyi di pernikahan Jibeom dan Jaehyun bukan hanya Joochan. Jadi ketika ada yang menggantikan, Joochan bisa menyapaku. Entah dimana kesadaranku, tapi ketika Joochan menyapa aku malah mengalungkan tanganku padanya.

“Temenin aku Joo”

“Bomin mana?”

“Ibunya sakit gajadi dateng deh. Kesel kan. Eh tapi gapapa sih namanya ibu dia sakit ya masa aku larang sih buat jagain”

“Sendirian?”

Aku menggeleng sambil terus mengalungkan tanganku.

“Terus sama siapa?”

“Kakak”

“Mana?”

Aku berputar mencari keberadaan kak Seungmin sambil tetap menautkan tanganku dengannya.

“Hyun, lepas dulu elah. Ga gerah kayak gini terus?”

“Ada yang marah aku kayak gini sama kamu?”

“Engga sih”

“Yaudah diem. Aku takut”

“Takut apa sih?”

“Gatau”

Memang itu yang kurasakan. Takut. Tapi tidak tahu apa alasannya. Ketika sedang mencari kak Seungmin, tak kusadari pasangan pengantin itu menghampiriku dengan Joochan.

“Oh, hai. Selamat atas pernikahan kalian”

Aku hanya diam dan bertatapan dengan Jibeom. Sambil terus mengeratkan tanganku pada Joochan.

“Kalian kenal?”

“Donghyun? Kenal dong. Kenal banget malah”

Aku tersenyum ketika Joochan menjawab pertanyaan Jaehyun. Tak kusangka, dia juga malah menautkan jariku dengan jarinya. Genggamannya sangat erat. Bisa kulihat Jibeom yang kebingungan dan terus melihat genggaman tangan kami. Apakah aku sudah menang pada tahap ini? Mungkin tidak, tapi aku bahagia. Terima kasih Joochan.

“Hyun, nyari makan yu”

Tangan Joochan mengelus pipiku ketika mengajak mencari makanan. Seketika aku mendengar gumaman Jaehyun.

“Kalian pacaran?”

Sayangnya, pertanyaan itu tak dijawab Joochan. Dia malah melambaikan tangannya dan mengajakku menjauhi pasangan pengantin tersebut.

“Sorry”

“Gapapa kok”

“Itu mantan kamu?”

Benar sekali tebakanku, Joochan melakukan hal tadi karena tau mantanku yang menikah.

“Hhmmm, itu. Jibeom”

“Biarin aja. Gausah galau. Dia rugi ninggalin kamu. Aku yakin deh”

Senyumanku terukir kembali. Tak kusangka, Joochan mahir sekali membuatku tersenyum.

“Aku harus kerja lagi, kakak kamu mana?”

Hembusan napasku lega ketika melihat kak Seungmin berjalan ke arahku.

“Kakak kemana aja sih”

“Maaf, Hyun. Kakak kesel aja disini. Ayo pulang”

Aku memberikan kode pada kak Seungmin jika aku bersama dengan seseorang. Syukurlah dia menyadari dan tidak jadi melemparkan sumpah serapah bagi Jibeom.

“Joochan kak, temen kerja aku”

“Seungmin”

Mereka berjabatan tangan sebelum akhirnya kak Seungmin membawaku lari dari pernikahan Jibeom.