LED ME TO THE AIRPORT

Jadwal tour dimulai. Hari ini, delapan pria tampan akan menghibur para penggemarnya di belahan dunia yang berbeda. Melakukan aksi panggung terbaik setelah berlatih sangat keras.

Beberapa menit berlalu, kedua kendaraan akhirnya sampai di bandara. Joochan sudah turun terlebih dahulu sambil menyapa beberapa flash kamera dengan senyuman manisnya. Tak lupa tangannya juga ikut dilambaikan. Lirikan tertuju pada mobil yang baru saja terbuka. Joochan mendekat sambil terus membuat tangannya melambai. Kacamatanya dimainkan dengan membuka sisi warna hitam ke arah atas.

Sebenarnya Joochan melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan. Dia hanya mengulur waktu menunggu kekasihnya keluar mobil. Setelah ekor mata menangkap sosok terkasih, langkah dilanjutkan sambil tetap menjaga jarak agar tidak terlalu menjauh.

Sebelum melanjutkan perjalanan, delapan orang pria tampan diminta untuk melakukan kembali sapaan. Donghyun sudah berada di posisi terapit oleh Bomin dan kekasihnya. Ketika semua atensi diberikan pada mereka, Joochan melulu menunjuk gelang couple yang dia miliki dengan Bomin. Tangan mereka bergenggaman hingga sesekali membuat fokus Donghyun teralihkan pada genggaman tersebut.

“Sayang, tuker posisi, dong” bisiknya pelan kemudian menggeser lembut bahu Donghyun.

Ekspresi datar hanya diberikan dan lanjut melambaikan tangan pada puluhan reporter di bandara. Beberapa menit setelahnya, Donghyun berjalan terlebih dahulu hingga tak sadar melebarkan jarak dengan kekasihnya.

“Kak!”

“Oy!” Joochan melihat ke samping tempat Bomin berdiri.

“Kak Donghyun kayaknya marah, deh. Lagian main pindahin tempat aja, terus pamer-pamer gelang. Udah tau Kak Donghyun sensian!”

“Masa, sih?”

“Liat! Jalannya aja ngejauh, kan? Ngambek, tuh!”

Perkataan Bomin membuat Joochan khawatir. Otaknya dibuat berputar cepat untuk mencari cara agar emosi Donghyun secepatnya diredam. Jarinya mengurut kepala hingga tak sengaja menyentuh kacamata yang sedang dia pakai.

“Ah! Kacamata!”

Joochan berlari kecil mendekati kekasihnya. Tersenyum manis kemudian mengangkat kedua alisnya. Donghyun hanya mengerutkan dahinya tak mengerti dan berniat meninggalkan Joochan. Namun, kepergiannya tentu saja ditahan.

“Sayang, mau kemana?”

“Masuk, lah!”

“Mau pake, gak?” modus dimulai.

Anggukan diberikan lalu membuat pergerakan tangan Joochan kembali lihai. Kacamata dibuka dan dipakaikan pada kekasihnya. Sesaat senyumnya melebar melihat Donghyun memainkan kacamata miliknya. Ditemani Seungmin, kekasihnya terus menaik turunkan bagian hitam dengan diselingi gelak tawa.

“Lucu!” atensinya diberikan pada sang kekasih.

“Kacamatanya?”

“Kamu, lah...” tanggapannya masih dingin. Padahal Joochan berusaha mencairkan suasana canggung dengan sang kekasih.

Donghyun mengembalikan kacamata milik kekasihnya dengan tetap mempertahankan raut datarnya. Joochan merengut manja tetapi tak berakibat apapun pada Donghyun. Kekasihnya kembali melebarkan jarak dan meninggalkan Joochan di belakang.

Donghyun sudah sampai terlebih dahulu. Di depannya sudah mengantri Jaehyun dan Seungmin. Satu tangannya menggenggam erat tas ransel yang hanya terkait sebelah. Menundukan pandangan untuk menunggu gilirannya tiba.

Pandangannya tertuju pada tas hitam yang tersimpan di sebelahnya. Setelah itu, bahunya merasakan sentuhan yang tak asing. Sang pemilik tas, Hong Joochan, seakan memberikan tanda jika Donghyun tidak boleh meninggalkannya. Bahunya terus digenggam erat karena Joochan tak mau lagi berjauhan dengan kekasihnya.

“Sayang?” bisiknya pelan.

“Euumm?” jawabnya singkat.

“Marah?”

Jawabannya hanya menggeleng sembari menajamkan tatapan. Tangan yang masih di bahunya sesekali berusaha dihempaskan lembut tapi Joochan tak mau. Pria manis ini bukan tidak mau berdekatan dengan kekasihnya. Dia hanya tidak mau menjadi objek perhatian banyak orang di bandara.

Selesai melakukan berbagai pengecekan, semua orang telah bersantai dan masuk pesawat. Pun dengan Joochan dan Donghyun yang secara kebetulan duduk sebelahan. Donghyun masih asyik dengan dunianya sendiri. Enggan melulu berselimutkan keheningan, Joochan menyatukan bahunya dengan Donghyun hingga atensi diberikan.

“Apa, sih?”

“Maaf, sayang...” dengan manja, Joochan mengalungkan tangannya di pinggang Donghyun. Tak lupa, kepalanya juga disandarkan di bahu sang kekasih.

“Maaf? Maksudnya?” bahu tempat bersandar digerakan agar Joochan menaikan kepalanya.

“Kamu marah, kan?”

Pertanyaan kedua kalinya terdengar oleh Donghyun. “Marah? Siapa yang marah?”

“Kamu! Ya, masa aku, kan aku yang nanya!”

“Gak jelas!” Perhatian langsung dialihkan. Donghyun menatap jauh ke arah jendela.

“Tuh, kan!”

“Apa, sih, Joo? Aku gak marah! Marah kenapa pula? Kamu gak salah apa-apa.”

“Soal gelang tadi? Eeuummm maaf, aku gak maksud geser posisi kamu. Maaf, sayang. Jangan marah lagi, abisnya kamu jalannya ngejauh banget. Aku ajak becanda, gak mempan. Aku deketin malah terus ngejauh. Kan, bete. Maaf, sayang.”

Donghyun hanya terdiam. Dia tidak menyangka jika kekasihnya akan berpikiran aneh seperti sekarang, padahal Donghyun tidak bermaksud seperti itu. Tawa tertahan, Donghyun hanya mengusak kedua pipi kekasihnya.

“Aku gak marah, kok. Cuma males aja jadi tontonan orang banyak, Joo. Hubungan kita, ya kita aja yang tau. Orang lain gak usah ngerecokin. Kamu kayak baru sebentar aja pacaran sama aku! Aneh!”

“Takut aja kamu ngambek. Nanti baikannya lama, aku kesepian!”

Tanggapannya hanya menggeleng saja. Kekasihnya memang terlalu khawatir dengan hal yang belum tentu terjadi. Sebagai bukti bahwa dirinya tidak marah, Donghyun membalas pelukan Joochan sekejap.

“Udah! Aku gak marah, kok.”

Kali ini giliran Joochan yang mengusak pipi kenyal kekasihnya. Kecupan juga diberikan disana. Hatinya sudah tenang karena ternyata hubungan mereka masih dijaga semesta. Joochan semakin menyayangi Donghyun.

“Mau foto gak, sayang?”

“Gak!” jawabnya ketus.

Pertanyaan itu sebetulnya tak perlu lagi diajukan. Joochan sudah paham betul jika kekasihnya sulit sekali diajak untuk mengabadikan moment bersama. Namun, Joochan enggan mengabaikan kebersamaan begitu saja. Diam-diam, Joochan memotret gambar dirinya bersama sang kekasih. Setelah itu, tersenyum dan diam-diam memamerkannya pada para penggemar.

“Joo!”

Dilarang melanjutkan suaranya, Joochan segera menyimpan telunjuk di bibir Donghyun. Dia tahu sekali jika kekasihnya akan menggerutu karena postingan terbaru yang dibagikan.

“Satu aja, sayang! Pamer aja ke orang kalo aku duduk sama kamu! Janji, cuma upload satu! Jangan marah.” kecupan manis di pipi diberikan. Joochan menundukan pandangan sembari menenggelamkan diri dalam dekapan Donghyun. Untung saja, Donghyun tidak memperpanjang hal tersebut. Joochan sangat menikmati kebersamaannya dengan Donghyun saat ini. Kesibukannya tidak akan terasa lelah selama dia bisa melihat wajah manis kekasihnya.