mystikó
April, bulan keempat yang membawa banyak keindahan. Saat bunga bermekaran setelah lama membeku. Keelokannya mampu menyihir suasana hati agar terus membaik. Terlebih untuk pria jangkung dengan paras tampan, Son Youngtaek. April sangat bermakna baginya. Saat itulah dirinya dilahirkan. Dia lahir ketika bumi sedang sangat indah.
Beberapa hari ini ada hal aneh yang sedang dirasakan Youngtaek. Di saat yang tak terduga, dia akan dikirimi barang dari seseorang misterius. Terdapat sebuah pesan memang, namun pengirimnya anonim.
Dia pernah mendapatkan bunga ketika baru saja masuk ke kelas. Bunga cantik itu tergeletak tak bertuan di atas meja belajar yang biasa digunakan Youngtaek. Sebuah susu kotak, kopi hangat, air mineral, dan coklat pernah mendarat di tangannya melalui perantara teman sekelasnya. Sayangnya ketika ditanya mengenai pengirim, tak ada satu pun yang bersuara.
Awalnya Youngtaek menyangka jika semua hal manis ini dilakukan kekasihnya, Kim Jibeom. Akan tetapi ketika diselidiki lebih dalam, prediksinya salah. Hal itu yang menyebabkan Youngtaek merahasiakan semuanya dari Jibeom. Dia berjanji jika sudah mengetahui pengirim misterius tersebut, kekasihnya juga akan diberikan kabar.
Satu hari tersisa sebelum Youngtaek berulang tahun. Kegiatan di kampusnya telah lama selesai. Sengaja perpustakaan dijadikan tempat untuk menunggu. Kekasihnya belum menjemput, sulit memang jika memiliki pasangan lintas fakultas.
“Kak, ada titipan. Katanya buat Kak Youngtaek.” mahasiswa baru yang cukup asing tersebut langsung berlari setelah memberikan sebungkus jelly untuknya.
Terjadi lagi. Dia mendapatkan kiriman misterius yang membuatnya penasaran. Tidak ada yang mengganggu. Semua yang di lakukan orang tersebut di luar dugaan membuat Youngtaek nyaman. Dia sangat mengetahui semua hal yang membuatnya nyaman.
Lamunan dihentikan getaran handphone berisikan panggilan dari Jibeom. Tangannya dengan sigap langsung menerima panggilan tersebut. Menyambungkan komunikasi jarak jauh dengan pujaan hatinya.
“Aku di perpus, kamu kok lama, sih?”
“Maaf, sayang. Ini otw perpus, kok. Tadi dosennya malah keenakan ngobrol di kelas, jadinya lama. Tunggu bentar.” Suara Jibeom tergesa.
“Gak usah lari-lari, aku tungguin. Santai aja.”
Sambungan telepon tersebut tak lama. Selesai dengan itu, Youngtaek membereskan semua barangnya. Jelly yang tadi dikirimkan pun sudah terdapat di dalam tasnya.
Kekasihnya akan sampai sebentar lagi, dia harus bergegas keluar dari perpustakaan.
“Sayang, maaf. Nunggu lama, ya?”
Suara memelas itu diiringi dengan pelukan hangat. Youngtaek tentu saja membalasnya. Dia tahu pasti jika kekasihnya tidak mungkin berbohong.
“Kita mau kemana hari ini?” Pertanyaan tersebut terlontar dengan posisi masih saling memberikan dekapan hangat.
“Biasanya aku yang diajak, sayang. Aku sih ngikut aja kamu mau kemanapun.” Jawaban biasa jika pertanyaan tadi diajukan Youngtaek.
“Aku gak ada rencana apapun, sih. Kita pulang aja gimana?”
“Yakin?”
Youngtaek mengangguk tanpa ragu, “Aku ngantuk.”
“Bukan marah gara-gara aku lama, kan?”
“Engga, kok. Kalo marah mungkin aku udah pergi dari sini. Ayo, pulang!”
Keinginan Youngtaek sudah seperti perintah seorang raja yang wajib dipenuhi Jibeom. Dalam hitungan detik, Jibeom akan langsung menurutinya.
Sendirian. Youngtaek sudah sendirian di dalam kamar yang dua tahun ini dia sewa selama kuliah. Merasa tidak ada lagi yang akan dikerjakan, tubuhnya direbahkan dan memejamkan mata.
Sampai akhirnya sebuah ketukan pintu mengganggu, “Yaampun, baru mau tidur. Ada aja yang ganggu.”
Langkahnya malas. Diseret dengan kekuatan tersisa menuju pintu masuk. Ketika terbuka, tidak ada seorang pun yang nampak.
“Ngeselin!”
Badannya akan dibuat berbalik, secara kebetulan netranya melirik sesuatu mencurigakan di bawah sana. Terdapat sebuah kotak berbentuk persegi panjang. Sengaja disimpan berdiri dengan pita yang terikat kuat.
“Ini apa?” Gumam Youngtaek sambil masuk kembali.
Pita yang mengunci segera dibuka simpulnya. Membuka dengan sangat pelan dan penuh kelembutan. Sedetik kemudian, sebuah botol berukuran sedang terlihat. Berisi susu segar yang memang biasanya dia minum sebelum tidur.
“Siapa sih yang kirim semua ini? Aneh, deh.”
Tanpa ragu, Youngtaek meminum susu tersebut sampai habis tak tersisa. Entah mengapa, dia merasa jika tidurnya akan sangat lelap dan dinaungi mimpi indah.
Sudah tengah malam, secara tidak sengaja pejamannya terbuka kembali. Terganggu karena tamu yang seenaknya saja mengetuk pintu saat tengah malam.
“Udah jam segini yaampun! siapa, sih?”
Jalannya dibuat setengah berlari agar suara ketukannya segera berhenti. Sesaat setelah terbuka, tidak ada lagi sosok yang terlihat. Sama seperti tadi, buket bunga cantik dengan kue ulang tahun indah tersimpan disana.
“Dia sampe tau hari ulang tahun aku? Ini siapa, sih?” Rasa penasarannya semakin tinggi, tapi otaknya tidak terbayang sama sekali tentang sosok pengirim tersebut.
“Siapapun kamu, makasih. Aku gak yakin Jibeom inget hari ini ulang tahun aku. Hubungan kita aja baru membaik dua bulan terakhir ini. Kita masih perlu banyak adaptasi. Sekali lagi makasih udah jadi orang pertama yang ngucapin. Kayaknya lebih seru kalo kita ngerayain barengan, deh.” Harapan disuarakan. Lilin ditiup setelahnya.
“Sayang, mau nonton?” Ajakan yang tidak buruk. Youngtaek hanya mengangguk manis.
Dugaannya tepat sekali, Jibeom memang melupakan hari ulang tahunnya. Tapi, tak apa. Youngtaek tidak mau hubungan mereka merenggang saat hari istimewanya.
“Tunggu sini, aku beli tiket dulu.”
Mengabaikan perintah Jibeom, kaki Youngtaek malah bergerak menjauhi bioskop. Netranya menangkap sosok yang sangat tak asing. Dengan langkah terburu-buru, Youngtaek mengejar pria yang dia yakini sangat dikenalnya.
“Kak Jangjun!” Suaranya bergema. Menghentikan pria dengan beberapa jinjingan belanjaan itu. Memanfaatkan langkah yang terhenti, Youngtaek berlari mendekat.
“YOUNGTAEK?” Respons yang diberikan lebih terkejut.
Sembari menahan air mata, yang lebih muda semakin berlari dan berakhir dengan sebuah pelukan kuat.
“Kakak kemana aja? Kenapa gak pernah ada kabar? Salah aku apa, Kak?”
“Kamu gak bersalah. Kakak aja yang gak pantes buat kamu.”
Pelukan dilepas dengan pipi yang basah, “Kok kakak ngomongnya gitu?”
“Balik sama Jibeom, ya. Kasian nanti dia nyariin kamu.”
Jarak tak jadi melebar karena jemari menahan pergerakan, “Kakak tau Jibeom?”
“Hubungan kalian baru aja membaik, kan? Kamu pasti bahagia sama dia. Kakak yakin.”
“Jelasin semuanya sama aku, Kak!”
Jangjun menggeleng dan malah memberikan semua belanjaannya pada pria yang sedang berulang tahun itu, “Selamat ulang tahun Youngtaek. Kakak selalu sayang sama kamu. Bahagia terus, ya.” Bilah bibir mereka menempel beberapa detik.
“KAK!”
Jangjun pergi dan mengabaikan semua panggilan. Beberapa belanjaan yang tadi diberikan sudah terbungkus kado yang indah. Matanya memicing ketika mendapati sebuah kartu pesan yang tidak asing.
Youngtaek tersentak, “Jadi selama ini Kak Jangjun yang ngirim? Ini maksudnya apa, sih, Kak?”
Tubuhnya melemas terlebih dia tidak mendapatkan informasi apapun ketika Jangjunnya kembali. Pria yang dicintainya menghilang lagi dan meninggalkan tanpa kabar.
“Kak Jangjun jahat!”
Dulu, Jangjun dan Youngtaek menjalin hubungan tak terpisahkan. Cinta mereka sangat dalam dan tulus. Keduanya tidak pernah sedikit pun terlihat bertengkar.
Ternyata orang tuanya Youngtaek diam-diam tidak merestui hubungan mereka. Jangjun terus saja diancam dan diteror untuk meninggalkan anaknya. Keputusan sulit akhirnya diambil Jangjun. Dia rela meninggalkan Youngtaek, asal pria manisnya selalu bahagia.
Jangjun pergi tanpa kabar apapun. Hubungan diputuskan begitu saja tanpa kejelasan. Youngtaek dipaksa untuk memikirkan sendiri alasan kepergian Jangjun. Bahkan, Jangjun rela dibenci oleh orang terkasihnya.
Kerinduannya akhir-akhir ini terasa kembali, apalagi hari ulang tahun Youngtaek akan segera tiba. Itulah alasannya Jangjun mengirimkan semua barang yang dibutuhkan dan disukai Youngtaek. Kebahagiaan Youngtaek adalah segalanya bagi Jangjun. Sebenarnya dia berkeinginan merayakan ulang tahun Youngtaek bersama. Tapi, semuanya hanya khayal belaka. Jibeom pasti akan marah jika mengetahui keinginan tersebut.
Jangjun tidak mau merusak hubungan yang baru saja terjalin manis. Awalnya, hubungan mereka tidak berjalan baik. Youngtaek dan Jibeom dipaksa untuk saling mencintai. Orang tua mereka bersahabat sejak lama dan tidak mau hubungan tersebut terputus begitu saja. Akhirnya, timbul ide untuk menjodohkan Youngtaek dan Jibeom.
Youngtaek belum bisa melupakan Jangjun. Makanya hubungan itu sulit sekali menemui titik terang. Namun sebagai anak yang berbakti pada orang tuanya, baik Jibeom atau Youngtaek berusaha menumbuhkan rasa cinta tersebut walaupun sulit. Dan akhirnya, mereka perlahan mulai membuka hati satu sama lain. Itulah alasannya, Jibeom melupakan hari ulang tahun Youngtaek. Mereka berdua memang tidak pernah memiliki rasa penasaran dalam dirinya tentang pasangan masing-masing.
Semua rahasia manis terungkap, tapi rahasia kepergian terkasihnya tersilap. Roman baru perlahan terjalin, melepaskan ketulusan cinta yang susah payah terangkai.