PARFUME
Cuitan burung berulang kali memekik di telinga. Angin pun meniupkan desiran kedinginan yang menusuk. Namun, hal tersebut tidak membangunkan Donghyun yang terlelap. Matanya enggan mengerjap karena mengambil kesempatan beristirahat lebih lama ketika libur tiba.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Joochan mengendap sekaligus memerhatikan sekitar. Lirikannya di tengok ke kanan dan kiri, cemas jika seseorang memergoki kedatangannya di kamar Donghyun.
“Sayang!” suaranya pelan dan tak menggerakkan tubuh kekasihnya sedikitpun.
“Donghyun sayang...” nada yang dikeluarkan semakin manja sekaligus menggoyangkan tubuh yang terpejam. Joochan juga masih terus memeriksa keadaan sekitar.
Masih belum melihat pergerakan dari kekasihnya, Joochan berinisiatif untuk mengambil langkah lain. Jarak perlahan didekatkan sekaligus menempelkan bibir mereka berdua.
Donghyun terkejut dan mendorong tubuh kekasihnya, “Kamu ngapain, sih? Kalo orang lain liat, gimana?”
“Jangan berisik! Aku kesini diem-diem malah kamu yang teriak. Nanti yang lain pada tau!”
Hubungan mereka belum dipublikasikan dengan luas. Peraturan asrama yang sangat ketat menyebabkan romansa mereka terhalang. Risiko yang harus diambil sangat menyakitkan, tetapi mereka tak dapat memilih apapun. Asrama yang mereka tempati sangat taat peraturan. Jika tersilap sedikit, bahaya akan langsung mengintai.
“Keluar!”
“Aku tunggu di taman biasa jam 10, sayang. Bye!”
Kecupan di pipi menjadi saksi bisu perpisahan mereka. Guling yang berada di dekatnya melayang sampai ke pintu karena perbuatan Joochan yang membuat jantungnya berolahraga. Donghyun tidak mau menanggung akibat jika hubungan mereka diketahui banyak orang.
Berhubung hari libur, semua penghuni asrama tak diinterogasi mendalam jika akan meninggalkan asrama. Pihak asrama memberikan kebebasan ketika libur telah tiba, tetapi dengan syarat harus kembali tepat waktu. Maka dari itu, Donghyun dengan leluasa mendapatkan izin untuk bertemu Joochan. Tentu saja izin yang diucapkan bukan karena Joochan, cari mati jika Donghyun memberitahukan kejujuran.
“Mau ngapain, sih?” tanya Donghyun ketus ketika kondisi sudah sangat aman.
“Anter aku beli parfum, udah abis!” deretan gigi putih terpampang beriringan dengan senyuman yang manis.
“Yaudah, ayo!”
“Ih, tunggu!” gerak kekasihnya dihentikan karena Joochan menarik ujung pakaian yang dikenakan Donghyun.
“Apalagi?”
Joochan membuka lebar telapak tangannya, “Ayo!”
“Gausah macem-macem, Joo. Nanti kalo ketauan gimana?”
“Sayaaaaaang, ini jauh banget dari asrama, loh. Gausah takut.”
“Gak mau!”
Langkah terus melaju di depan Joochan. Menyadari keinginannya diabaikan, Joochan berusaha merajuk. Namun, sifat dingin kekasihnya masih sulit dirobohkan. Donghyun terus saja pergi hingga mereka sampai di tujuan.
Toko parfum langganannya telah dipijak. Joochan mengusak rambut kekasihnya terlebih dahulu karena gemas melihatnya hari ini. Donghyun hanya menepis tangannya karena takut jika tiba-tiba seseorang melihat kemesraan mereka berdua.
“Sayang, gak usah khawatir, sih. Kita cuma berdua aja, gak ada yang bakalan tau.”
“Iya, iya! Udah buruan pilih, udah tau mana yang harus dibeli, kan?”
“Aku mau ganti, ah! Bosen parfumnya itu mulu.”
Modus dimulai, Donghyun hanya melihat miris tingkah kekanakan kekasihnya. Namun, dalam hati terdalamnya, Donghyun bersyukur karena akhirnya dia bisa merasakan kebersamaan lagi dengan kekasihnya.
“Sayang, ini gimana?” Joochan mengacungkan satu botol parfum pada kekasihnya.
“Ciumlah!”
Joochan menurut. Kepalanya mendekat dan mengecup salah satu sisi dari pipi menggemaskan milik Donghyun.
“Ih! Kok malah cium-cium?” kakinya bergerak geram. Ekspresinya juga tak kalah terkejut.
“Lah, kamu yang nyuruh. Aku sih nurut aja.”
“Parfumnya, Joo. Bukan aku!” serangnya sangat geram.
Gelak tawa mengisi ruangan dengan bau wewangian yang beragam. Joochan sukses menggoda kekasihnya setelah sekian lama bersandiwara di asrama. Enggan mendapatkan ocehan lebih lama, Joochan segera membuka tutup parfum dan mengisap baunya.
“Kok gak kecium ya, sayang?”
“Yaampun, Joo! Kamu belajar dari siapa nyium parfum kayak gitu?”
Modus dimulai kembali. Sembari memberikan wajah naif, Joochan hanya mengerutkan dahinya. Tak lama kemudian, Donghyun memberikan tatapan menyeramkan.
“Nyantai aja, sayang. Jangan marah-marah, ah!”
Joochan menyemprotkan parfum ke udara. Mendekatkan hidungnya ke semprotan yang beterbangan di udara.
“Aw! Aaaarrgghh!”
“Kenapa?”
“Perih! Tolongin aku, sayang.”
Melihat kekasihnya kesakitan, Donghyun ikut panik. Kedua ibu jarinya segera mengusap sepasang mata Joochan yang masih terpejam. Bibirnya juga meniupkan udara agar perihnya segera menghilang.
“Makasih, sayang” sahutnya ketika mata terbuka.
Donghyun otomatis memundurkan kepalanya karena jarak mereka semakin menipis. “Eeuuhh! Modus!”
Donghyun menyabet parfum yang dipilih Joochan. Menyemprotkannya pada pergelangan tangan Joochan kemudian menempelkannya pada hidung kekasihnya.
“Tuh, suka gak wanginya?”
“Kok aneh, ya? Cium coba, sayang.”
Pergelangan tangannya didekatkan pada Donghyun. Tanpa curiga, Donghyun meraihnya dan menghisap bebauan yang menempel.
“Enak wanginya, kok. Aneh sebelah mananya?”
“Aku gak suka, kita cari yang lain, sayang.”
Bola matanya berputar kesal. Kekasihnya sedang mengulur waktu lebih lama agar kebersamaan terus terjalin. Setelah waktu memberikan ruang bersama lebih lama, Donghyun lebih berani memberikan genggaman pada jemari kekasihnya.
Joochan hanya tersenyum tipis. Keberanian kekasihnya patut diberikan penghargaan. Jarinya tidak mungkin hanya diam, Joochan membalas genggaman agar lebih kuat.
“Aku mau nyoba ini, sayang.”
Tanpa berkomentar banyak, Donghyun memberikan anggukan. Setelah memutar botol parfum berulang kali, Joochan akhirnya menyemprotkan parfum untuk menyesap wanginya. Kali ini dengan sangat berani Joochan menyemprotkannya pada pakaian yang dikenakan Donghyun. Letaknya tepat di bahu.
“Ih, kenapa disemprot kesitu!”
“Diem, sayang!”
Suaranya bagai menghipnotis pergerakan Donghyun. Tepat ketika Joochan mendekat, Donghyun menahan napasnya. Mata dipejamkan karena Joochan cukup lama menghirup wangi parfum yang tadi dikenakan. Tahap terakhir, Joochan memberikan kecupan di bahu dan tersenyum manis.
“Joo!”
“Harumnya enak, sayang. Tapi, aku masih mau nyari yang lain lagi.”
“Semprot di baju kamu aja, kenapa harus ke aku, sih?”
“Daripada aku cobain di baju orang lain?”
“Awas aja sampe kayak gitu!”
Joochan mengernyitkan hidungnya lalu menarik kembali kekasihnya. Berkeliling kembali sekaligus mencari parfum yang menarik perhatian.
“Ini bagus kayaknya, sayang.”
Botol baru telah diraih. Donghyun hanya melirik tajam dan mengantisipasi jika Joochan melakukan hal yang lebih aneh.
“Diem, sayang!”
“Mau ngapain?”
Protes yang diteriakkan tak menghentikan perbuatan Joochan. Dia menarik kekasihnya mendekat dan menyemprotkan parfumnya tepat di area belakang telinga. Tanpa menghabiskan waktu, mendekati area tersebut dan memainkan napasnya beberapa kali.
“Joo!”
Donghyun malah mengeratkan pegangan. Memejamkan mata kembali dan sedikit menaikan bahunya. Setelah kembali berhadapan, Donghyun melepaskan genggamannya.
“Modus mulu! Buruan pilih parfumnya mau yang mana!”
“Yang awal deh, sayang.”
Langkah mendahului Donghyun. Di belakang Joochan, dia mengepalkan kedua tangannya karena kesal. Jika pilihan pertama membuatnya jatuh cinta, menurut Donghyun tidak perlu repot untuk mencoba aroma lain seperti tadi.
“Bayar buruan!”
“Jangan bete gitu dong, sayang.”
“Lagian kamu, sih. Kalo udah suka dari awal kenapa gak diambil aja? Kenapa harus muter-muter, sih?” nadanya lantang.
“Maaf, aku kangen aja sama kamu, sayang. Kalo di asrama mana bisa kita kayak gini? Mau deket aja kamu gamau, kan? Maaf kalo gak suka.”
“Bukan gak suka, Joo...”
Joochan enggan mendengar pembelaan dan langsung menuju kasir. Donghyun merasa sikapnya terlalu berlebihan. Rautnya masih cemas dan menatap Joochan yang sedang melakukan transaksi.
“Joo!”
“Apa?”
“Parfumnya mana? Tadi kamu bilang di awal gak suka, loh!”
“Peka dikit dong. Aku cuma pengen lama-lama sama kamu!”
“Sini parfumnya, aku mau nyoba.”
Tangannya terulur. Joochan membuka tas belanjaannya dan memberikan botol parfum pada Donghyun. Dengan sigap, pergelangan tangan Joochan diraih hanya untuk disemprotkan parfum yang digenggam. Setelah itu, Donghyun membalik tangannya dan mengecup punggung tangan kekasihnya.
Kecupan tadi membuat kedua alis Joochan terangkat, “Kamu ngapain, sayang? Yang disemprot pergelangan tangan kenapa malah nyiumnya beda?”
“Aku suka...”
“Tuh, kan... Kamu aja suka wanginya.”
“Suka kamu, Joo.”
Tawa membahana di seisi toko. Joochan tak menyangka jika Donghyun akan menggodanya sejauh ini. Kedua tangannya menangkup di pipi Donghyun dan menyatukan dahi bersama.
“Makasih, sayang.”
Donghyun hanya mengangguk dan mengalungkan tangannya dengan kuat. Mengajak kekasihnya kembali berjalan-jalan untuk menghabiskan hari. Kebersamaan mereka bagai memberikan tanda pada semesta jika hubungan romansa yang terjalin tak mungkin dihentikan oleh apapun.
FIN