SPRING

Mekarnya bunga saat April menggambarkan kebahagiaan Youngtaek saat ini. Kakinya menggantung sembari digoyangkan perlahan. Sebuah kursi kayu berwarna coklat menjadi teman menunggunya.

Semesta memang sangat indah. Terlebih saat bulan keempat tiba. Bunga bermekaran menghiasi seluruh kota. Memanjakan pandangan yang lelah setelah beraktivitas.

Satu hembusan ditarik kuat. Lirikan netranya tertuju pada waktu yang ditunjukan ponselnya. Perlahan kekhawatiran tercuat, kekasihnya belum juga datang. Tak biasanya dia terlambat.

Akhirnya, senyuman manis terlukis di paras laki-laki berulang tahun. Betul sekali, hari ini Youngtaek berulang tahun dan memiliki sebuah pertemuan manis dengan pujaan hatinya, Bae Seungmin.

Tubuhnya dibuat berdiri sambil melekatkan pandangan jauh. Seungmin terlihat berlari kencang. Yang menunggu terus tersenyum sambil meregangkan tangannya.

Mereka berpelukan. Hangat sekali di tengah bunga mekar nan indah. Dimanjakan hembusan angin lembut yang menerpa. Disempurnakan oleh keindahan romansa yang dimiliki.

Sesaat setelah tautan terlepas, Seungmin menyesal. Keterlambatannya pasti membuat kacau.

“Maaf jadi nunggu lama, tadi...”

Youngtaek tidak memberikan waktu beralibi. Bibirnya langsung disergap dengan kecupan manis nan lembut. Dia mengerti sekali, pasti akan ada hal penting yang membuatnya terlambat.

Tak apa, asal kau selalu bersamaku.

Ketenangan sudah didapatkan. Jemari mereka bersatu cukup erat. Langkah bergerak serempak, pelan dan berirama. Sudut pandang berputar melulu pada keindahan taman yang sedang mereka pijak.

Seungmin berhenti di tengah ribuan bunga yang merekah. Sejenak Youngtaek berkutat dengan khayalnya, pria kesayangannya itu sangat manis. Tak kalah manis dengan ribuan bunga yang mengelilinginya. Dialah bunga terindah dalam kehidupan Youngtaek. Bunga yang akan selalu dijaga agar mekar setiap waktu, bukan berdasarkan musim yang diatur semesta.

Sepasang tangan mungil memamerkan sebuah kotak kecil dari dalam saku. Pemberiannya disambut hangat dengan sudut bibir yang terus terangkat. Sekarang, mereka berdua menggenggam kado bersama.

“Makasih, sayang.” Suara indah itu, akan sangat dirindukan oleh Seungmin.

Tangisan tak dapat lagi dibendung, Seungmin harus meninggalkan dunia indahnya.

Kedua tangannya melepaskan kado yang tadi tergenggam. Beralih menjadi pelukan sarat kesedihan. Tangisannya bahkan semakin terisak hingga pelukan dikuatkan.

“Kenapa, sayang? Kok nangis?”

Masih dalam kehangatan dekapan dunia yang akan dilepaskannya, Seungmin menggeleng. Mengucapkan kalimat pengharapan sebelum terpaksa pergi.

“Selamat ulang tahun, sayang.” Pelukan sama-sama dieratkan.

Dan selamat tinggal. Maaf


Satu jam sebelum bertemu Youngtaek. Seungmin merasa pertahanannya diruntuhkan paksa. Kekasihnya memberikan tenggat waktu yang menyiksa. Kebimbangan terpancar tegas di raut wajah cantiknya.

“Aku pasti ninggalin Youngtaek, tapi gak hari ini, Kak! Dia ulang tahun hari ini. Sekali ini aja, aku mau nemenin dia dulu. Boleh, ya, Kak?”

Jangjun, pria yang lebih dulu menjadi dunia indah Seungmin tak setuju dengan semua keinginan itu, “Mau sampe kapan? Sampe kapan kakak nunggu? Kakak kasih kalian waktu terlalu banyak. Mana bisa kakak lepasin kamu gitu aja buat dia.”

Beberapa langkah kecil mendekat dan meminta sebuah atensi berlebih dari sosok yang lebih tua, “Aku beribu kali lebih sayang sama kakak. Aku janji ninggalin Youngtaek. Kasih waktu sebentar lagi, Kak. Gak sekarang. Gak pas ulang tahunnya dia.”

Bohong, sebenarnya dia jauh lebih menyayangi dunia keduanya. Bodoh memang.

“Hari ini kamu ketemu Youngtaek?” Jelas sekali jika jawabannya mengangguk pelan.

“Kamu janji gak akan ninggalin kakak?” Anggukan kembali diberikan.

“Kakak bakal nunggu kamu sampe kapanpun, sayang. Waktu itu, kakak kasih kalian izin buat deket cuma biar Youngtaek lupa sama masa lalunya. Bukan buat jadiin kamu dunia barunya, sayang.”

Pelukan diberikan, “Maaf, Kak. Maaf.”

Kesempatan menjadi salah makna. Dunia baru yang diberikan terlalu memesona hingga melupakan keteduhan dunia yang memberikan ketulusan berlimpah

“Kamu janji mau ninggalin Youngtaek?” Tak bersuara, Seungmin hanya mengangguk.

Sepasang kaki berjinjit demi meraih bibir merona kekasihnya. Seungmin mengecup manis dengan harap diberikan kepercayaan baru.

“Kamu boleh pergi, sayang. Tapi, jangan lama-lama.” Kembali, Seungmin hanya mengangguk.

“Maaf, Kak.”

Jangjun menggeleng kuat, “Kamu gak salah, sayang. Kakak yang bodoh, seenaknya aja ngasih kesempatan buat kamu deket sama Youngtaek. Kakak cuma mau bantu biar Youngtaek gak selamanya terpuruk sama kisah cintanya. Tapi, kakak gak mau kamu diambil sama dia. Kakak sayang sama kamu.”

Kali ini, giliran Jangjun yang menyapa bibir manis kekasihnya. Menempelkannya sangat lembut dan tidak menuntut.

Dunia memang melulu menawarkan sesuatu yang memabukan, tapi tidak terbayangkan sama sekali jika dia harus meninggalkan salah satu dunia yang membuatnya nyaman.

Tidak ada pilihan lain. Maaf, Son Youngtaek.