CURE
Bagian dari alternate universe Better Than Revenge
Meskipun semalam susah tidur karena Corbyn yang selalu rewel, Jimin tetap tak bisa bangun telat, sehingga pagi-pagi sekali ia sudah bergulat dengan tablet miliknya untuk mengurus pekerjaan dengan posisi masih di atas kasur. Pun, ia belum mandi.
“Papa...”
Suara serak khas bangun tidur itu menyapa indera pendengaran Jimin, namun memilih tetap memfokuskan pandangannya pada tablet.
Corbyn mengucek kedua matanya, ia menggeser tubuhnya, kemudian masuk ke dalam pelukan Jimin dan menyandarkan kepalanya di dada papanya itu.
“Haduh! Pagi-pagi udah gelendotan aja! Aku tuh lagi sibuk.”
“Papa, kepala Corbyn pusing, badannya rasanya juga masih panas,” rengek si kecil.
“Namanya orang sakit juga gitu. Siapa juga yang kemarin ngide sok gak mau makan? Ha?”
“P-papa kenapa marah-marahin Corbyn terus.” Bibir Corbyn telah menekuk, pun air matanya bersiap untuk merembes keluar.
“Karena kamu anak nakal.”
“E-enggak, Corbyn gak nakal, huwe.” Pecah sudah tangisan anak itu.
Jimin mendengus kesal, kemudian meletakkan tabletnya di atas nakas samping ranjang. Berikutnya, ia menggendong tubuh Corbyn untuk diajak berdiri.
“Pagi-pagi gak usah nangis,” ucapnya dengan nada tinggi, dengan tangannya yang menepuk pelan punggung putranya.
“Hiks karena papa marahin Corbyn terus.”
“Aku marahin karena kamu nakal.”
“Enggak, Corbyn gak nakal.”
“Kamu anak nakal. Nangis terus. Manja!”
“Enggak!”
“Iya!”
“Hiks papaaa!”
Jimin memilih tak acuh, alih-alih berjalan keluar dari kamar dengan masih menggendong Corbyn. “Suster! Bawain sarapan dan susu ke sini! Cepet!” teriaknya dari lantai dua.
“Siap, pak,” jawab suster dari lantai bawah.
“Jimin, kamu sama Corbyn gak sarapan di bawah aja, nak?” tanya ayah Park.
“Gak, pa. Aku males turun.”
“Corbyn demamnya udah turun belum?” Giliran ibu Park yang bertanya.
“Udah.”
“Hiks nenek, Corbyn masih panas.”
“Jimin! Anak kamu masih demam itu loh! Ayo bawa ke rumah sakit lagi!”
“Ini anak ya!” Jimin memukul pelan bokong putranya.
“Tadi aku cek suhu badan kamu udah turun. Gak mungkin abis demam langsung dingin total!”
“A-aduh Jimin!” Ibu Park panik karena melihat bokong cucunya dipukul berkali-kali oleh putranya. Wanita paruh baya itu buru-buru naik ke lantai dua.
“Pelan doang mama!”
“Ya jangan dipukul-pukul dong.”
“Nih mama pegang sendiri nih. Demam segini masih perlu dibawa ke rumah sakit apa enggak.” Jimin meraih tangan ibunya, kemudian menempelkannya di dahi Corbyn.
“Corbyn, sayang. Ini demamnya udah turun kok, gak kayak kemarin. Yang penting nanti makan sama minum obat ya. Biar cepet sembuh.”
“Iya nenek.”
“Nih mama urus aja deh. Aku mau mandi, mau ke kantor.”
“Huwe gak mau. Mau sama papa aja!” Corbyn mengeratkan pelukannya pada tubuh Jimin.
“Tuh ya. Emang ini anak nakal banget, mama. Anak sukanya rewel. Bikin pusing tau gak? Kelakuan kayak gini tapi gak mau kalo dimarahin??”
“Pagi-pagi jangan ribut, gak bisa ya?” Ayah Park mencoba menengahi. “Jimin, gak usah ke kantor dulu sebelum anak kamu sembuh. Ini perintah mutlak dari papa. Papa gak mau dibantah!” lanjutnya dengan nada tegas.
“Lihat? Gara-gara anak nakal kayak kamu, aku gak bisa buru-buru kerja dan kamu nanti gak ada uang buat beli mainan.”
“Gak apa-apa. Corbyn gak suka mainan. Maunya digendong papa aja.”
“Bohong banget! Kemarin pas mau pulang ke sini, yang nangis-nangis tantrum minta beli Monster Jam MEGA Megalodon RC itu siapa? Ha?”
“Kamu pikir itu belinya pake apa kalo bukan pake uang? Ha?” Jimin mengguncang tubuh Corbyn di gendongannya dengan kesal. Sementara Corbyn menyembunyikan kepalanya di perpotongan leher Jimin karena malu.
“Diem? Gak bantah lagi? Ha??”
Seisi rumah tertawa kecil begitu mendengar omelan Jimin mengenai mainan Corbyn.
“Udah, udah. Buruan sarapan. Nih sarapannya udah dibawain suster.” Ibu Park menengahi. “Jimin, di rumah aja dulu. Ngurusin anak kamu dulu sampe sembuh,” ucapnya lagi sebelum kembali turun ke bawah untuk sarapan bersama suaminya.
Sementara di lantai atas, Jimin masih dengan ekspresi kesalnya menyuapi sarapan untuk Corbyn. “Makan yang banyak! Ngunyahnya yang lama. Biar cepet sembuh!”
“Iya papa bawel.”
“APA?”
“Corbyn loves papa so much.”
“But i don’t love you, naughty kid.”
“Hungggg papaa huwee...”
Bersambung...