CURIOUS
Bagian dari alternate universe Better Than Revenge
Jimin berbohong pada ibunya, ia tidak benar-benar berada di kedai soju, melainkan di rumah sakit. Untung masih ada jam besuk malam, sehingga Jimin segera mendapatkan informasi tempat kamar Jungkook dirawat, kemudian menuju ke ruang yang ditunjukkan.
Iya, Jimin berada di rumah sakit untuk melihat keadaan Jungkook. Hanya melihat dari jauh, ia tak ingin bertemu dengan pria itu. Sebenarnya ingin sekali untuk tidak peduli, namun Jimin tak bisa mengabaikan rasa khawatirnya. Entah, ia kecewa dengan dirinya sendiri yang masih saja khawatir pada pria itu.
“Payah, gitu doang langsung sakit.” Jimin bergumam pelan, matanya menatap sendu Jungkook yang terbaring di atas ranjang kamar inap. Ia bisa melihat Jungkook dari jauh melalui kaca jendela kamar inap. Ia berasumsi bahwa Jungkook shock dan stress setelah tahu bahwa segala kesialan yang diterima pria Jeon itu adalah perbuatan balas dendam keluarga Park.
“Aku tahu, ternyata kamu masih peduli sama dia.”
Jimin menoleh ke arah sumber suara, ternyata Namjoon yang tengah memergokinya. Jimin mencoba memasang ekspresi datarnya, “I don’t care, I’m just curious.”
“Jungkook baru ditemuin sakit setelah dia ngurung diri di apartemen selama sekitar 2 hari. Keadaannya lemes, demamnya tinggi, lambungnya bermasalah, tekanan darahnya juga rendah.” Namjoon memberikan penjelasan mengenai keadaan kesehatan Jungkook. “Kayaknya dia stress,” imbuhnya.
“Dari tatapan kak Namjoon, kayaknya kakak udah tahu semuanya.”
Namjoon mengangguki perkataan Jimin, “Aku emang udah tahu, dan aku berusaha netral.”
“Kalo kakak berada di pihak Jungkook pun aku gak masalah. Karena yang lebih dekat sama kak Namjoon selama ini adalah dia.”
“Enggak, Ji. Gak ada yang benar-benar salah maupun benar di sini. Maaf, tapi baik kamu dan Jungkook sama-sama salah. Sama-sama egois.”
“Aku cuma bisa berharap kalian bisa segera selesaiin masalah ini. Apalagi ada Jungmin—maaf, maksudku Corbyn, jangan sampai dia ngerasain dampak konflik di antara orang tuanya.”
Jimin hanya diam karena ia berusaha menahan air matanya keluar. Ia membalikkan tubuh, kemudian bergumam pelan, “Aku mau pulang dulu, kak.”
Jimin baru saja akan melangkahkan kaki, namun berhenti ketika Namjoon mencegahnya dengan memegang pergelangan tangannya. “Aku yakin, Ji. Kamu bisa bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah ini.”
“Iya, aku tahu. Secepatnya aku akan balik ke LA bawa Corbyn supaya gak perlu ketemu Jungkook maupun istrinya lagi.”
Namjoon menatap Jimin dengan tatapan sendu, masih tak bisa percaya bahwa Jungkook berhasil membuat pria Park itu memiliki hati sekeras batu seperti sekarang.
“Aku harap kak Namjoon mau rahasiain kedatangan aku di sini dari Jungkook. Jaga dia sampai sembuh. Dia harus sembuh biar bisa ngurusin istrinya yang gila,” ucap Jimin sebelum berjalan pergi.
Jimin menumpahkan air matanya tepat ketika ia berada di dalam mobilnya. Masalah ini terlalu rumit baginya. Ia merasa bahwa semakin lama berada di sini, keadaan kesehatan jiwanya semakin tak stabil. Ia harus menemukan solusi secepatnya.
Jimin meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. “Dok, besok pagi saya bisa ketemu?”
Bersambung...