ON CALL
Bagian dari alternate universe Better Than Revenge
Jungkook sedang berada di rumah sakit dan bersiap untuk shift malam. Saat akan keluar dari ruang kerja, ponsel pria itu berbunyi, layarnya menunjukkan ‘Papa Corbyn is calling...’ maka ia segera mengangkatnya.
“Halo?”
“Hiks, a-ayah.. huee...”
“Corbyn, kamu kenapa, nak?” Jungkook panik kala mendengar tangisan putranya di telepon.
“Corbyn Matthew Park. Sini balikin hapenya, aduh malem-malem. Jangan bikin orang panik dong!”
Jungkook dapat mendengar suara Jimin selain tangisan putranya.
“Papa jahat!”
“Jahat kenapa sih? Orang cuma mau pergi bentar. Papa kerja tauuk! Nanti juga pulang, bentar aja paling cuma seminggu.”
“Hiks no no gak boleh hiks papa gak boleh pergi! Atau Corbyn ikut aja ke New York.”
Jungkook mengernyitkan dahinya ketika mendengar kota New York disebut. Ia panik memikirkan bahwa Jimin akan pergi lagi, namun seingatnya rumah mantan kekasihnya itu di Los Angeles.
“Corbyn?” Jungkook memanggil nama putranya yang terdengar masih menangis sesenggukan.
“Hiks a-ayah, masa papa besok mau pergi ke New York ninggalin Corbyn hiks papa jahat.”
“Bentar doang, bocil, bentar doang. Astagaaaaa! Tadi udah dibeliin banyak mainan, sekarang malah nangis-nangis.”
“Papa ngaku, tadi papa beliin banyak mainan itu ternyata sogokan karena besok mau ninggalin Corbyn ’kan?”
“Iya! Kenapa??? Haaa? Makanya jangan nangis. Papa cuma pergi bentar. Nanti juga pulangg!”
“Perginya sama Corbyn aja. Pokoknya Corbyn mau ikut papa!”
“Heh, gak bisa! Kamu harus sekolah!”
“Aaaaa papaaa huweeee.”
“Corbyn? Corbyn?” Jungkook kembali memanggil nama putranya karena ia akan berusaha untuk memberi pengertian.
“Itu dipanggil ayah, jawab!”
Senyuman Jungkook seketika mengembang kala mendengar Jimin memanggilnya “ayah” untuk Corbyn.
“I-iya ayah?”
“Sayang, papa ’kan mau pergi bentar untuk kerja cari uang. Jadi biarin pergi ya. Corbyn gak boleh nangis gitu dong. Kasihan papa jadi pusing kalo Corbyn nangis terus.”
“Huwe ayahh, tapi Corbyn gak bisa kalo tanpa papa.”
“Sebentar aja. Nanti ayah ajak Corbyn main dan jemput sekolah, kalo perlu anter sekolah biar Corbyn gak sedih. Lagian masih ada kakek, nenek, dan suster yang sama Corbyn ’kan?”
“I-iya sih tapi... hiks Corbyn sedih.”
“Lebay banget sedih sedih. Anak nakal jangan ngedrama.”
“Eeenggg papa yang nakal karena mau ninggalin Corbyn.”
“Lebay lebay lebay lebay!”
“Nakal nakal nakal papa nakal!”
Jungkook tak bisa menahan tawanya ketika mendengar cekcok ringan antara Jimin dan Corbyn.
“Udah ayo bobo. Itu matiin hapenya.”
“Corbyn pengen dikelonin, dipeluk kenceng soalnya hiks ini malam terakhir—”
“Malam terakhir apaan? Minggu depan juga papa pulang haaaaahh Matthew Park kamu lebay banget anak siapa sih?”
“ANAKNYA PAPA!”
“Hih itu matiin dulu telponnya sama ayah. Papa mau nelpon ahjumma!”
“Iya iya! Huh papa bawel!”
Jungkook terkekeh pelan, sedari tadi bibirnya tersenyum sangat lebar karena mendengar pertengkaran Jimin dan putranya yang menurutnya sangat menggemaskan.
“Ayah, Corbyn mau bobo dulu ya. Ayah lagi apa sih?”
“Ini ayah mau shift kerja malam. Corbyn bobo ya, besok sekolah.”
“Waaah ayah semangat kerjanya ya.”
“Iya, nak.”
“Besok ayah jemput Corbyn pas pulang sekolah ya!”
“Siap bos kecil. Selamat tidur, good night.”
“Iya ayah, good night.”
Panggilan telepon pun terputus. Jungkook berjalan keluar ruang kerjanya untuk mulai memeriksa pasien dengan perasaan bahagia, pun senyumannya tak luntur sama sekali.
Bersambung...