WHY CORBYN?

Bagian dari alternate universe Better Than Revenge

Satu setengah bulan berlalu, keadaan Minji semakin membaik karena ia sering menghabiskan waktu bersama Corbyn. Wanita itu berhasil meraih kesadarannya kembali lantaran merasakan hidupnya yakni Corbyn bersamanya lagi. Meskipun begitu, keadaan Minji belum sembuh total, sehingga ia masih dirawat di rumah sakit jiwa.

“Anak ibu ganteng banget deh. Gembul juga. Pasti ayah ngerawat Jungmin dengan baik selama ibu sakit.” Minji mengelus surai Corbyn penuh sayang.

Corbyn tersenyum canggung, ia masih tenang rebahan dengan menggunakan paha ibunya sebagai bantalan kepalanya. Anak itu sudah diberi penjelasan oleh Jungkook agar tak membahas mengenai Jimin dan kebenaran lainnya kepada Minji.

“Dok.”

Jungkook dan Minji menoleh ke arah pintu ketika mendengar panggilan pengasuh Corbyn.

“Kenapa sus?”

“Itu Cor— eh Jungmin sudah waktunya pulang.” Pengasuh memang sulit memanggil nama Jungmin untuk Corbyn, sehingga ia berkali-kali melakukan kesalahan meskipun sudah lebih dari satu bulan lamanya. “Sudah dijemput sopir, dokter Jungkook gak perlu antar.” Ia menambahkan.

Corbyn bangun, kemudian ia mengecup pipi Minji. “Ibu, Jungmin pulang dulu ya. Ibu baik-baik di sini. Besok Jungmin jenguk lagi, oke?”

Minji tersenyum dan mengangguk pelan, “Iya, sayang. Hati-hati, ya. Besok sekolah yang pintar.”

“Siap, ibu! Dannn, babay ayah!” Corbyn segera berjalan menghampiri pengasuhnya untuk pergi.

“Aku juga harus pergi. Waktunya balik ke rumah sakit.” Jungkook berdiri dan bersiap pergi, namun Minji memegang tangannya.

“Kenapa? Ada lagi yang kamu butuhin?”

Minji tersenyum, kepalanya menggeleng. Ia menarik Jungkook untuk kembali duduk di kursi. “Aku cuma mau ngobrol bentar aja,” ucap Minji.

“Emm, kadang aku dengar kamu, suster bahkan Jungmin sendiri nyebut dirinya dengan nama Corbyn. Kenapa Corbyn?”

Semua fakta mengenai Corbyn memang masih disembunyikan dari Minji karena wanita itu belum sembuh sepenuhnya. Namun Jungkook sadar bahwa lambat laun Minji akan menyadari fakta-fakta yang tersembunyi. Sepertinya sekarang waktu yang tepat menurut Jungkook untuk memberikan penjelasan pada wanita yang masih berstatus sebagai istrinya.

Jungkook memilih duduk di lantai, tepatnya di depan Minji yang masih duduk di kursi. Ia menarik nafas, kemudian menghembuskannya sebelum menjawab rasa penasaran Minji. “Minji, dengerin aku baik-baik. Aku akan jelasin pelan-pelan, aku harap kamu tetap tenang dengerin aku bicara.”

Minji merespon dengan anggukan dengan jantung yang berdegup kencang, memikirkan hal-hal yang membuatnya takut, namun ia berusaha untuk tenang. Ia menunggu penjelasan Jungkook dengan sabar.

“Corbyn Matthew Park, itu namanya Jungmin sekarang.”

Kening Minji mengernyit usai mendengar nama itu, terlebih Park sebagai marga. Namun ia belum mau menyela, alih-alih menunggu penjelasan Jungkook selanjutnya.

“Selama kamu sakit, Jungmin dirawat seseorang yang sangat sayang sama dia. Jungmin hidup dengan sangat terjamin dan penuh kasih sayang karena seseorang itu.”

“Nama resmi Jungmin adalah Corbyn Matthew Park karena dia dibawa tinggal di Los Angeles. Baru beberapa bulan ini dia diajak kembali ke sini.”

Jungkook menggenggam tangan Minji untuk menenangkan karena ia menyadari kegugupan istrinya itu. Ia pun sama gugupnya, takut kalau Minji kembali tantrum, namun dirinya tak akan mundur untuk memberi tahu semuanya hari ini.

“Aku masih bingung, dulu aku sedih banget kehilangan Jungmin karena badan Jungmin kaku, Jungmin meninggal, t-tapi sekarang Jungmin balik. Aku yakin dia Jungmin, aku yang ngelahirin dia, jadi aku yakin itu anakku. Tapi aku bingung, kenapa bisa...”

Minji mengungkapkan kebingungannya pada Jungkook. Ia sudah ingat bahwa penyebab ia dibawa ke rumah sakit jiwa ini karena terpukul setelah melihat kematian Jungmin, namun putranya yang tiba-tiba kembali sekarang membuatnya bertanya-tanya, bagaimana bisa?

“Jungmin yang sekarang emang benar-benar Jungmin anak kita.” Jungkook berkata meyakinkan. Pria Jeon itu terdiam sejenak mengumpulkan keberanian untuk mengungkap fakta kepada Minji.

“W-waktu itu, Jungmin ditukar dengan mayat bayi lain, sehingga kita ngira kalo dia meninggal—”

“Park...” Minji memotong penjelasan Jungkook ketika otaknya bekerja untuk menyatukan puzzle. “Y-yang nukar Jungmin, yang ngerawat Jungmin...” Ia tak melanjutkan perkataannya karena masih mencoba menolak pemikirannya sendiri.

“Jimin, Park Jimin. Dia yang ngerawat Jungmin dengan sangat baik.” Jungkook mengungkapkan nama Jimin. “D-dia ambil Jungmin sebagai ganti aku. Saat itu dia juga sakit kayak kamu sekarang, jadi dia nekat ngelakuin itu.” Ia tak memilih kata-kata bahwa Jimin mengambil Corbyn untuk balas dendam.

Air mata Minji berjatuhan tanpa permisi, bibirnya bergetar karena menahan tangis, pun tangannya meremat bajunya sendiri untuk mencoba kuat. “K-kenapa... kenapa? Kenapa harus...”

Minji tak sanggup melanjutkan perkataannya lantaran isakannya tidak bisa dicegah untuk pecah. Ia menangis sesenggukan, tak pernah menyangka bahwa memilih menikah dengan Jungkook telah menjadi boomerang untuknya sendiri.

Jungkook ikut meneteskan air mata, ia tak bisa melakukan banyak hal selain menepuk pundak Minji untuk menenangkan. “Maaf, ini semua salahku. Maaf.”

“Tapi jangan salahin Jimin. Dia gak salah. Yang salah aku, aku yang bikin kalian berdua sama-sama sakit. Maafin aku.”

Minji tak merespon perkataan Jungkook, ia masih menangis syok mendengar fakta-fakta yang diungkapkan pria berstatus suaminya itu. Beberapa menit kemudian, ia berhenti terisak, pun Jungkook, membuat ruang rawat itu hening.

“Aku mau tidur.” Minji beranjak dari duduknya untuk naik ke ranjang. Ia membaringkan tubuhnya dengan posisi menyamping membelakangi Jungkook yang masih duduk di kursi. “Aku butuh waktu sendiri, kamu bisa pergi.” Ia meminta Jungkook agar pergi.

“Hm. Kalo gitu aku ke rumah sakit dulu. Aku harus kembali kerja.” Jungkook mendekat ke ranjang Minji, tangannya tergerak untuk menepuk pelan punggung wanita itu.

“Aku pergi dulu. Jangan lupa makan dan minum yang banyak, minum obatnya juga sesuai yang dikasih suster.” Setelah itu Jungkook benar-benar keluar dari ruang rawat itu, meninggalkan Minji yang masih menitikkan air mata.

Bersambung...