Changmin masih berpegang teguh pada pendiriannya untuk tetap diam selama perjalanan. Di jok belakang, Chanhee kebingungan karena tidak biasanya Changmin diam seperti ini.

Kedua tangan Chanhee mencengkram jok dengan erat, tidak ia lingkarkan di perut Changmin seperti malam sebelumnya.

Chanhee menggigiti bibir bawahnya dengan gelisah. Pikirannya menerawang ke beberapa menit sebelumnya. Apakah ada perkataan atau perbuatannya yang menyinggung perasaan Changmin?

Tanpa terasa, mereka sudah tiba di depan rumah Chanhee. Perlahan, Chanhee turun dari motor dan memberikan helmnya pada Changmin.

Setelah mengucap terimakasih, Chanhee hendak membalikkan badannya untuk langsung masuk ke dalam rumah.

Akan tetapi, langkahnya tertahan karena sebuah tangan yang melingkari pergelangan tangannya.

Dilihatnya Changmin sedang menatap dalam-dalam ke arahnya. Membuat Chanhee terkesiap, napasnya tertahan untuk sepersekian detik.

Cukup lama Changmin menatapnya dalam diam. Chanhee jadi salah tingkah dibuatnya.

Sebelum akhirnya Changmin mengulurkan tangannya untuk mengusak poni Chanhee beberapa saat. Memamerkan sebuah senyuman dengan lesung pipit yang belum pernah Chanhee lihat sebelumnya.

“Aku pulang dulu ya, dadah Hee.”

Chanhee terdiam di tempatnya. Masih mematung bahkan setelah Changmin menghilang dari pandangannya.

Jantungnya terasa sesak.

Kedua pipinya terasa memanas.

Ratusan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

Uh oh.

Sepertinya Chanhee mulai sadar bahwa ia menaruh rasa pada pemuda yang baru saja mengacak-acak hatinya itu.