Hari itu adalah hari terakhir Chanhee dan Juyeon menjadi DJ di Radio “Listen”. Kedua DJ tersebut sudah mondar-mandir di dalam kamar masing-masing sejak pagi buta, sibuk mempersiapkan penampilan terakhir mereka agar berjalan dengan baik.

Jujur saja, baik Chanhee maupun Juyeon, termasuk ke dalam deretan orang perfeksionis di grup mereka. Meskipun dalam hal perfeksionis, mereka berdua masih berada jauh di bawah Changmin.

Sebagai seorang kekasih dan teman terdekat Chanhee, Changmin berinisiatif untuk mengajaknya keluar untuk makan malam dengan tujuan memberikan selamat karena Chanhee sudah memberikan performa terbaiknya sebagai DJ selama ini.

Akan tetapi, sedari tadi Chanhee belum juga membukakan pintu kamarnya. Padahal Changmin sudah mengetuk dan berdiri hampir setengah jam di depan pintu kamar pemilik surai biru tersebut.

Tepat di ketukan ke-50 (ya, Changmin menghitungnya dari awal) Chanhee muncul dengan muka masam, membuat Changmin agak terkejut melihatnya.

“Ada apa sih, Min? Kamu kan tau aku lagi sibuk daritadi?”

Nada bicara Chanhee yang ketus menorehkan goresan di hati Changmin. Walaupun begitu, Changmin masih berusaha untuk memberikan senyumnya pada Chanhee.

“Hari ini kamu langsung pulang kan habis dari radio? Kita-”

“Enggak. Aku sama Juyeon harus ikut seluruh staffnya buat acara makan malam bareng.”

Changmin terdiam di tempatnya, menggigit bibir bawahnya sebelum menyunggingkan senyum pahit.

“Oh.. yaudah kalau gitu, gimana kalau habis itu kita-”

“Enggak, Min. Aku lagi gak mau jalan kemana-mana.”

Lagi, omonganku dipotong lagi batin Changmin.

Helaan nafas keluar dari belah bibir Changmin, kedua bola matanya menatap lurus ke dalam mata Chanhee.

Chanhee tertegun melihat sorot mata Changmin yang meredup, tetapi emosinya yang sedang berantakan berhasil mengalahkan hati kecilnya.

“Udah kan, Min? Aku lagi sibuk, jangan gangguin aku lagi.”

Dan dengan begitu saja, pintu kamar itu pun kembali tertutup.