“Juyeon!”

Suara itu membuat Juyeon menolehkan kepalanya, senyuman hangat diberikannya pada sosok yang berjalan lurus ke arahnya. Juyeon lantas menepuk tempat kosong di sebelahnya, memintanya untuk duduk.

Setelahnya, helaan napas panjang terdengar jelas oleh Juyeon.

Chanhee menjatuhkan kepalanya di bahu lebar milik Juyeon, membuat si tuan yang lebih tua beberapa bulan itu terkejut dibuatnya. Keheningan menyapa mereka berdua untuk beberapa saat, Juyeon dengan setia menunggu Chanhee untuk mengutarakan maksud dan tujuannya.

“Juyeon..”

“Mhm? Kenapa, Chanhee?”

“Aku kangen Younghoon hyung.”

Senyuman getir tercetak di raut wajah Juyeon. Lagi-lagi soal Younghoon, pikirnya.

Tak kunjung mendapat balasan dari Juyeon membuat Chanhee kemudian mengubah posisi duduknya menjadi setengah miring, guna dapat melihat lawan bicaranya dengan lebih leluasa.

“Juuuu! Kok kamu diem aja?”

Gelengan lemah Juyeon berikan pada Chanhee, entah sejak kapan senyuman getirnya digantikan oleh senyuman hangat yang sedari dulu hanya tercipta untuk Chanhee.

“Ya aku harus kasih reaksi apa, Chanhee? Kan emang bener kenyataannya kalau Younghoon hyung lagi sibuk syuting drama sekarang.”

Yang lebih muda malah menekuk bibirnya ke bawah, tak puas dengan tanggapan yang Juyeon berikan.

“Kalau aku dateng ke tempat syutingnya Younghoon hyung, gimana?”

Pertanyaan Chanhee membuat kebingungan terlukis di raut wajah Juyeon.

“Chanhee.. Kamu gak serius kan sama pertanyaanmu barusan?”

“Aku serius, Juyeon! Aku mau dateng kesana dan bawain makanan buat Younghoon hyung sama kru yang lain.”

Kali ini giliran Juyeon yang menghela napas, kedua tangannya mengusap wajahnya perlahan.

“Jangan impulsif kayak gitu, Chanhee. Selama beberapa minggu ke belakang ini kamu udah terlalu banyak engagement sama Younghoon hyung, sedangkan kita seharusnya punya bagian yang cukup rata sama masing-masing anggota yang lain buat ngasih fanservice otp ke fans.. kan?”

Chanhee membisu di tempatnya, dalam hatinya ia turut mengiyakan perkataan Juyeon. Tanpa tersadar, Chanhee mulai lupa akan batasannya.

Juyeon dapat merasakan hatinya bak teriris pisau tajam tatkala netranya menangkap pergerakan bahu Chanhee yang bergetar. Dengan cepat, Juyeon merengkuh Chanhee ke dalam pelukannya. Mengusap pucuk kepala Chanhee perlahan seraya berbisik di telinganya.

“Chanhee.. maaf. Omonganku kelewatan, ya?”

“Kalau kamu emang sekangen itu sama Younghoon hyung, sekarang kamu coba video call dia aja ya?”

Bukan balasan yang Juyeon dapatkan, melainkan kedua lengan yang melingkar dengan erat di pinggangnya.

Setelahnya, Chanhee menenggelamkan wajahnya di dada Juyeon.

“Boleh nggak kalau kita kayak gini untuk beberapa menit, Ju? Your hug does comfort me just like the way Younghoon hyung usually did to me.”

Juyeon memberikan anggukan tanpa suara sebagai jawaban. Karena tanpa diminta pun, Juyeon rela mempertaruhkan segalanya hanya untuk dapat memeluk Chanhee seperti ini.

Walau jauh di lubuk hatinya, Juyeon selalu berharap agar Chanhee dapat kembali pada dirinya secara seutuhnya- menjadi miliknya lagi.

Dan bukan hanya menjadikan Juyeon sebagai obat rindu pada kekasih barunya.

Fin.