Keheningan yang memilukan menemani perjalanan pulang Chanhee dan Changmin dari rumah sakit, di gendongan Chanhee terdapat Minhee yang sedang tertidur dengan pulas.

Napas Chanhee yang memberat terdengar dengan jelas oleh Changmin. Dengan hati-hati, sebelah tangannya ia selipkan pada tangan milik suaminya itu. Netra keduanya bertabrakan untuk beberapa saat, sebelum keduanya kembali menatap ke fokus awal.

“Jangan terlalu dipikirin, Hee. Dokter kan bilang kalau peluangnya besar buat sembuh lagi.”

“Aku tau Changmin, aku tau. Aku gak lagi mikirin itu kok,” balas Chanhee sambil memaksakan senyumnya.

Lampu merah. Changmin segera memposisikan badannya agar dapat melihat Chanhee dengan leluasa, menangkup dagu Chanhee sebelum mendaratkan kecupan lembut di hidung dan bibir Chanhee.

Kali ini, senyuman tuluslah yang terpancar dari wajah Chanhee.

“Heh, sana fokus nyetir lagi. Aku gak mau ya kalau sampe nabrak trotoar!”

Changmin terkekeh mendengar suruhan Chanhee. Ia lebih menginginkan Chanheenya yang galak ketimbang Chanheenya yang terdiam sedih.

Walau bagaimanapun, wajar saja jika Chanhee termenung seperti tadi. Pasalnya, Chanhee tak menyangka bahwa dirinya akan divonis dengan penyakit yang serius.

Kanker paru-paru.

Itulah nama penyakit yang menjadi penyebab Chanhee batuk tanpa henti serta merasakan nyeri di dadanya.

Kata dokter, penyakitnya ini baru stadium awal. Dengan bantuan operasi dan terapi rutin, besar kemungkinan bagi Chanhee untuk dapat sembuh.

Namun yang terjadi pada Chanhee adalah kebalikannya. Kondisinya kian memburuk setelah operasi pertamanya. Di sisi lain, Chanhee juga menjadi seorang yang pemurung. Chanhee tak lagi membuka dirinya pada kawan-kawan lamanya.

Hingga pada suatu titik, Chanhee meminta pada Changmin agar dirinya dapat kembali tinggal di kampung halamannya. Bersama ibu dan adik-adiknya.

Dengan berat hati, Changmin melepaskan Chanhee dan Minhee. Changmin tak dapat mengikuti untuk tinggal di kampung halaman Chanhee sebab harus bekerja di ibukota guna menghidupi keluarganya.

Istana kecilnya kini terasa sepi tanpa kehadiran si belahan hati dan pangerannya.