Senandung riang berulang kali Changmin lantunkan. Kali ini, Changmin memutuskan untuk menjemput Sunwoo jauh sebelum jam pulangnya. Niat hati adalah untuk menghindari kemacetan yang tempo hari dialaminya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Changmin keluar dari dalam mobil. Sebelah tangannya tergerak untuk menyisir rambutnya ke belakang. Tak lupa ia bercermin sebentar di kaca spion.

Tersisa 5 menit sebelum Changmin dapat menjemput adiknya. Seiring berjalannya waktu, degup jantung Changmin bergerak lebih cepat.

Suara bel yang berdering nyaring membuatnya terkejut. Anak-anak kecil penghuni Lunar Day Care mulai berhamburan keluar dari dalam ruangan, berlari menuju orangtuanya masing-masing.

Changmin dapat melihat Sunwoo berjalan ke arahnya, tangan kanannya terangkat ke atas untuk melambai pada Changmin. Changmin tersenyum lebar untuk beberapa saat.

Senyumnya perlahan luntur ketika netranya yang sedari tadi mengedar ke sekeliling, tak jua menangkap sosok yang ditunggu-tunggu.

Sejauh mata memandang, Changmin hanya dapat melihat pria lain. Tatapan menghakimi nan sinis terpancar secara tidak sengaja dari kedua bola mata Changmin, membuat pria lainnya itu kebingungan bercampur takut.

Genggaman erat dapat Changmin rasakan ketika Sunwoo tiba di sampingnya. Dengan tangannya yang bebas, Changmin mengusak rambut Sunwoo dengan gemas.

“Abang, abang kenapa jemput Nunu lagi?”

Changmin mengedipkan matanya beberapa kali. Bingung dengan pertanyaan yang adiknya lontarkan.

“Eh.. Abang gak boleh jemput Nunu, ya? Besok-besok Pak Supir aja yang jemput Nunu, nih?”

Yang ditanya langsung cemberut. Kaki kecilnya ia hentakkan ke tanah.

“Ih abang!! Abang aja yang jemput Nunu!!”

“Tadi nanya kenapa abang jemput lagi, sekarang malah nyuruh abang jemput terus.”

“Biarin wleeee!”

Changmin menggelengkan kepalanya pasrah, ia tahu bahwa ia tidak akan pernah menang dari adiknya.

Changmin kemudian menuntun Sunwoo ke mobil, memakaikan sabuk pengaman untuk adiknya sebelum ia memutari mobil untuk duduk di bangkunya. Tepat sebelum Changmin menyalakan mobilnya, ia mendengar namanya dipanggil oleh sang adik.

“Abang abang.”

“Mhm? Kenapa, Nunu?”

“Abang nyariin Kakak Cantik, ya?”

Changmin hampir tersedak oleh ludahnya sendiri.

Kakak Cantik?

“Kakak Cantik siapa, Nunu?”

Sunwoo menolehkan kepalanya ke arah Changmin, raut wajah tak percaya tercetak di wajahnya.

“Ih!! Yang waktu itu nemenin Nunu sampe sore!! Nunu gak apa-apa nunggu lama soalnya ada Kakak Cantik.”

“Abang kalau mau ketemu Kakak Cantik, abang harus jemput Nunu hari um.. Senin, Rabu, sama Jumat!”

“Kalau hari lain, Kakak Cantik sibuk. Abang gak bisa ketemu.”

Ah.

Coba saja kalau Sunwoo memberitahu soal ini dari kemarin-kemarin..