Senin, 19 April 2021.

Genap 3 hari sudah semenjak peristiwa kecupan spontan Chanhee yang didaratkan di pipi Changmin. Seharian ini, Chanhee banyak melamun. Memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang ada karena ulahnya sendiri, sebab Changmin tak kunjung mengiriminya pesan semenjak malam itu.

Lamunannya terhenti ketika sebuah tangan mendarat di bahunya. Chanhee memutar badannya, menghadap ke arah orang yang mendatanginya.

“Ada yang nungguin di luar tuh, Hee.”

Buru-buru Chanhee berdiri dan merapikan rambutnya, jantungnya mendadak berdebar tak karuan. Chanhee berjalan cepat ke arah pintu, mendorongnya dan melihat seorang lelaki sedang berdiri memunggunginya.

“Loh..”

“Hai, Chanhee.”

Kebingungan sarat pada wajah Chanhee. Kenapa malah Juyeon yang ingin bertemu dengannya?

“Halo, Juy. Ada apa tiba-tiba kesini?”

Bukan jawaban yang Chanhee dapatkan atas pertanyaannya, melainkan sebuah senyuman penuh arti. Juyeon lalu memberikan isyarat pada Chanhee untuk mengikutinya, hingga sampailah mereka tepat di depan ayunan.

“Juy.. ada apa sih?”

“Pasti lo bingung ya kenapa malah gue yang ada disini dan bukannya Changmin?”

Nama yang terselip dalam kalimat Juyeon membuat Chanhee diam membisu.

“Sebenernya.. alasan gue ada di posisi ini tuh, karena Changmin gak bisa ada disini.”

Kedua alis Chanhee menukik dengan cepat, mulai bingung dengan arah percakapan mereka.

“Changmin nyuruh gue buat gantiin posisi dia.”

Pikiran Chanhee mulai berlarian kesana-kemari. Berbagai firasat buruk mati-matian ditepisnya.

“Soalnya Changmin sekarang..”

Juyeon menghentikan kalimatnya untuk beberapa saat, netranya menatap Chanhee dalam-dalam.

”..lagi berdiri di belakang lo.”

Kurang dari satu detik, Chanhee sudah membalikkan badannya. Melihat Changmin yang sedang bertekuk lutut di hadapannya sambil mengacungkan sebuah buket bunga matahari dengan kedua tangannya.

“Kakak Cantik, pacaran yuk?”

“Hah.”

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Chanhee sebelum Chanhee terdiam total untuk satu menit lamanya. Keringat dingin mulai tercetak di dahi Changmin, sedang Juyeon sudah menggigiti kuku jarinya panik.

Changmin kemudian bangkit dari posisinya perlahan, buket bunganya ia genggam dengan satu tangan. Tangan yang lainnya Changmin gunakan untuk mengguncang bahu Chanhee pelan-pelan.

“Chanhee..?”

Napas Changmin tercekat ketika bulir air mata jatuh di pipi Chanhee. Cepat-cepat Changmin menangkup pipi Chanhee dengan kedua tangannya.

Tangisan Chanhee pecah tiba-tiba. Sambil meraung, belasan pukulan Chanhee berikan pada Changmin. Membuat Changmin berjalan mundur sambil mengaduh kesakitan. Juyeon masih terpaku di tempatnya, bingung dengan perubahan suasana yang tak diduga-duga.

“Aduh! Hee, stop-stop! Kok malah dipukulin gini akunya?” Changmin kembali membuka suara sambil melindungi dirinya dari pukulan Chanhee.

“Ya kamu jelek banget! Apaan sih pake nyuruh Juyeon begini-begitu! Aku kira kamu kenapa-napa tau, Changmin!” balas Chanhee sambil terisak.

Mulai lelah dengan pukulan yang terus-menerus Chanhee berikan, Changmin akhirnya bergerak maju untuk mendekap Chanhee. Ajaib, Chanhee langsung terdiam dibuatnya.

“Hehehe. Maafin aku ya, Hee. Aku kira kamu gak akan sampe nangis kayak gini.. rencananya kan aku mau ngasih kamu kejutan aja,” jelas Changmin sambil mengelus punggung Chanhee.

Setelah tangisan Chanhee mereda, Changmin melepaskan pelukan mereka untuk kembali menatap Chanhee dengan seksama.

“Jadi, mana jawaban buat aku?”

Chanhee mengedipkan matanya dua kali, masih memproses perkataan Changmin. Semburat merah muda muncul di kedua pipinya, Chanhee akhirnya menggerakkan kepalanya untuk mengangguk pada Changmin.

Baru saja Changmin hendak memiringkan kepalanya untuk mengikis jarak di antara mereka, sebuah bola pantai karet melayang tepat ke arah wajah Changmin.

Pelakunya adalah Kevin. Entah sejak kapan Kevin sudah berada disana, bertolak pinggang dengan amarah di mukanya.

Changmin hendak melayangkan protes pada Kevin, tapi keinginannya terpaksa ditahan ketika melihat Sunwoo dan Eric yang juga berdiri disana bersama belasan anak kecil lainnya. Ketakutan terpancar dengan jelas dari raut wajah mereka.

“IIIIH! KAKAK CANTIK MAU DIMAKAN WAJAHNYA SAMA ABANG!!”

“TEMEN-TEMEN, AYO SELAMETIN KAKAK CANTIK!!”

Tuhan.. bolehkah kalau Changmin meminta adiknya diganti pada detik itu juga?