Seperti yang sudah Chanhee sampaikan kemarin, Chanhee akan datang menjemput Sunwoo di pagi hari.

Akan tetapi, Sunwoo sempat tertegun beberapa saat ketika berjalan keluar dari rumah.

Sunwoo tidak pernah menduga jika Chanhee akan datang menjemput dengan mobil sport hitam keluaran terbaru, yang Sunwoo yakini harganya jauh dari kata terjangkau.

Melihat Sunwoo yang berjalan ke arahnya, Chanhee segera membukakan pintu mobil untuk Sunwoo dan berjalan ke sisi lain dari mobil untuk duduk di kursi pengemudi.

Setelah keduanya duduk dengan manis di dalam mobil, Chanhee meregangkan badannya untuk mengambil sesuatu dari kursi belakang dan memberikannya pada Sunwoo.

Kotak bekal bergambar muka rakun kini berada di atas pangkuannya, membuat Sunwoo mengedipkan matanya beberapa kali.

“Kalau ngeliat dari ekspresi Nunu yang kaget kayak gini, kayaknya dugaan kakak semalem bener deh. Nunu belum sarapan, ya?”

Sunwoo mengalihkan pandangannya dari kotak bekal ke wajah Chanhee secara perlahan, gelengan lemah ia berikan pada sosok di sebelahnya.

“Nah, sekarang kita sarapan bareng dulu ya? Nunu sama kakak bakalan butuh energi yang banyak soalnya hari ini,” jelas Chanhee sambil mengangkat kotak bekal bergambar penguin miliknya.

Anggukan kecil tercipta dari kepala Sunwoo, tangannya mulai bergerak untuk membuka kotak bekalnya. Pergerakannya terhenti sejenak setelah melihat isi dari kotak bekal tersebut.

Nasi goreng tuna dengan potongan apel yang dipisahkan oleh sekat kotak bekal, menu sarapan kesukaan Sunwoo.

“Makasih.” cicit Sunwoo pelan, tetapi masih cukup kencang untuk dapat tertangkap oleh indera pendengaran Chanhee.

Sunwoo tak menghitung dengan pasti seberapa lama perjalanan mereka, tetapi ia tahu bahwa tempat tujuan mereka berada cukup jauh dari kota tempat mereka tinggal.

Memasuki arena parkir, Sunwoo menurunkan kaca jendela agar dapat melihat dengan lebih jelas nama tempat tujuan mereka.

Kebun binatang?

Setelah mobil terparkir dengan rapi di bawah pohon yang rindang, Chanhee kemudian mematikan mesin mobilnya. Dari dalam tas selempangnya, Chanhee mengeluarkan botol sun-block dan sebuah spray anti nyamuk.

“Siniin tangannya Nu, harus pake ini dulu sebelum masuk ke dalem.”

Seolah tersihir, Sunwoo menuruti perkataan Chanhee dengan begitu saja. Membiarkan Chanhee mengaplikasikan sun-block pada tangannya dan meniupinya hingga kering sebelum menyemprotkan spray anti nyamuk.

“Dah! Yuk kita turun?”

Kebun binatang.

Suatu tempat yang belum pernah Sunwoo kunjungi sebelumnya.

Pikirannya mendadak terbang jauh ke masa lalu, Sunwoo masih ingat bagaimana dirinya selalu merengek untuk pergi ke kebun binatang pada kedua orang tuanya di setiap akhir pekan. Rengekannya terus-menerus terulang karena kesibukan kedua orang tuanya membuat Sunwoo tidak bisa mendapatkan keinginannya.

Sekarang, Sunwoo merasa sedikit aneh.

Karena keinginan masa kecilnya malah dikabulkan oleh seseorang yang beberapa hari ke belakang ini selalu Sunwoo kirimkan sumpah-serapah.

Lambaian tangan Chanhee di depan wajahnya membuat Sunwoo terkesiap dan kembali ke alam sadarnya.

“Nunu? Kok bengong?”

“Nggak kok, gak bengong.”

Chanhee menghela napasnya, jemarinya kini melingkar dengan manis di pergelangan tangan Sunwoo.

“Yuk, kita mulai liat-liat.”

Dan dimulailah hari mereka di kebun binatang secara resmi.

Sebagai permulaan, Chanhee membawa Sunwoo untuk mengunjungi setiap kandang hewan yang ada. Awalnya, Sunwoo masih berusaha keras untuk memasang sifat defensifnya. Tapi lama-kelamaan, Sunwoo mulai menampakkan sifat aslinya pada Chanhee.

Ketika keduanya berada di wahana berfoto dengan orangutan, Sunwoo terus-menerus berteriak karena si orangutan tidak mau lepas dari badan Sunwoo bahkan setelah sesi berfoto selesai. Chanhee sampai sesak napas menahan tawa agar tidak meluncur keluar dari mulutnya.

Memasuki kandang terbuka, Sunwoo meminta Chanhee agar mereka berdua menuju kandang jerapah dan Chanhee langsung menuruti keinginannya. Berbekal wortel di tangan kirinya, Sunwoo melangkah maju mendekati si jerapah yang sedang bersantai. Dengan tangan yang bergetar, takut-takut Sunwoo mulai mengarahkan wortelnya pada si jerapah. Senyum kebahagiaan lantas terpancar dari wajahnya ketika si jerapah mulai memakan wortel yang Sunwoo angsurkan. Chanhee di sisi lain, mengeluarkan handphonenya dan mengambil video serta beberapa foto dari Sunwoo dan si jerapah.

Baik Sunwoo maupun Chanhee tertawa bersamaan ketika melihat hasil fotonya, keduanya setuju bahwa jerapah ini terlihat mirip dengan Changmin.

Berganti ke wahana selanjutnya, Sunwoo dan Chanhee memutuskan untuk memutari lapangan dengan menaiki unta. Pada awalnya, Chanhee memilih untuk menaiki unta yang berbeda karena takut akan canggung dengan Sunwoo. Tapi karena Sunwoo (lagi-lagi) berteriak ketakutan, akhirnya Chanhee mengalah dan menaiki untanya bersama dengan Sunwoo.

Perlahan, mentari mulai bergerak ke arah utara. Chanhee kemudian mengajak Sunwoo untuk duduk di tepi danau buatan dan membeli hotdog dari kedai kecil yang masih terletak di dalam kebun binatang. Keduanya menghabiskan makanan mereka dengan tenang, sesekali Sunwoo berkomentar tentang kawanan angsa yang berenang tak jauh dari tempat mereka.

“Ih, kok angsanya berenangnya mepet-mepet terus sih?”

“Kok bulu mereka gak basah pas kena air?”

“Angsa itu aslinya ada yang warna item gak sih?”

“Kalau angsa berantem sama bebek, kira-kira siapa ya yang bakal menang?”

Chanhee menanggapi celotehan Sunwoo dengan senang hati. Baginya, Sunwoo terlihat sangat menggemaskan di matanya sekarang ini.

Selesai mengisi perut, Chanhee memutuskan untuk mengecek handphonenya selama beberapa menit.

Sebuah tarikan kecil di ujung bajunya membuatnya kembali mengalihkan perhatiannya pada Sunwoo.

“Ya, Nunu? Ada apa?”

Yang ditanya menjulurkan tangannya, menunjuk ke suatu bangunan yang didominasi oleh warna biru.

“Mau masuk kesana...” ujar Sunwoo pelan sambil memainkan sisi celananya dengan tangan yang satunya.

Eh? Kemana perginya Sunwoo yang dingin?

Bangunan yang Sunwoo maksud adalah sebuah aquarium besar yang merupakan miniatur pesona laut dalam ruangan. Sejak memasuki tempat tersebut, Sunwoo tak henti-hentinya berlarian kesana-kemari; menempelkan wajahnya pada dinding akuarium dengan kedua matanya yang bergerak lincah mengikuti arah berenang ikan-ikan yang berada di balik dinding kaca.

Senyuman tipis kini menghiasi wajah Chanhee.

Chanhee mengajak Sunwoo pergi ke kebun binatang bukan tanpa alasan. Kala itu, Changmin pernah bercerita tentang bagaimana sang adik menaruh perhatian lebih pada dunia hewan sejak ia masih kecil.

Changmin juga terang-terangan memberitahu Chanhee tentang bagaimana sebagian besar dari masa kecil Sunwoo, direbut paksa oleh kejamnya realita semenjak kedua orangtuanya meninggal.

Tanpa kedua orangtuanya, Sunwoo dituntut oleh takdir untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Sunwoo juga diharuskan untuk menjadi lebih mandiri karena ia harus menjaga Changmin yang pada saat itu sudah mulai melemah kondisi fisiknya.

Cerita Changmin terus-menerus berputar dalam benak Chanhee. Rasa bersalah Changmin tersalurkan dengan jelas melalui ceritanya. Chanhee akhirnya paham alasan dibalik Sunwoo yang bersikap keras padanya.

Walau bergelimang oleh harta, Sunwoo tidak dapat menikmati masa remajanya dengan sepenuh hati.

Karenanya, paling tidak inilah yang dapat Chanhee berikan pada Sunwoo.

Satu hari dimana Sunwoo dari masa remaja, bisa kembali menikmati hidupnya.

Chanhee dan Sunwoo menghabiskan waktu mereka di kebun binatang hingga sore hari. Sebelum pulang, Chanhee menyempatkan untuk membelikan Sunwoo gulungan permen kapas besar berbentuk Mickey Mouse.

Perasaan canggung kembali menghiasi perjalanan pulang.

Sunwoo duduk di kursi penumpang sembari menikmati permen kapasnya dalam diam, beberapa kali ia melirik Chanhee yang fokus mengemudi dengan sudut matanya.

“Kenapa, Nu? Ada yang mau diomongin?”

Sunwoo terkesiap, niat hati memberikan jawaban bohong tapi dirinya sudah terlanjur kepalang basah.

“Mm, gue boleh nanya sesuatu?”

“Boleh kok. Nunu mau nanya apa?”

“Kenapa waktu itu.. lo nangis sampe segitunya pas tau abang harus dioperasi?”

Dengan tatapan yang masih terfokus pada jalanan, Chanhee menarik napas panjang sebelum memberikan jawabannya.

“Soalnya, kakak juga punya keluarga yang menderita penyakit jantung bawaan. Tepatnya, bundanya kakak. Waktu tau Changmin harus dioperasi, kakak panik bukan main.”

Sunwoo menegakkan duduknya, kedua telinganya terpasang dengan baik untuk mendengarkan jawaban Chanhee.

“Dulu, bunda juga harus dioperasi. Tapi.. Tuhan lebih sayang sama bunda, hari itu juga bunda pergi buat ketemu Tuhan.”

Mobil sport hitam milik Chanhee kemudian berhenti di lampu merah, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Chanhee untuk menoleh ke arah Sunwoo.

“Kakak takut banget Tuhan juga bakalan ngambil Changmin dari kakak, itu sebabnya kakak gak bisa nahan diri buat gak nangis waktu itu.”

Sunwoo terdiam mendengar jawaban dari Chanhee.

Sunwoo memilih untuk menatap keluar jendela ketika mobil kembali melaju, rasanya ia tak sanggup jika harus kembali menatap Chanhee setelah mengetahui semua ini.

Sunwoo merasa malu pada dirinya sendiri karena sudah berprasangka jahat pada Chanhee.

Jika saja Sunwoo langsung percaya pada Changmin soal Chanhee, peristiwa-peristiwa di beberapa hari kebelakang tidak akan terjadi.

Chanhee memaklumi Sunwoo yang masih terdiam karena jawabannya. Memasuki komplek perumahan Sunwoo, Chanhee memutuskan untuk kembali membuka suara.

“Nu, mau bawa oleh-oleh buat Changmin?”

Sunwoo menggelengkan kepalanya.

“Abang lebih suka masakan rumahan,”

Perkataan Sunwoo terjeda sejenak.

“Boleh nggak kalau Kak Chanhee aja yang masak di rumah buat abang?”

Tunggu.

Barusan.. Chanhee tidak salah dengar, 'kan?

Kak Chanhee?

Sunwoo baru saja memanggilnya dengan “kakak”?