Setelah beberapa jam mereka habiskan di mall, tibalah waktunya untuk pulang.

Di bangku belakang, Eric dan Sunwoo asik mengobrol tentang teman-teman mereka di day care. Hiasan kepala berbentuk tanduk unicorn dan telinga rakun menghiasi kepala mereka berdua.

Sebelum kembali ke mobil tadi, Sunwoo merengek pada Changmin karena meminta dibelikan hiasan kepala yang terpampang di etalase toko. Seakan belum cukup menguras kantong Changmin di hari itu, Sunwoo juga memaksa Changmin untuk membelikan hiasan kepala untuk Eric serta Chanhee, dan juga untuk Changmin sendiri.

Sunwoo lalu memberikan hiasan kepala berbentuk telinga penguin untuk Chanhee. Sedang untuk Changmin, pilihannya jatuh kepada hiasan kepala berbentuk telinga tupai.

Dengan perasaan campur aduk, akhirnya keempatnya berjalan menuju mobil dengan hiasan kepala yang berbeda di kepala masing-masing.

Keramaian di bangku belakang hanya bertahan untuk beberapa menit. Chanhee membalikkan badannya untuk mengecek keadaan di belakang, terlihatlah pemandangan Eric yang menyenderkan kepalanya di bahu Sunwoo. Keduanya memejamkan mata dengan tangan yang saling bertautan.

Kesempatan ini tentunya tak dapat Changmin lewatkan begitu saja.

“Hee,” panggil Changmin.

“Mhm? Kenapa, Changmin?”

“Aku.. mau minta maaf soal kejadian di hari Minggu dan juga kejadian sehari setelahnya.”

Saking gugupnya, Changmin mulai merasakan mual karena tak kunjung mendapatkan balasan dari Chanhee setelah 1 menit lamanya.

Akan tetapi, sirna sudah rasa gugupnya ketika tangan Chanhee meremat pelan tangan kirinya yang bebas.

“It's okay, Min. Kamu gaperlu minta maaf kok. Malahan aku yang perlu minta maaf, harusnya aku maklum kalau kebiasaan orang di rumah kan emang.. unik-unik.”

Changmin dapat merasakan pipinya memanas. Chanhee bilang, kebiasaannya memakai boxer saat tidur itu unik?

Aduh.

Setelahnya, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Chanhee kembali memandang jalanan dari jendela di sebelahnya. Bibirnya menyenandungkan alunan lagu yang terputar dari radio.

Changmin memperhatikan Chanhee dari sudut matanya, senyumannya awet di wajahnya setelah mendengar suara Chanhee.

Mobil milik Changmin akhirnya tiba di depan rumah Chanhee. Changmin segera keluar dan membuka pintu belakang, menggendong Eric yang masih terlelap dengan hati-hati.

Chanhee pun membukakan pintu rumahnya dengan cepat, meminta Changmin untuk membaringkan Eric di sofa ruang tamu.

Sadar bahwa adiknya sendiri sedang tertidur di dalam mobil, Changmin pun segera berpamitan pada Chanhee.

Baru beberapa langkah Changmin bergerak, tangannya mendadak ditarik dari belakang.

Chanhee mengambil satu langkah mendekat pada Changmin, mencium pipinya sekilas lalu mendorong Changmin yang masih membeku menuju mobilnya.

Kini, walau mobilnya sudah bergerak jauh meninggalkan rumah Chanhee, sebelah tangan Changmin masih menempel pada pipinya sendiri.

Tak percaya bahwa bibir tipis Chanhee baru saja menandai pipinya.