Tolong.

Matahari, 27 Maret 2021.

Mati.

Aku telah mati.

Runguku lama mendamba sunyi. Aku lelah menanti detik-detik kematianku sendiri. Aku mulai jengah menghitung hari.

Hastaku ingin segera berhenti, segera menggapai angin, segera menghenti pelik yang bergelantungan dalam inci-inci daksa tanpa nyawa ini.

Aku telah banyak mencoba. Kuraba fragmen-fragmen imaji, kupeluk ragaku sendiri, kuterka pahit yang kian datang berganti-ganti, sampai pada titik aku yang kini berdiri di sini, membenci diri sendiri.

Aku menyerah.

Kulihat cakrawala, kulihat langit yang memerah, kudengar desir angin ramah, dan samar-samar dalam netraku, kulihat burung-burung yang kini beterbangan pulang menjemput tempat antah berantah yang kusebut rumah.

Tinggi. Tinggi sekali.

Aku ingin segera membumi, sesegera mungkin.

Pada sang dewi arunika, pada sang pemilik terang dan temaram, pada sang pencipta tiap-tiap senyawa di antariksa, aku ingin pulang.

Tolong bunuh aku, segera.