Baskara menutup mata, mengembuskan nafas kasar, lalu kembali mengunyah potongan sosis di mulutnya sesaat setelah mendengar desahan Naz yang disengaja di ujung telepon.

“Udah dong, jangan gitu. Aku lagi di kantor, Naz...” ujarnya begitu selesai menelan nasi dan potongan sosis. Naz yang sedang bertelanjang dada di kamar gelapnya cuma tertawa geli—tanpa rasa kasihan ke Baskara—lalu menjawab, “Nggak sengaja.” diikuti juluran lidah dan gulungan selimut yang dinaikkan sampai ke dagu.

“12 menit lagi Valentine di sini, lo nggak mau menghibur gue apa?” kalau kalian ingat bentuk emoji cemberut yang ada di iOS, persis. Sekarang Naz menampilkan ekspresi itu ke Baskara. Baskara memutar bola matanya, lalu terkekeh sebelum menjawab, “aku juga butuh dihibur kali. Emangnya kamu doang?”

Naz mengerucutkan bibir, lalu melanjutkan, “emangnya lo nggak ada Valentine's date malem ini? Galentine gitu? Jangan kerja terus, ih.“—yang langsung diratapi oleh Baskara. Soalnya dia memang tidak punya rencana apa-apa malam ini, cuma mau ngegym lalu masak. Terus sebelum tidur akan nelfon Bapak ngabarin kalo akhir minggu ini dia bakal kunjungin beliau di Gianyar. Sama satu lagi, beliin coklat anaknya Hugo yang udah nagih minta coklat sejak seminggu lalu.

“Hmm ada sih, ntar abis balik kerja juga mau mampir beli coklat.” Baskara lagi pengin jahil aja. Eh, Naz percaya dong. Air muka dia udah berubah cemberut lagi, kali ini cemberutnya lebih dalam dari yang tadi. “Ih, sama siapa?” tanyanya pakai suara yang diimut-imutin, bikin Baskara gemes. “Sama Catherine.”

“Catherine? Maksudnya siapa sih? Gue ada kenal Catherine tapi kayaknya bukan dia nggak sih yang lo maksud? Ih Baskara! Jangan cryptic gitu dong, Bas, gue takut nih...” Baskara udah pengen ngakak soalnya Naz ini aneh, tadi katanya nyuruh Baskara buat cari pacar atau temen deket, giliran dipancing dikit gini mukanya udah kayak orang kebelet berak.

“Bentar ya, aku cariin foto dia dulu. Cantik banget, deh.” Baskara melirik layar handphone dia sebentar, melihat Naz yang mulai gigitin kukunya cemas, lalu kembali membuka iPad—dilama-lamain—untuk cari foto si Catherine.

“Gila lo, jatuh cinta bener ya sama Catherine? Sampe udah disimpen di iPad yang kata lo sacred itu.” lagi-lagi beneran rupanya, si Naz udah kepancing. Asiikk, masuk perangkap, nih ye!

“Nih, ini Catherine. My Valentine's date.” muka Naz langsung berubah pengen menerkam Baskara saat itu juga tapi nggak bisa karena kehalang sekian mil jarak Jakarta-Los Angeles.

“Baskara, anjing! Gue kirain beneran lo punya pacar!” Naz marah-marah, as expected, setelah melihat wajah Catherine anaknya Hugo yang masih TK besar itu di layar iPad. Ya iya sih, dia manusia, nyata bentuknya, namanya Catherine. Tapi maksud Naz tuh ... Baskara bakalan ngedate sama the other 'Catherine' gitu loh.

“Memangnya kalau aku punya pacar, mau diapain sih, Naz?” Baskara melanjutkan obrolan setelah menutup iPadnya, juga melanjutkan makan siang yang tertunda.

“Ya enggak diapa-apain. Biar bisa double date gitu sama gue dan Dave.” bibirnya mengerucut saat nama Dave kembali disebut. Alasan kenapa Naz menelepon Baskara tengah malam begini di LA—Dave tiba-tiba pergi dan bikin Naz harus menghabiskan malam menuju hari Valentine sendirian, tanpa ucapan, tanpa hadiah, dan harus berjauhan dengan pacarnya.

Menit-menit menuju Valentine dihabiskan mereka dengan hening. Naz cuma liatin Baskara menandaskan makan siangnya di pantry kantor, sesekali mengomentari orang-orang yang lalu lalang di belakang Baskara. Menyedihkan. Dua-duanya menyedihkan.

Panggilan video itu ditutup dengan ucapan 'selamat valentine' ke satu sama lain. Dan sedikit harapan yang dipupuk sama Baskara kalau di tahun berikutnya, mungkin dia akan bisa merayakan valentine bersama Naz di samping dia. Secara harfiah dan secara kiasan.

Belum sempat Baskara menutup boto minumnya, tiba-tiba office boy masuk ke pantry, membawa kotak warna merah marun dan seikat bunga poppy.

“Mas Baskara dicariin ke mana-mana taunya di sini. Ini, Mas, ada kiriman tadi. Barusan banget.”

Setelah mengucap terima kasih, Baskara buka secarik surat yang ditulis florist dengan pulpen silver di kertas warna biru tua. Senyum mengembang selepas itu. Ah ... datang lagi satu alasan buat dia terus memupuk harapan itu.