Kotak Beledu
Nita itu anak pertama, wataknya sih terhitung keras ya. Semua keputusan yang diambil oleh keluarga, harus selalu lewat persetujuan Nita. Papanya aja yang alpha tulen itu udah kuwalahan mengatasi kerasnya kepala Nita kalau udah ambil keputusan. Tapi bisa dimengerti sih, Nita dilahirkan dari dua alpha yang kelakuannya juga mirip-mirip sama dia. Kalo dianalogikan lewat pelajaran Biologi, gen dari kedua orang tua laki-laki Nita itu terlalu dominan, sedangkan gen dari ibu penggantinya nggak ada sama sekali yang turun ke dia.
Hubungan romansa Nita dan Renjun dimulai secara tidak sengaja. Mereka 'tidak sengaja' jadian ketika masing-masing dari mereka selesai nyomblangin adik kandung Jenita—Jessica—dengan Donghyuck.
Sebagai gambaran, Nita itu nggak cocok banget sama kebiasaan Jessica buat menghamburkan uang. Apalagi cara menghamburkannya terbilang cukup nyebelin. Yakni lewat keikutsertaannya pada acara-acara auction.
Auction yang satu ini bukan auction untuk dapetin lukisan, sculpture, atau barang mahal lain yang dijadiin pajangan. Tapi, auction satu ini buat dapetin alpha ganteng yang siap nemenin Jessica kalo dia lagi pengen ditemenin. Sinting kan?!
Itulah kenapa akhirnya Jenita berusaha mati-matian nyariin alpha ganteng yang bisa ngimbangin si cegil Jessica-Jessica itu. Untungnya, dia kenal sama Donghyuck yang tidak lain adalah temen magang di salah satu subsidiary corporation punya orang tuanya.
Dan di peristiwa itulah akhirnya Nita ikut-ikutan kecantol sama omega berhati lembut a.k.a teman magangnya—Renjun.
Hubungan mereka udah jalan selama dua tahun. Selama dua tahun itu pula Nita merasa makin hari makin cocok aja sama Renjun. Gimana Renjun yang begitu menghormati personal space Nita, Renjun yang selalu support Nita terlepas dari peran normatif mereka dalam hubungan, sampai kecenderungan mereka yang saling melengkapi—Renjun yang notabene seorang omega penyayang ketemu sama Nita si alpha kuat yang sebenernya pengen disayang. Intinya, Nita merasa mereka harus cepet-cepet melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Dan sebenarnya, dari sisi Renjun pun, dia juga udah siap kalau harus berlutut di hadapan Nita dan meminta alpha cantik itu untuk jadi pendamping hidupnya selama-lamanya. Persetan sama anggapan bahwa omega nggak seharusnya bicara duluan. Kuno banget.
Namun, masalah muncul ketika ada perbedaan pandangan dari Nita dan Renjun soal bagaimana mereka akan menyikapi anggapan orang soal hubungan mereka. Jenita sadar, perannya jadi wanita alpha yang sering wara-wiri di media jelas nggak bisa menutupi keberadaan Renjun ketika nanti mereka sudah ada di hubungan yang lebih serius. Sementara itu, hal ini jelas bertentangan sama prinsip Renjun yang mati-matian ingin hubungan mereka nggak tersentuh sama spotlight. Keadaan hidup mereka jauh beda soalnya, Renjun nggak ingin mengorbankan reputasi Nita dan keluarganya.
Sekarang, kita tarik kembali cerita ini ke sebuah malam di hari Jumat yang cukup menyebalkan buat Renjun.
Kemarin, hari Kamis, ada request yang tanpa permisi masuk ke dalam backlog pekerjaannya. Gara-gara data faktur pajak yang nggak align di beberapa dokumen pembelian oleh customer. Sementara, mereka harus memastikan kalau data-datanya sama supaya pajak bisa dibebankan ke pihak-pihak yang bersangkutan dan nggak akan ada masalah di kemudian hari. Seharusnya nih ya, seharusnya, yang kerja bukan Renjun dong. Kan Renjun bukan orang tax ataupun sales. Tapi namanya juga mestakung, ya seolah semesta ini berkonspirasi mendukung Renjun menghabiskan malam weekend berharganya sambil ngantuk-ngantuk di kantor bikin template untuk cocokin data dari semua dokumen _sales\ yang udah dikeluarin sejak awal tahun.
Renjun dibantu Donghyuck udah hampir dapet separuhnya, udah berhasil tracing dan mastiin bahwa datanya nggak akan gerak atau berubah sehingga memudahkan tim tax buat revisi ulang dokumen-dokumennya atau nentuin strategi apa yang mau dipakai biar pihak customer dan company sebagai vendor nggak akan rugi dari sisi waktu dan biaya.
Belum sempat Renjun selesai sama targetnya hari ini, tiba-tiba pesan masuk dari Nita. Cuma kiriman gambar pacarnya lagi pake baju seksi sih, seharusnya udah biasa. Tapi karena saking lamanya mereka nggak catch up, Renjun jadi pengen kunjungin Nita malam ini. Sekalian sayang-sayangan. Gitu konsepnya.
Tepat jam 9 malam, Renjun udah lari-lari kecil ke halte terdekat dari gedung kantornya buat nyamperin bus yang akan lewat tiap 5 menit sekali. Berbaur sama barisan pekerja kerah putih lain yang menggantungkan hidupnya sama roda perekonomian di ibukota. Wajah-wajah lelah mereka serupa sama wajah lelah Renjun, yang lagi-lagi harus optimis kalau hari esok akan jadi lebih baik lagi.
Perlu waktu 25 menit untuk sampai ke apartemen mewah Nita yang sudah terlampau akrab sama Renjun sejak mereka pacaran dan menghabiskan rut Nita bersama. Dari yang dulunya Renjun disangka peliharaannya Nita, sampai satpam gedung udah hafal dan bestie banget sama Renjun sekarang.
Renjun melangkahkan kakinya dengan sangat ringan ke lantai 14 tempat Nita tinggal. Udah kebayang kalau malem ini akan jadi salah satu yang membahagiakan dan patut diberi apresiasi lebih karena udah berhasil bikin Renjun lupa sejenak sama ribuan dokumen sales yang belum kesentuh. Nyentuh Nita dulu pokoknya.
Dan benar aja, Nita langsung mengambur ke pelukan Renjun yang sedikit lebih pendek dari dia itu ketika Renjun buka pintu apartemen Jenita. Ah ... Renjun lega banget ketika bisa mencium perpaduan aroma serupa pepohonan hutan dari tubuh Nita bercampur dengan parfum mahalnya. Renjun merasa nyaman dan aman di dekat Nita.
Ciuman lembut Renjun di pipi dan perpotongan leher Nita berubah jadi ciuman bibir yang sangat memabukkan buat mereka berdua. Terlepas dari kondisi mereka yang masih sama-sama berdiri di balik pintu utama.
Selanjutnya, Renjun persilakan Nita untuk membimbingnya seperti biasa. Renjun bukan pasrah, tapi memang sulit untuk mengimbangi stamina dan dominansi Nita di atas Renjun. Jadi satu-satunya opsi, ya Renjun cuma bisa tunduk di bawah kendali Jenita sepenuhnya.
Renjun tidak keberatan sama sekali kok dengan ide itu. Sejak awal dia juga udah sadar bahwa ini hal yang normal untuk mereka. Malahan Renjun senang bisa mengagumi tiap lekuk badan Nita dari bawah si alpha. Kata orang, Nita punya banyak daya tarik, wajah cantiknya jelas jadi si nomor wahid, diikuti hidung mancung, bibir tipis, sampai dada besarnya juga sering jadi topik pembicaraan ngawur laki-laki—bawahannya—di kantor. Untungnya cuma Renjun yang bisa mengagumi seluruhnya sendirian, dan atas persetujuan Nita tentu saja.
Malam itu Renjun senang, dia bersama Nita sama-sama puas dan merasa cukup. Apalagi ditambah sama bumbu rindu selepas nggak ketemu berhari-hari, tentu peluh mereka nggak terbuang sia-sia.
Selepas membantu Nita membersihkan tubuhnya, Renjun bawa Nita bersandar di dada mungilnya. Sembari menyeka sisa keringat di dahi Nita yang buat poninya menempel. Matanya boleh jadi fokus ke tontonan dari streaming platform kenamaan favorit mereka, tapi pikiran Renjun sudah berkelana entah ke mana. Salah satu yang mengganggu pikirnya adalah sekotak cincin emas yang selalu dibawa Renjun ke manapun selama sebulan terakhir ini.
Cincin untuk Nita.
Nita seorang.
Hasil kerja kerasnya bertahun-tahun yang akhirnya menjadi sebuah barang berharga yang ia harap akan ia berikan pada orang yang tepat. Dan menurut versinya, orang itu adalah Nita.
Hari berganti tapi tanpa Nita di sisinya tentu beri Renjun kesempatan yang cukup lebar untuk berfikir. Menimbang dan meninjau banyak faktor termasuk kemungkinan penolakan yang bisa saja dilontarkan oleh Nita dari mulutnya. Hanya saja malam ini Renjun sampai pada suatu kesimpulan bahwa, apapun yang akan terjadi, dia harus mengutarakan niatnya pada Nita. Terlepas apapun nanti jawaban Nita.
Setelah memindahkan Nita dengan alasan ingin ke kamar mandi, Renjun bawakan sekotak cincin itu untuk Nita. Tanpa bunga, kudapan manis, atau hadiah mahal sebagai teman, malam itu Renjun berlutut di hadapan Nita dan memintanya untuk jadi pendamping hidupnya.
Dan sesuai dugaan Renjun, proposal itu diterima Nita dengan derai haru air mata membasahi pipi cantiknya. Doa dan harapan mereka rapalkan juga malam itu, selepas ungkapan penerimaan Nita.
Mereka ingin bahagia berdua.