untitled 2111
“Ayah?”
Aku merasakan dadaku bergetar ketika mendengar suara seseorang yang hampir dua tahun ke belakang tidak pernah kudengar.
“Ha-halo ayah?” suara lirih itu mencari-cari responku.
“Y-ya? Ayah di sini...” aku tak sempat lagi meneruskan kalimatku, sibuk menata kepingan memori yang sudah jauh ku tinggalkan di belakang sana.
“Ayah ... aku kangen ayah.” air mataku perlahan menitik seiring ingat jari-jari kecilnya yang dahulu selalu begitu erat menggenggam tangan kasarku.
“Iya, ayah besok bener-bener pulang buat kamu. Besok kita ketemu. Ya?” isakan tangis juga terdengar dari sisi anakku yang tinggal belasan jam selisihnya dariku sekarang.
“Ayah, aku nggak tahu apa yang terjadi di masa lalu antara Ayah dan Baba. Tap-tapi ... Ayah udah denger dari Oma kan? Baba sakit, Baba udah tiga hari nggak sadar. Aku mohon ... Ayah temuin Baba nanti. Ayah janji ya?”