BOUNCE ON YOU
Jeno Oneshot Story
written by awnyaii
Malam hari kesekian dalam kehidupan pernikahan Jevin dan Letta, keduanya sedang memandang langit yang sama yang bertabur ribuan bintang yang cahayanya terang, tidak redup sedikitpun. Angin semilir menemani mereka, menerpa wajah keduanya, menerpa tubuh keduanya yang sedang saling merangkul di tepi kolam renang rumah mereka.
Jevin dan Letta masih menjadi sepasang suami istri. Menjadi muara untuk rasa yang sama, jejak langkah yang tanpa tujuan kini berjalan beriringan. Tangan Jevin merangkul pundak Letta dan gesekkan pelan, beri sedikit rasa hangat disana bagi sang puan. Tak perlu ingin jelajahi ruang angkasa karena seluruh semesta Jevin ada di diri Letta.
“Jevin, maaf ya,” kata Letta membuka pembicaraan sambil melingkarkan dekap di tubuh Jevin dan menyandarkan tubuhnya di tubuh Jevin. Suami Letta itu langsung membalas pelukan itu.
“Kenapa? Kok minta maaf?” tanya Jevin.
“Belum bisa kasih baby.” Letta merenggangkan pelukan sambil menatap lekat Jevin.
“Kalau udah saatnya dikasih pasti ada jalannya, sayang.” Jevin menundukkan sedikit kepalanya mendekatkan ke wajah Letta.
“Ya, aku kadang sedih aja lihat orang lain, temen-temen kita yang udah punya anak, sedangkan kita belum bisa. Kamu juga pasti pengen, kan?” Letta mengerucutkan bibirnya. Jevin mendekatkan wajah lalu mengecup bibir Letta beberapa kali dengan gemas.
“Iya, pengen. Kamu juga kan? Tapi aku nggak se-obses itu, kesehatan kamu lebih penting. Kapanpun waktunya, tunggu waktunya Tuhan aja, ya?” balasan Jevin membuat Letta sedikit tenang.
“Nanti, saatnya, kita dikasih anak sebelas biar langsung debut boyband girlband.” Jevin menggesekkan ujung hidungnya dan hidung Letta.
Sang rembulan purnama malam itu bak kalah oleh tatap mata Letta, “Aku bersyukur, Jev. Punya mertua kayak Mama Lea yang nggak pernah nuntut apa-apa, jadi sosok ibu yang bener-bener mumpuni. Pasti udah banyak, ya, perjalanan pernikahan Mama Lea yang nggak mudah?” kata Letta lirih.
Jevin mengikis jarak diantara mereka lalu menarik tubuh Letta mendekat. Jevin jelma seseorang dengan sejuta kehangatan yang menjadi sosok suami yang memang tulus mencintai Letta tanpa desakan dan paksaan. Letta juga datang dengan sejuta kasih bagi Jevin.
“Mama itu wanita terhebat pertama yang aku tahu, kisah Mama dan Papa nggak pernah mulus sejak pacaran, bahkan Papa pernah bilang kalau perjuangan Mama sampai bertaruh nyawa, bukan hanya saat melahirkan.”
“Panjang, ya, ceritanya? Kelihatan kok, Mama Lea itu beda dalam menanggapi setiap hal yang terjadi.”
Letta mengangguk, langit memang gelap tapi tidak menangis, ada bulan dan bintang yang menyaksikan betapa dua hati saling menjatuhkan diri semakin dalam dari sebelumnya. Sorot indah pancaran mata Jevin tidak pernah redup, sama dengan Letta. Tangan Jevin bergerak menyisir rambut Letta perlahan.
Jevin bawa telapak tangan Letta untuk usap pipinya sendiri, merasakan hangat yang dari gesekan pelan itu, Jevin memejamkan mata beberapa detik dan tersenyum. “Let, maaf kalau aku kurang sempurna jadi suami, ya.” Jevin berkata lirih lalu menarik Letta ke pelukannya lagi.
Letta membalas pelukan itu hangat, Letta berikan sebuah balasan, ia telusupkan wajahnya di sela leher Jevin. Sementara Jevin mencium pucuk kepala Letta berkali-kali. Tak ada yang bicara, tak ada yang memberikan kalimat. Yang ada hanya dua insan yang bertukar dekap. Yang menggema hanya rasa diantara keduanya, yang berkuasa hanyalah harap keduanya untuk bersama lebih lama.
Malam ini, Letta menunggu Jevin pulang kerja. Letta yang lebih dahulu pulang. Letta hanya memainkan ponselnya sembari menunggu kepulangan Jevin. Karena instagram Jevin yang sempat log in di ponsel Letta membuat Letta iseng untuk membuka akun Jevin. Ia sekadar melihat apa yang ada di beranda instagram Jevin hingga Letta terhenti saat melihat sebuah postingan wanita yang tidak asing baginya.
“Stella? Dia balik ke Indonesia?” gumam Letta dalam hati. Tapi semuanya buyar saat Letta mendengar mobil Jevin memasuki garasi. Letta pun menutup ponselnya lalu berjalan membukakan pintu menyambut suaminya. Jevin berjalan menghampiri Letta dan langsung mengecup bibir Letta sejenak. Ia juga memeluk tubuh Letta untuk sesaat.
“Nungguin aku, ya?” tanya Jevin.
“Ya, nungguin siapa lagi, coba?” balas Letta sambil tersenyum. Jevin pun melonggarkan dasinya lalu langsung mengangkat tubuh Letta dan menggendongnya ala bridal style dan Jevin menggunakan kakinya untuk menutup pintu rumahnya.
“Apa, sih langsung gendong aja, kamu, tuh―” kekeh Letta yang kini mengalungkan tangan dan mengecup pipi Jevin beberapa kali.
“Tuh, kan, suaminya baru pulang aja udah dihabisin pipinya, habis ini kamu yang aku habisin,” kata Jevin berbisik yang membuat Letta menggerakkan kakinya seakan minta diturunkan.
“Nggak mau,” kata Letta.
Jevin hanya tertawa, ia membawa Letta masuk ke dalam kamar, menidurkan Letta di ranjang perlahan. “Wait for me, ya? Aku mandi dulu,” ujar Jevin kepada Letta lalu mengecup kening Letta.
“Ikut,” rengek Letta iseng.
“Yaudah ayok?”
“Hehe, bercanda. Aku udah mandi dari tadi.”
Jevin bangkit berdiri dan melepas kemejanya, meraih bathrobe lalu berjalan ke kamar mandi.
“Dasar, yaudah aku mandi ya?” Jevin berbalik badan sebelum memasuki kamar mandi.
Letta mengangguk. Jevin pun melenggang masuk menuju kamar mandi. Letta masih ada disana, sembari menunggu sang tuan usai mandi, ia mengambil handphonenya lagi, kembali membuka instagram dan mulai melihat lagi profile Stella yang tadi ia lihat. Benar saja, Stella kembali ke Indonesia. Jevin pernah berkata bahwa Stella sudah tinggal di luar negeri.
Tak sengaja Letta menekan menu pesan, dan terbukalah pesan antara Jevin dan Stella. Keduanya ternyata pernah berkirim pesan beberapa kali. Sayangnya, notifikasi itu tidak Letta terima.
Jevin, makasih ya waktunya. Kalau nggak ada kamu aku bener-bener nggak tahu harus gimana. Sekali lagi makasih banyak untuk bantuan kamu.
Tak lama kemudian Jevin keluar dengan balutan bathrobe dan dengan handuk yang ia gosokkan di rambutnya. Letta buru-buru menutup menu instagram dan ia taruh ponselnya di nakas sebelah ranjangnya. Raut wajah Letta langsung berubah saat itu. Tidak lagi sumringah.
“Sayang.” Jevin menaruh handuknya di kursi lalu berjalan cepat mendekati Letta yang ada di tempat tidur.
“Hm,” jawab Letta yang hanya berdeham sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
“Kenapa? Kok tiba-tiba cuek?” tanya Jevin. Letta hanya menggelengkan kepalanya lalu berbaring di tempat tidur.
Jevin bingung dengan perubahan sikap Letta dalam sekejap. Ia pun menundukkan kepalanya mengikis jarak diantara wajahnya dan Letta lalu melayangkan lumatan di bibir Letta. Tapi Letta tidak membalasnya sama sekali. Jevin masih melumatnya namun Letta masih mengatupkan bibirnya.
“Kamu kenapa, sayang?” tanya Jevin.
“Lagi nggak mood, aku mau tidur duluan,” kata Letta lalu berbalik badan memunggungi Jevin.
“Kamu kenapa?” tanya Jevin sekali lagi.
“Nggak papa, mau tidur,” balas Letta berbohong. Sebenarnya hatinya sedikit sakit campur curiga membaca pesan antara Jevin dan Stella tadi. Tapi Letta tidak ingin merusak suasana antaranya dan Jevin. Maka Letta putuskan untuk diam.
“Let, kamu nggak papa? Kamu sakit?” tanya Jevin yang kini menempelkan pipinya di pipi Letta dan memeluk tubuh Letta. Wanita itu mengangguk, Jevin menghela napas. Jevin paham betul kalau ada sesuatu yang Letta sembunyikan. Jevin pun membiarkan Letta utuk diam, untuk memejam dan tidak melanjutkan pembicaraan mereka.
pukul satu malam...
Jevin belum terlelap, ia masih terjaga. Ia memeluk tubuh Letta dari samping dan ia kikis jarak membuat punggung Letta menempel di dada bidangnya. Beberapa kali Jevin menciumi pipi Letta hingga istrinya itu menggeliat dan Jevin malah memeluknya lebih dalam lagi.
“I love you, I love you,” bisik Jevin lirih di telinga Letta sehingga membuat Letta menggeliat dan Jevin lebih memeluk Letta lagi.
Niat iseng Jevin muncul, tangan Jevin dari dalam selimut bergerilya menuju perut sang puan dan naik menuju dada Letta. Dimana saat itu Letta hanya mengenakan lingerie bermodel mini dress satin untuk tidur membuat Letta yang sudah tidak mengenakan bra mendapat sentuhan sensual di payudaranya dari luar kain oleh tangan gagah Jevin.
Jevin memberikan gerakan pelan namun stabil untuk meremas payudara sintal itu dari luar kain yang menutupinya membuat Letta semakin menggeliat resah. Saat kepala Letta menoleh ke arah Jevin, pria itu langsung meraup bibir Letta dan melumatnya. Letta membuka mata mendapati sang tuan sudah tak berjarak dengannya.
“Jevin―ngh,” nama Jevin adalah syair pembuka yang merdu dalam sebuah lenguh Letta malam itu. Jevin belum hengkang, ia masih menangkup rahang Letta, menjaganya tetap disana guna mempermudah Jevin memberikan afeksi dalam lumatan yang ia layangkan. Letta yang masih setengah sadar pun lambat laun membalas pagutan Jevin.
Tangan Jevin pun bergerak melucuti lingerie berbentuk mini dress yang dikenakan Letta. Permainan panas singkat kala itu membuat Letta dan Jevin berada di puncak kenikmatannya untuk babak permulaan. Sedikit merenggangkan pagutan, mengambil pasokan oksigen, keduanya saling menatap namun tetap menautkan hidung dan dahi mereka. “Are you okay, Letta?” tanya Jevin. Letta hanya mengangguk dan mengerjapkan matanya untuk mengumpulkan kesadarannya.
Lantas, bibir keduanya bertaut lagi, jemari Letta diletakkan diantara sela-sela surai hitam Jevin. Nama Jevin ia sematkan di tahta tertinggi singgasana hatinya. Namun, Letta belum bisa lupa akan suatu hal yang ia lihat tadi di ponsel Jevin. Tangan Jevin kini menjamah bagian gundukan kenyal di dada Letta, Dibiarkannya Jevin meraja dengan segala pergerakannya. Letta melenguh lirih.
“Jangan ditahan, moan my name,” pinta Jevin. Gerakan tangan Jevin yang meremas lembut memanjakan Letta membuat Jevin mengubah posisi menjadi menindih tubuh Letta. Jevin dibantu Letta juga perlahan melucuti perca yang ada di tubuh Jevin. Tubuh Letta sedikit resah dan bergerak hingga dibawah sana, kejantanan Jevin terkena gesekan pusat tubuh Letta.
Kedua belah bibir mereka masih bertaut dan lumatan masih diberikan satu sama lain untuk menguasai bibir atas dan bawah mereka bergantian. Jevin pun mengunci dan memegangi tangan Letta diatas kepala Letta. Dengan leluasa Jevin bisa menjelajahi tubuh wanitanya tanpa perlawanan. Letta mendongakkan kepala dan memejam kala merasakan benda licin bergerak di sekitar lehernya. Licin dan hangat, begitulah sensasi yang menyatu menimbulkan rasa geli dan nikmat disaat yang bersamaan bagi Letta. Lidah Jevin mengabsen setiap inchi leher Letta tanpa terlewati. Lewat sanjungan lisan dan lenguhan yang lebih epik dari jelma puisi malam itu keduanya sejenak melupakan realita dan hanya fokus kepada dunia dan semesta yang mereka bagi berdua.
“Jevin.. babe mhh,” desah Letta saat Jevin menyesap dan mengecup leher Letta dan memainkan lidahnya di sekitar leher dan telinga Letta, Jevin hampir saja membuat sebuah tanda cinta di leher Letta tapi Letta menahannya dan Jevin menurutinya. Kesunyian malam dipecah oleh lenguhan yang beradu.
Sebelah tangan Jevin turun dan mengusap perut Letta sensual lalu naik ke payudara Letta, menjalar dan memberikan gelenyar nikmat dalam diri Letta. Tangan Jevin dengan lembut bermain di gundukan payudara Letta bergantian dan memberikan sentuhan sensual saat memilin puncak yang sudah menegang itu dengan ibu jari dan telunjuknya berulang kali. Puncak payudara sudah meminta diberi perlakuan lebih, Letta tidak menahan desahannya, kini, desahan dan lenguhannya mengalir dan terdengar merdu di telinga Jevin.
Dua belah bibir Jevin sudah bermain dengan lihai di payudara Letta, bahkan ujung lidah Jevin sudah menjalari sekitaran perut Letta dengan leluasa. Keheningan semakin lenyap saat Letta yang sudah dibuat gila sejak tadi langsung memeluk erat leher Jevin memperdalam cumbuan mereka dan Jevin gantian menyuarakan nama Letta dalam hening kala itu.
“Nicholetta―ahh.” Jevin mengukung tubuh mungil Letta dengan sempurna. Ciuman bertambah dalam dan semakin memagut kala sang puan membuka sedikit mulutnya lalu Jevin berhasil melesatkan lidahnya ke dalam rongga mulut Letta dan mengabsen satu persatu space disana. Jevin juga menggoda Letta dengan menggesekkan pusakanya dengan milik Letta dibawah sana. Namun ia menyadari milik Letta masih terbalut penutup, dengan kasar Jevin melepasnya dan membuang ke sembarang arah.
“Ahh, pelan, Jevin―sshh,” desah Letta kala Jevin memainkan jarinya memasuki lipatan lembab milik Letta dengan puas. Jevin menggesekkan jarinya di mulut kepemilikan Letta dengan brutal. “Ahh, mhhh,” desah Letta.
“You’re mine, forever mine,” desis Jevin ditengah cumbuan panasnya. Jevin pun melepaskan tangannya kala tubuh sang puan sudah semakin menggelinjang.
“Jev, mhhh..” Letta ikut menggerakkan pinggulnya sehingga membuat kewanitaannya dan pusaka Jevin bergesekan. Jevin melepaskan pagutan dan menatap wajah ayu Letta dalam jarak dekat. Beberapa kali Jevin hendak melumat bibir Letta namun ia urungkan lagi menggoda sang puan.
Jevin pun merangkak menjauhi Letta sesaat menuju nakas sebelah ranjang. “What will you do?” tanya Letta.
“I have something for you. For us to try exactly.” Jawaban Jevin disertai pergerakan Jevin yang merangkak mendekat ke arah Letta. Keduanya sudah tidak ditutupi sehelai benang pun.
Sebuah Leather handcuffs dan sebuah kain yang akan ia gunakan untuk menutup mata Letta ia tunjukkan kepada Letta. Mata Letta terbelalak melihatnya. Jevin pun memasangkan Leather Handcuffs ke kedua pergelangan tangan Letta sebelum membawa tangan sang puan ke atas kepala. Jevin menyeringai.
“Your hands look heavy so, I’ll hold them above,” kata Jevin lalu mengecup pipi kanan Letta. Wanitanya hanya pasrah. Jevin juga menutup mata Letta dengan sehelai kain tipis berwarna hitam yang ia ambil tadi.
Handcuffs terpasang sempurna kini tangan Jevin mulai memberikan sentuhan di bagian perut dan pinggang bahkan paha Letta dengan jarinya. Dilihatnya Letta sudah menggeliat geli dibawah sana.
Akhirnya semua sudah terpasang sempurna, kini hanya Jevin yang harus bergerak. Pertama, Jevin menyerang bagian dada Letta, seluruh bagian dada ia jamah bahkan dengan bibir dan lidahnya.
“Jevin.. nghh,” Letta bergerak gelisah.
“Moan my name, louder, as loud as you want, Letta,” balas Jevin. Detik selanjutnya cumbu serta kecup Jevin setelahnya membuat Letta menyebutkan nama Jevin dalam desahannya dan lenguhannya. Jevin menggerakkan ujung jari telunjuknya memberi gerakan memutar di sekitar payudara Letta, sang puan bertambah meracau. Kedua gundukan kenyal Letta kedatangan bilah bibir yang memanjakan serta perlakuan lidah ganas Jevin yang seakan akan menyantap habis milik Letta itu. Lidah Jevin bergerak tanpa permisi.
“Mhh ahh, Jevin please― ngghh,” desahan tak tertahankan lolos dari mulut Letta kala itu. Jevin tidak diam saja, saat sentuhan sensual dari jari Jevin sudah menyapa paha Letta ia mengikutinya membuat lidahnya juga menyapa bagian dalam paha sang puan. Tangan Jevin juga meremas beberapa kali bagian paha itu.
Pagutan lembut kembali naik dan didaratkan Jevin di bibir ranum Letta kali ini sedikit brutal “Jevin..hmpph...” racau Letta, ia tidak bisa bergerak karena Jevin mengungkungnya dan tangannya masih ada dalam kaitan Leather handcuffs membuatnya hanya pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jevin. Setiap desahan Letta menjelma menjadi sebuah candu yang membuat Jevin semakin bernafsu.
Namun sepertinya melihat wajah Letta secara tidak full seperti ini membuat Jevin kurang puas, Jevin melepaskan penutup mata Letta yang menghalanginya. Mata Letta masih memejam dan bibirnya terkatup menahan sensasi yang sangat nikmat itu. Lidah Jevin menjelajah hingga ke pusat tubuh milik Letta hingga sang puan melenguh hebat. Dimainkannya lidah Jevin disana dengan sensual dengan gerakan yang memutar seiring menggiring Letta pada sensasi yang nikmat melayang ke langit cinta.
“Damn! Jevin! Akhhhh―” lenguh Letta habis-habisan saat pertahanan terkokoh dari dirinya diserang mati-matian oleh bibir dan lidah Jevin
Tapi Letta tidak bisa bergerak leluasa karena tangannya masih dalam kuasa handcuffs di atas kepalanya. Jevin pun membuka paha Letta lebar-lebar lalu mengecupnya di beberapa bagian sebelum menyerang lagi pusat tubuh Letta. Saat itu Letta merasa seakan-akan dipermainkan karena Jevin memberi jeda sesaat sebelum menyerang lagi dengan bertubi-tubi.
“Jevin...” Letta mengernyit
“Apa, sayang?”
“I want you, nggak kuat―”
Jevin mengerti maksud dari perkataan Letta. Maka Jevin kembali menyejajarkan wajahnya dan Letta. Di bawah sana pusaka Jevin ia gesekkan dengan pusat tubuh Jevin. Di bawah sana Jevin membelah lipatan pusat tubuh Letta dengan pusakanya.
“Go up and down on me, and I like it, I want it,” bisik Letta lirih.
“Yas, I will, because you are my favorite elevator and I’ll go up and down on you, my love.”
Dengan posisi vibrator yang masih menyala, Jevin mencumbu bibir ranum Letta. Tangannya perlahan melepaskan handscuffs yang ia pasang tadi dan membuangnya ke sembarang arah. Tapi di bawah sana, Jevin masih menggesekkan pusakanya, hanya ia gesekkan, Jevin sengaja mencobai istrinya ini padahal Jevin sudah tahu, sesuatu disana sudah basah.
“Nghh—” Letta mendesah kala Handcuffsnya tanggal dan dengan leluasa ia langsung memainkan jemarinya meremas surai Jevin menyalurkan kenikmatannya sesuai dengan temponya, bahkan sisi liar Letta menyala lagi karena Jevin memperdalam ciumannya saat tangan Letta menekan tengkuk lehernya.
Jevin menyesap habis dengan lembut perlahan brutal bibir sang puan. Dengan erat Letta memeluk leher Jevin agar sang tuan dengan leluasa memperdalam pagutan.
Melihat sang puan sudah meracau dan menggelinjang, Jevin yang masih mengukung tubuh Letta lalu dilihatnya peluh sudah membasahi kening Letta, dengan lembut Jevin mengusapnya lembut lalu mengecup kening, kedua pipi dan hidung Letta. Dan memeluknya beberapa saat.
Keduanya mencumbui dengan gairah bercinta. Badan keduanya saling bersentuhan dalam senggama yang membawa hasrat. Denting jam beradu dengan desahan lirih yang lolos kala lidah keduanya bertaut. Tangan Letta menarik tubuh Jevin semakin dekat dengannya hingga payudaranya menempel dengan dada Jevin.
“Now, let’s have fun together,” tanpa aba-aba Jevin dengan dua kali hentakan keras memasukkan pusakanya ke pusat tubuh Letta.
“Jevin! Akhh!!” cengkeraman tangan Letta dirasakan Jevin erat di bahunya.
Suara erangan dan desahan terdengar di ruangan yang sudah tertutup itu. Peluh sudah membasahi dan membanjiri tubuh keduanya namun mereka tidak tinggal diam. Keduanya mendesah bersamaan, Letta merasakan ada sesuatu yang melesat masuk ke dalam tubuhnya, kejantanan Jevin sudah masuk dengan sempurna.
Jevin menggerakkan pelan pinggulnya serta mencumbu bibir ranum Letta lagi. Gelenyar nikmat menjalari tubuh Letta dan Jevin serta membakar keduanya dalam api cinta. Tangan Letta juga tidak dibiarkan diam, Letta memberikan sentuhan di tubuh Jevin yang sempurna untuk meraba dan menyentuh bagian dada, perut dan leher Jevin. Sementara Jevin terus menggerakkan pinggulnya kadang pria itu juga mencium puncak payudara Letta menghisapnya dengan brutal membuat Letta menggelinjang. Ciuman Jevin naik lagi ke leher Letta.
“Jev―sshh ahh,” desahan Letta terdengar merdu di telinga Jevin. Untuk beberapa saat selanjutnya Jevin merasa kepunyaannya semakin menegang. Keduanya saling menatap dan mengatur napas.
“Akhhh shh,” desis Jevin saat kejantanannya berhasil menumbuk g-spot milik Letta. Keringat bercucuran di tubuh keduanya. Untuk beberapa saat setelah Letta menggerakkan pinggulnya Letta sudah terbiasa dengan rasa ini, gelenyar nikmat menjalari tubuh Letta. Tangan nakal Jevin juga bergerak sensual meremas pantat sintal wanitanya itu guna menyalurkan gairahnya.
“Jevin please...”
Untuk beberapa saat selanjutnya Jevin merasa kepunyaannya semakin menegang. Keduanya saling menatap dan mengatur napas.
“Jevin move slowly, hmphh―” Letta terengah-engah. Keduanya sama sama mengejar kenikmatan hingga puncaknya. Saat Jevin menggerakkan pinggulnya lebih cepat Letta merasakan sesuatu dalam tubuhnya.
“Say my name babe,” kata Jevin,
“Jevin ahh,” desah Letta di bawah sana gadis itu menggigit bibirnya, lumatan brutal dilayangkan Jevin ke bibir Letta berlangsung lama, pria itu tidak memberikan ruang untuk Letta menghela nafas, lidah mereka saling beradu.
Kadang Jevin memberikan gerakan pelan, sangat pelan bahkan sesekali namun bisa membuat guncangan dan hentakan hebat dalam diri Letta, sesaat Jevin dan Letta melepaskan pagutan.
“We will have a baby soon,” Letta mencubit pipi Jevin hingga pria itu meringis. Puja dan sanjung setelahnya terdengar merdu lewat simfoni lenguhan keduanya yang saling beradu memecah hening, kali ini Jevin memimpin permainan, Letta mengerang dibawah sana. Namun, Jevin tak kenal lelah, ia kembali menghentikan gerakan pinggulnya dan membiarkan pusakanya tetap berada dijepit ketat oleh liang surgawi milik Letta. Sedangkan lidah dan bibir nakalnya memainkan payudara Letta habis-habisan, gigitan kecil tak luput ia berikan.
Jevin melepaskan cimannya, namun mempercepat tempo gerakan pinggulnya yang membuat Letta memeluknya, kejantanan Jevin bisa mengenai titik terdalam Letta.
“Akhhh!” Jevin langsung menelusupkan wajahnya di leher Letta dan mencium bibir Letta brutal. Desahan Jevin terdengar sangat merdu di telinga Letta saat Jevin menggerakkan pinggulnya maju mundur sedikit cepat sambil melahap bibir ranum Letta.
“Faster please―” pinta Letta merdu. Jevin tersenyum puas kala melihat peluh sudah membasahi dahi Letta. Maka saat purnama malam bersatu dengan denting waktu, sesaat Jevin menggapai tubuh Letta dalam rengkuh, sesaat... hening.
“I love you, I love you, I love you,” bisik Jevin berulang kali.
“Jangan pernah bohongin aku, ya?” balas Letta yang membuat Jevin sedikit bingung. Keduanya hanya bertatapan sesaat. Letta membelai lembut pipi dan dahi Jevin sedangkan Jevin masih tenggelam dalam kebingungannya, namun saat Letta kembali memejam, Jevin berikan gerakan yang brutal, hentakan kasar dari Jevin yang meminta Letta mendesiskan namanya dituruti wanita itu, disana Letta sudah membusungkan dada, menggelinjang dan meremas sprei yang ada.
“Sayang, mhh ahh,” desis Letta badannya bergetar kala pria itu semakin gila dengan kecepatan temponya. Keduanya mengerang kala mendekati pelepasan.
“It’s close, Jevin ahh―”
“Together Letta, please..” Tubuh Letta menggelinjang dadanya membusung kala Jevin memberi beberapa hentakan keras dengan tempo cepat di beberapa detik selanjutnya satu gelenyar nikmat menjalar dalam rengkuh rembulan, keduanya telah menjemput pelepasan dan peleburan cinta yang mereka kejar sedari tadi. Keduanya saling memeluk, Jevin perlahan rebah di sebelah Letta sebelum mencium pipi dan dahi Letta bergantian. Saat beberapa menit berlalu, ditengah keduanya sedang saling memeluk, Letta mendongakkan kepalanya, menatap sang tuan yang tengah memejam.
“Sayang,” panggil Letta lirih. Jevin membuka matanya dan menundukkan sedikit kepalanya.
“Kenapa, sayang?”
“Kamu ketemu Stella?” Pertanyaan Letta itu membuat Jevin terperangah, namun Jevin menarik Letta ke dalam pelukannya, Letta menolak.
“Hey, listen, kamu jangan mikir aneh-aneh.”
“Gimana nggak aneh-aneh, dia kan man―”
“Iya, mantan aku yang udah pernah having sex sama aku, iya, kan?” Pandangan Jevin mengikuti Letta yang mengubah posisi menjadi duduk dan bersandar di ranjang dengan menarik selimut menutupi dadanya.
“Apa, sih?” Jevin bingung lalu mengikuti Letta dan duduk menatap Letta lekat.
“Kamu ketemu, Stella?” tanya Letta balik.
“Iya, maaf belum cerita.” Jevin menghela napas.
Letta mendengus, “so, it’s true?”
“Letta, aku enggak ngapa-ngapain. Kamu tahu? Stella baru aja divorce sama suaminya, dia sama anaknya pulang ke Indonesia dan minta bantuan aku untuk cari kenalan yang bisa lacak keberadaan orang. Her husband leave her alone, pergi gitu aja dengan hutang yang banyak. Aku mau cerita tapi belum sempat. Cuma itu, aku nggak ada aneh-aneh, besok kalau aku ketemu dia, kamu ikut aja, mau? Jangan mikir aneh-aneh, sayang. Aku berani sumpah aku enggak ada maksud lain buat―” belum selesai Jevin dengan kalimatnya, Letta sudah memeluk Jevin lagi.
“Kamu mikir aku CLBK? Atau kamu mikir aku selingkuh? Instagram aku kan ada di hp kamu, buka aja semuanya, sayang.” Jevin bertutur dengan lembut lalu membalas pelukan Letta.
“Aku cuma takut aja,” balas Letta lalu merenggangkan pelukan. Jevin dan Letta saling berhadapan lalu Jevin menangkup pipi Letta.
“You can leave me kalau aku aneh-aneh di belakang kamu, you can keep my promise,” kata Jevin diakhiri satu kecupan di bibir Letta singkat.
“Oke, ajak aku ketemu Stella besok.” Letta tersenyum.
“Iya, pasti.”
“So, can I bounce on you again?” Jevin tersenyum smirk. Letta hanya mnggeleng dan terkekeh, keduanya saling memeluk lagi di dalam selimut. Jevin memang sudah menunjukkan perubahannya setelah berpisah dari Stella bertahun-tahun silam. Segenap kepercayaan Letta memang dijaga Jevin sebaik mungkin, sampai akhir mereka berumah tangga.
END
Jangan lupa mampir ke long au Jevin sama Letta ya <3