hoonieselle

Ditengah perjalanan ke rumah Anghita, hujan deras turun tanpa disangka-sangka. Kini, kedua remaja tersebut sedang berteduh di halte dengan ditemani oleh suara air hujan yang berjatuhan ke tanah, menanti kapan hujan akan reda. Motor Jiandra terparkir tepat didepan mereka. Baju mereka berdua basah kuyup.

Halte sore itu cukup ramai karena banyak orang yang juga berteduh dari derasnya hujan. Jiandra melihat ada beberapa lelaki yang terus menatap Anggita sambil berbisik-bisik. Pemuda itu sadar akan satu hal, kemudian ia melepaskan jaket yang sedari tadi ia pakai, lalu memberikannya kepada Anggita.

Nih, pakai,” ucapnya sembari menyodorkan jaket hitam miliknya.

Anggita mengernyit heran, “Hah? Gue gak kedinginan kok.” Ia pikir Jiandra menawarkan jaket karena mengira dirinya tengah kedinginan.

Yang bilang lo kedinginan siapa? Gue nyuruh lo pakai jaket gue karena dari tadi itu rombongan cowok cowok ngeliatin lo mulu. Baju lo warna putih kalau aja lo lupa,” balas Jiandra melirik sekilas kepada rombongan yang ia maksud.

Anggita ikut melirik, dan benar apa yang Jiandra bilang. Ia pun baru sadar kalau baju yang ia kenakan saat ini berwarna putih dan lumayan tipis, sehingga tubuh bagian atasnya kini cukup terlihat jelas karena bajunya basah. Dengan cepat ia mengambil jaket Jiandra dan memakainya untuk menutupi tubuhnya.

Makasih ya,” ucapnya, yang hanya dibalas anggukan oleh Jiandra.


Waktu sudah semakin sore, untungnya hujan juga semakin reda.

Ayo, hujan udah reda” ajak Jiandra. Kedua remaja itu kini beranjak dari tempat duduk mereka.


Rumah gue yang pagar putih itu, Ji.” Motor Jiandra berhenti tepat di depan rumah Anggita.

Makasih banyak. Eumm... Jaket lo gue balikin nanti ya? Gue cuci dulu.

Jiandra mengangguk, lalu merogoh saku celananya mencari sesuatu. “Tulis nomor hp lo,” ujarnya sambil menyodorkan handphone miliknya.

Melihat ekspresi Anggita yang terlihat bingung lantas pemuda itu melanjutkan, “Jangan mikir macem-macem. Gue minta nomor hp lo buat ngambil jaket nanti.

Ah, iya.....“ “Nih, udah

Yaudah, gue balik ya

Sekali lagi makasih, Jiandra

Anggi! Sini!

Anggita, yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Ia mendapati Sofie, Haikal —pacar Sofie, dan satu orang lelaki yang tidak ia kenal. Kemudian, ia berjalan menghampiri ketiganya.

Lama banget sih lu.

Macet anjir, masih mending gue mau ke sini,” balas Anggita.

Eh, kalian berdua kenalan dulu dong. Gi, kenalin ini Andra, temennya Ekal. Ndra ini Anggi, temen gue.

Kedua pasang bola mata itu saling memandang, serta kedua belah bibir mereka pun saling mengukir senyum.

Jiandra,” ucap si pemilik nama sembari menjulurkan tangannya.

Anggita,” membalas ucapan perkenalan serta uluran tangan dari orang di depannya, sehingga kedua tangan itu saling bersentuhan, hanya sebentar.

Sof, titip tas gue bentar yaa. Gue mau pesen minum dulu.

Iya, sana pesen.


Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Keempat remaja itu memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Sof, gue bareng lu yaa

Lah? Lu kesini gak bawa mobil emangnya?

Enggak, mobil dibawa nyokap.

Aduh gimana ya, Gi, masalahnya Ekal bawa motor. Ya kali kita boti

Bareng Andra aja nih,” saut Haikal tiba-tiba. “Bisa kan, Ndra?

Hah? Oh, Emang rumah nya dimana? kalau searah sih bisa aja. Gue males muter soalnya,” balas Jiandra.

Rumah Anggi di deket SD 09, Ndra.” Bukan Anggita yang menjawab, melainkan Sofie.

Ohhhh, searah sama rumah gue. Yaudah ayo,” ajak Jiandra.

Eh, gak usah. Gue pesen ojol aja,” tolak Anggita.

Udah sana sama Andra aja, gratis. Hemat duit lu,

Mau gak? Kalo gak mau gue duluan,” tanya Jiandra.

Anggita berfikir sejenak,— bener juga kata Sofie, hitung-hitung gue hemat ongkos —batin nya.

Yaudah iya, gue mau.