Haikal jengukin Jendral
Waktu sudah menunjukan pukul 16.30 hari ini proyek yang mereka kerjakan berhari-hari tanpa henti sudah mulai rampung itulah mengapa Haikal bisa pulang dijam normal.
“Pak Haikal saya duluan”
“Misi pak duluan ya”
pamit para karyawan yang bertemu dengannya di lorong.
“Iya hati-hati semua” ucap Haikal.
Haikal memang terkenal sangat ramah dikalangan kantornya, jadi banyak pegawai yang akrab dengannya.
Berbeda dengar Jendral yang memiliki image sangat kejam dan jarang tersenyum membuat banyak pegawai segan padanya.
Sore ini Haikal berencana menjenguk sahabatnya yang sedang sakit.
Haikal berjalan santai menuju parkiran untuk mengambil motornya.
Parkiran sudah sangat sepi, membuat Haikal bergegas lari menuju motornya.
“Merinding anjing” ucapnya
Mesin motor langsung ia nyalakan begitu ia naik diatas motor sport miliknya.
Haikal mulai menarik gas mengendarai motor sportnya keluar dari kawasan kantor menuju rumah orang tua Jendral.
Selama dijalan Haikal singgah menepi menuju apotek untuk membelikan Jendral vitamin dan obat.
“Kak saya mau satu strip obat pereda demam sama vitamin ya” ucap Haikal.
Meski Jendral dan Haikal ini terlihat tak akur karena keusilan Haikal yang sering membuat Jendral mengamuk tapi mereka saling perhatian satu sama lain sebenarnya.
“Ini ya kak totalnya 87000” ucap penjaga kasir apotek.
Haikal mengeluarkan uang tunai dan membayar obat yang ia beli.
“Makasih” ucap Haikal meninggalkan apotek itu.
Saat keluar dari apotek Haikal mencium aroma yang tercium sangat enak, aroma manis dan gurih.
Haikal mencari-cari wangi yang menggugah selera makannya.
Saat Haikal menoleh kesebelah apotek ternyata disana ada penjual martabak dan terang bulan.
“Asik, enak nih beli deh buat si Jio” ucap Haikal.
Haikal berjalan mendekati penjual terang bulan itu dan memesan terang bulan.
“Mang, beli dua terang bulan ya yang keju sama coklat ya mang” ucap Haikal
“Iya a' duduk dulu ya, saya bikinin” ucap penjual itu.
Haikal menunggu antriannya sambil memainkan ponselnya melihat-lihat berita mana tahu ada berita terbaru.
Jari Haikal menarik layarnya dan aplikasi twitter miliknya langsung bergulir kebawah menampilkan cuitan terbaru dari akun yang ia ikuti.
Akun berita hangat baru saja memposting foto terbaru.
“Anjir Naka-san kok bisa sama papa papi Jio” kaget Haikal.
Haikal memang berteman dengan Jendral dari SD tapi ia belum bertemu dengan Tanaka Fujio saat ia main kerumah Jendral.
Tanaka Fujio ini adalah salah satu kliennya di jepang kemarin yang dia temui sendirian karena Jendral pulang menemui Jio.
Klien yang sangat menyeramkan, Haikal di tatar habis-habisan kemarin.
“Tau gitu kemarin gue bawa aja nama papa Jo supaya ga di tatar, si Jeje juga anjir ga bilang kalau kenal si Naka” omelnya.
Ia membaca reply satu persatu, hingga ia menemukan Daddy Jayden yang juga membalas tweet itu sambil menandai twitter Tanaka.
Tanaka Fujio bahkan membalas tanda yang Jayden balas dalam bahasa Indo.
“Shit! Gue capek-capek bahasa inggis taunya Naka-san bisa bahasa Indo anjir” ucap Haikal pada dirinya.
Sedang asik melihat berita dan balasan dalam berita yang ada Haikal di panggil penjual martabak itu.
“Aa' ini teh terang bulannya udah jadi” ucap bapak pedagang.
“Eh iya mang. Berapa semuanya mang?” Tanya Haikal.
“60 ribu a'”
“Ini ya pak, ambil aja kembaliannya. Lancar rejekinya pak”
“Makasih banyak a', baik banget” ucap penjual terang bulan itu.
Haikal langsung menuju motornya dan kembali melaju menuju rumah Jendral.
●●●
Motor Haikal terparkir diparkiran rumah Jayden.
“Bubu” teriak Haikal yang baru masuk rumah Tara.
“Eh anak ganteng bubu, mau ketemu Jeje ya”
Tara menyambut Haikal yang baru saja masuk rumahnya.
“Iya ini Ekal bawain terang bulan sama obat dan vitamin buat si Jeje” ucap Haikal memberikan plastik kepada Tara.
“Ya ampun ngerepotin banget loh kal, nanti makan malam dulu ya baru boleh pulang” ucap Tara
“Siap bubu, si Jeje mana bu?” Tanya Haikal.
“Dari siang masih tidur diatas, Ekal sama Nana bangunin dulu si Jeje sama adek ya udah mau malam ga baik tidur jam segini” ucap Tara.
“Siap bubu” ucap Haikal
Nalen dan Haikal berlarian berlomba sampai kamar Jendral lebih dulu.
Tara yang melihat Haikal dan Nalen yang berlomba menaiki tangga hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Udah pada gede masih aja kayak anak-anak” ucap Tara.
●●●
Keduanya terus berlari ditangga, anak tangga dirumah tara ini sangat panjang dan melingkar.
Baru mereka sampai di anak tangga terakhir.
“Bentar-bentar gue capek” ucap Haikal berjongkok dilantai.
“Dih tua lo gitu doang ga kuat” ucap Nalen ngos-ngosan.
“Diem lo anjir umur kita sama” ucap Haikal.
“Engga, lo udah jompo gue aja masi berdiri tegap”
Padahal tangan Nalen sedang menopang tubuhnya di pegangan tangga.
Keduanya diam selama 5 menit untuk memulihkan lagi tenaganya.
“Huh, udah” ucap Haikal
Haikal berdiri dan berjalan menuju kamar Jendral yang dulu sering menjadi tempat mereka bertiga bermain sepulang sekolah.
Itu juga yang membuat Marquez dan Nalen saling jatuh cinta karena mereka bertiga selalu bermain dirumah Bubu.
Nalen dan Haikal sudah berdiri didepan kamar Jendral.
Tok Tok
“Jeje bangun woy udah mau malam” panggil Haikal dari luar sambil mengetok pintu.
Tak ada respon.
Tangan Haikal iseng memegang gagang pintu kamar Jendral.
Kreeett pintu terbuka.
“Anjir kok lo buka sih” ucap Nalen.
“Ga sengaja” ucap Haikal.
Keduanya panik bertatapan lalu melihat isi kamar Jendral karena sudah terlanjur.
Terlihat dikasur ada Jendral dan Jio yang tengah tidur berpelukan.
Jio yang terusik karena sinar dari luar kamar yang menerpa matanya.
“Eungghh” Jio meregangkan tubuhnya diatas badan Jendral.
Jendral langsung terbangun karena Jio yang bergerak diatas tubuhnya, Jendral takut kalau bayinya kembali merasakan mual.
“Sayang ada yang sakit? Mau muntah lagi?” Tanya Jendral cepat sambil menangkup kedua pipi Jio takut kesayangannya kenapa-kenapa.
“Anjir gue gedor membabi buta ga bangun, Jio gerak langsung bangun” ucap Haikal berbisik pada Nalen.
“Maklumin b.u.c.i.n. suara apa aja juga engga di denger kalau ada Jio” bisik Nalen.
“Engga om Jendral, Jio baik-baik aja. Om Jendral ada kak Ekal sama Kak Nana” ucap Jio menghadap pintu.
Jendral yang terlalu panik bahkan tak menyadari kamarnya sudah terbuka lebar dan ada dua sahabatnya.
“Bubu suruh kita bangunin lo, udah mau malam” ucap Haikal.
“Yaudah turun aja dulu, gue urusin bayi bentar nanti gue kebawah” ucap Jendral.
Haikal dan Nalen kembali turun dan berlomba kali ini siapa yang paling tak mengeluarkan suara saat berjalan turun.