Jendral datang

Jendral langsung berpamitan dengan client setelah membaca pesan dari abangnya.

“Maaf pak sekali lagi saya minta maaf, ini akan di lanjutkan oleh sekretaris saya ya. Suami kecil saya sedang sakit saya harus pulang segera” ucap Jendral.

Beruntungnya klien ini tak mempermasalahkan hal itu.

“Iya pak Jendral tidak apa-apa. Saya akan mengobrol dengan sekretaris bapak dulu, lain waktu kita masih bisa berbincang berdua” ucap klien penting yang Jendral temui hari ini.

Jendral berpamitan lalu pergi keluar dari ruangan meeting.

●●●

Jendral berlari keruangannya mengambil barang bawaannya dan kunci mobil.

Jendral tak menggubris sapaan dari para pegawainya ia ingin segera sampai kerumah untuk menemui Jio.

Jendral sudah duduk di dalam mobil, ia tarik nafas untuk menenangkan dirinya sebelum ia menjalanlan mobil.

Setelah tenang Jendral langsung melajukan mobilnya menuju rumah.

Selama perjalanan ia sempat membalas pesan berisi omelan dari Nalen, Jendral meminta Nalen membantunya menahan Jio.

Nalen sempat memarahinya karena membalas pesan saat berkendara. Memang hal ini berbahaya jangan ditiru.

●●●

Mobil Jendral masuk kedalam gerbang perumahan keluarganya.

Saat masuk mobilnya tak sengaja berpapasan dengan mobil Salsa di dekat gerbang.

“Salsa baru balik, apa Jio udah lebih tenang ya” ucap Jendral pada dirinya sendiri.

Mobil Jendral sudah terparkir didepan rumahnya.

Jendral langsung keluar mengunci mobilnya dan berlari menuju rumah bubunya.

●●●

Semua anggota keluarganya berkumpul di ruang keluarga saat Jendral masuk kedalam rumah.

Semua langsung menatap Jendral dengan berbagai ekspresi seperti marah dan bersyukur.

Mungkin jika yang membujuk itu Jendral, si cantik akan menghilangkan niatnya untuk kembali ke orang tuanya.

“Nah ini yang bikin anak daddy nangis” sindir Jayden saat melihat Jendral masuk kedalam rumah.

Penampilan Jendral sangat jauh dari kata rapi.

Baju berantakan, dasi yang melonggar, rambut acak-acakan akibat ia terus menarik rambutnya frustasi selama jalan pulang.

“Bubu, Jio mana?” Tanya Jendral.

“Udah dipesawat” ini Marquez yang menjawab.

“Abang” mata Jendral berkaca-kaca.

“Abang kenapa ga nahan Jio buat Jeje” Jendral sekarang meneteskan air matanya.

Jendral langsung membuka ponselnya yang retak karena jatuh saat ia berlari keparkiran.

Jendral terlihat mencari tiket penerbangan ke Chicago hari ini juga.

Marquez ingin tertawa melihat adeknya, bukan hanya Marquez tapi daddy, bubu dan Nalen juga ingin tertawa melihat Jendral menangis sambil berusaha mencari tiket pesawat di ponselnya yang tengah rusak.

“Jio di kamar bubu sama daddy lagi tidur, tadi habis gue peluk langsung gue kompres terus kepala anaknya pusing mau tidur katanya” ucap Marquez sebelum Jendral benar-benar memesan tiket pergi ke mertuanya.

Jendral tak lagi menjawab ucapan kakaknya ia langsung berjalan cepat menuju kamar bubu dan daddy.

●●●

Jendral berjalan pelan, sangat pelan saat ia sudah masuk kedalam kamar kedua orang tuanya. Jendral bergerak menuju kasur lalu duduk dipinggirnya.

“Cantik cepat sembuh ya, Jendral ada disini” ucap Jendral mengecup kening Jio yang hangat.

Jendral mengusap rambut Jio penuh sayang.

Marquez datang ke kamar dan memberikan baju yang ia ambil dari kamar Jendral yang lama.

“Gue disuruh bubu, lo ganti baju dulu baru boleh peluk Jio” ucap Marquez.

Jendral langsung melepas bajunya dan menggantinya di depan Marquez.

“Buru-buru banget” ejek Marquez

“Suutt.. abang diem Jio nanti bangun” ucap Jendral berbisik