Keberadaan Jioza
09.00am
Tara dan Doni yang sudah menunggu Jio untuk sarapan tapi anak manis yang mereka tunggu tak juga kunjung datang.
Biasanya Jio sudah bangun pukul 8 pagi namun hari ini Jio tak kunjung datang meski waktu sudah menunjukan pukul 9.
Tara dan Doni memutuskan datang kerumah Jio untuk mengajaknya sarapan.
Keduanya sudah mengetok pintu dan menekan bell rumah Jio berkali-kali.
“Don, Jio kok ga ngerespon ya dari tadi” ucap Tara heran
“Tar, aku takut. Ini anak aku pergi keluar sama temennya atau gimana? Kok ga bilang apa-apa bahkan chat aku aja engga” panik Doni.
“Tapi Jio biasanya kan kalau sebelum pergi selalu bilang ke kita ya kalau ga ke Jendral masa sih dia pergi keluar ga bilang” ucap Tara.
“Apa kita masuk aja ya langsung” sambungnya Tara.
“Ga sopan ga sih” ucap Doni
“Tapi gue khawatir juga kalau Jio di dalam kenapa-kenapa” ucap Doni
“Ya makanya gue juga takut Jio kenapa-kenapa” ucap Tara
“Emangnya lo tau ini passwordnya apa?” Tanya Doni.
“Hehe engga” kekehnya.
“Oh panggil Nana aja siapa tau dia tau pikiran anak muda kayak mereka apaan” ucap Tara.
Keduanya akhirnya menjemput Nalen dari rumahnya untuk datang ke rumah Jio.
“Nah Nana tau ga ini passwordnya apa?” Tanya keduanya.
“Ga tau” ucap Nana.
“Duh gimana ya” Tara makin bingung.
“Mari kita pikirkan bareng” ucap Doni mencoba menengahi.
“Gimana kalau ulang tahun Jio, Jendral suka apa-apa aja berkaitan sama Jio” ucap Nalen.
“Okey kita coba” ucap Doni.
050202 Pintu masih terkunci.
“Ulang tahun Jendral” ucap Tara.
230494 Pintu masih tertutup rapat.
“Gimana kalau gabungan ulang tahun keduanya?”
“Ultah siapa yang duluan” bingung Tara yang ingin menekan angka pada kunci rumah Jio.
“Jendral aja bu yang duluan” ucap Nalen
“234052 gitu?” Tanyanya memastikan.
234052 Klik Pintu berhasil dibuka.
“Kebuka” ucap Nalen senang.
Ketiganya langsung masuk kedalam rumah.
“Jio, anak cantik ada dirumah?” Doni memanggil anaknya.
“Langsung ke kamarnya aja ga sih” ucap Tara.
“Iya ayo bu, pi” ucap Nalen
Ketiganya menaiki anak tangga karena kamar di rumah Jendral ini berada di lantai dua kecuali kamar tamu.
Tara mendekat kekamar Jio dan membukanya.
“Bu, Jio sekarang satu kamar sama Jendral udah engga di situ lagi” ucap Nalen
Doni dan Tara menutup mulutnya kaget.
“Wow impressive, bubu kira kemarin itu sesekali aja” ucap Tara.
Nalen memegang gagang pintu dan membuka kamar Jendral.
Pintu terbuka menampakan Jio yang tengah terbaring di atas kasur dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.
“Jio” pekik Doni langsung berlari mendekat.
Tubuh Jio menggigil, dahinya di penuhi peluh.
“Om Jendral” gumam pelan Jio dalam tidurnya.
Punggung tangan Tara ia dekatkan pada dahi Jio.
“Panas” ucap Tara.
“Bubu turun kebawa dulu ya nyari obat dan kompres” ucap Tara.
“Jio sayang bangun dulu yuk, papi disini” ucap Doni membelai tangan halus anak semata wayangnya.
Nalen duduk di sisi lain kasur untuk memegang tangan Jio yang lain.
“Adek, bangun dulu yuk. Kakak buatin bubur mau ga?” Ucap Nalen memijati lengan Jio pelan.
“Om Jendral” Jio terus memanggil nama Jendral selama tidurnya.
Sepertinya Jio sakit karena merindukan Jendral.
“Jio bangun sayang” ucap Doni yang mulai meneteskan air mata.
“Nana, jagain Jio dulu ya papi mau nelpon papa” ucap Doni berdiri disudut ruangan.
●●●
“Mas” panggil Doni saat teleponnya terhubung.
“Iya sayang, kok suara kamu gitu” ucap Johan
“Kamu bisa pulang engga ya, ini Jio sakit badannya demam” ucap Doni sambil menangis
Johan memang hari ini pergi berkunjung ke kantor Jayden sekalian membahas kerjasama keduanya itu alasan ia tak ada dirumah bersama Doni
“Mas pulang sekarang” ucap Johan tegas langsung mematikan telponnya.
Tara datang membawa baskom berisi air dan handuk kecil untuk mengompres Jio.
“Kakak” ucap Jio lirih membuka matanya perlahan.
“Hey sayang, anak papi” ucap Doni langsung kembali kedekat Jio
“Iya adek” jawab Nalen pelan.
Nalen masih memijati lengan Jio.
Tara datang bersama Salsa meletakan baskomnya di meja sebelah Jio dan memeras handuk yang akan ia gunakan untuk mengompres Jio.
“Bubu mata Jio panas” ucap Jio meneteskan air matanya.
“Jio kenapa bisa demam gini” ucap Salsa khawatir
Mata Jio terasa perih dan panas karena suhu tubuhnya yang sangat panas.
Salsa menghapus air mata Jio.
“Obat di bawah habis, Jeje ni ya malah engga di stock” ucap Tara kesel
Ting Ting Ting
Ponsel Nalen terus berbunyi.
“Jendral ngechat Nana” ucap Nalen
“Dia nanya Jio kemana” sambungnya.
“Kakak kasih tau ya kalau Jio demam” ucap Nalen.
“Nooo” teriak Jio.
Keempat orang dalam ruangan terkejut mendengar teriakan Jio yang serak.
“Jangan bilang Jio lagi sakit” ucap Jio.
“Nanti aja Jio chat om Jendral sendiri” ucap Jio.
“Yaudah kakak abaikan ya” ucap Nalen menyimpan ponselnya.
“Kakak masakin bubur buat Jio makan dulu ya” ucap Nalen keluar kamar.
“Bubu panggilin dokter ya” ucap Tara.
“Engga mau, papi bilangin sama bubu Jio engga mau” ucap Jio tiba-tiba menangis dalam keadaan berbaring
Jio akan jauh lebih mudah menangis saat ia sakit.
“Eh iya iya sayang, engga bubu panggil” ucap Tara memeluk menantu kecilnya.
“Engga mau dokter ya bubu” ucap Jio manja.
“Iya papi, Sasa, kakak sama bubu aja yang obatin sekarang” ucap Tara
●●●
Nalen memasak bubur untuk Jio dengan sayuran dan udang yang ia ambil di rumahnya sendiri tadi.
Isi kulkas Jio hanya coklat, puding, es krim dan kue, itu sebabnya ia harus pergi kerumahnya dulu untuk membuat bubur sayur dengan potongan udang.
Nalen mengaduk buburnya sampai pesan kembali masuk tapi kali ini dari suaminya.
Nalen meminta Marquez untuk pulang dan tidak memberi tahu Jendral bahwa Jio tengah sakit dan tak lupa ia meminta Marquez membawakan obat untuk Jio.
●●●
Johan masuk kedalam rumah tergesa-gesa.
Saat melihat anak kesayangannya terbaring lemah di atas kasur ia langsung mendekat dan memeluknya.
“Mana yang sakit sayang?” Tanya Johan.
“Mata Jio perih, terus panas papa” ucap Jio manja.
“Anak papa kok bisa tiba-tiba sakit sayang?” Ucap Johan membelai rambut Jio lembut.
“Engga tau, tadi subuh badan Jio udah engga enak terus Jio nangis kangen om Jendral” ucapnya.
“Mau ke jepang sekarang? Ayo papa sewain jet buat Jio” ucap Johan.
“No papa Jo, Jio lagi sakit nanti ngerepotin om Jendral” ucapnya lemah.
“Ga, Jio ga pernah sekalipun ngerepotin Jendral percaya sama bubu” ucap Tara lembut.
Tak lama Marquez datang membawa nampan berisi bubur yang diikuti Nalen dari belakang.
“Baby, makan dulu” ucap Mark
“Engga laper”
“Papa suapin mau ya” bujuk Johan
Jio sangat manja, Johan akan menawarkan diri menyuapi Jio setiap anaknya sakit.
“Mau disuapin” ucapnya.
Johan akhirnya menyuapi anaknya dengan pelan karena Jio sedikit malas karena tak berselera.
Hingga proses paling sulit adalah membujuknya minum obat.
Belum lagi masih ada makan malam yang tandanya mereka harus membujuk hal baru.