Pagi setelah malam panas

Jio baru bangun dari tidurnya dan membuka mata perlahan.

Hoam~” Jio menguap.

Baru ingin bergerak Jio merasakan ada yang mengganjal dibawah tubuhnya.

Tangan Jio mengangkat selimut melihat hal yang membuatnya merasa mengganjal di area bokong dibalik selimutnya.

Mata Jio melotot saat melihat tubuhnya dan Jendral yang tak tertutup sehelai benang pun didalam sana.

Jio bahkan melihat kontol Jendral yang tertanam didalam lubang analnya.

Setelah melihat semua itu Jio langsung mengingat kembali kejadian semalam.

Ingatan yang berputar dikepalanya membuat pipinya panas memerah.

Cup

Ditengah lamunan panasnya leher belakang Jio tiba-tiba di kecup.

“Morning baby” ucap Jendral dengan suara seraknya khas orang baru bangun tidur.

Jio diam tak menjawab ucapan Jendral.

“Akkkhh” Jio memekik saat Jendral menekan kontolnya yang masih tertanam di anal Jio.

“Om Jendral ihhh” kesal Jio.

Jendral terkekeh setelah menjahili suami kecilnya itu.

Kepala Jendral menyempil diantara leher dan bahu Jio karena posisi tidur mereka yang menyamping.

“Bayi kenapa tadi ga jawab saya kalau udah bangun?” tanya Jendral.

“Jio malu” cicitnya pelan.

“Malu kenapa bayi?” Tanyanya lagi.

Jio malu dan bingung mengatakannya pada Jendral.

Tangan Jio memegang pipinya berusaha menutupi rona diwajahnya.

“Kita semalam itu ya om Jendral?” Tanyanya pelan.

“Katakan yang jelas baby, saya tidak mengerti” ucap Jendral.

Bohong, ia sangat paham apa yang Jio ingin katakan.

Jendral hanya ingin menjahili suami kecilnya saja.

Jio diam, berusaha mengumpulkan lagi keberaniannya untuk bertanya.

“Om Jendral semalam kita habis having sex?” ucapnya cepat hampir tak terdengar Jendral.

“Yes, and we do that for four hours” ucap Jendral semakin menggoda Jio.

“Bayi bahkan minta saya terus masuk kedalam, menggerakan lebih cepat, meminta saya melakukannya setiap hari dengan bayi” ucap Jendral menjahili si cantik.

“Om Jendral stop ihh pipi Jio jadi makin panas” rengeknya.

Jio mencabut kontol Jendral dari dalam analnya.

Plop

Jio berbalik dan memeluk Jendral.

“Baby, kenapa?” Tanya Jendral.

“Engga papa, Jio cuma malu om Jendral pipi Jio panas pasti jadi merah” ucapnya berbisik.

Suara Jio pagi ini serak sepertinya ia terlalu banyak memanggil dan mendesahkan nama Jendral semalam.

Jendral memegang pipi tembam Jio dengan kedua tangannya.

Gemas, Jendral merasa sangat gemas melihat pipi merona Jio di pagi hari.

Berkali-kali ia memberikan kecupan di pipi bayi cantiknya ini.

“Jio makin gemesin, semakin mirip anak bayi” ucapnya gemas.

“Jio udah gede tau, bukan bayi lagi” ucapnya menatap Jendral sambil mengerucutkan bibirnya.

Cup

“Jio tetep bayinya mas yang lucu” ucap Jendral mengecup bibir Jio gemas.

Tangan Jendral mengusap pipi halus Jio yang masih memerah.

“Daddy Jendral, Jio mau mandi dulu yaa, badan Jio lengket banget rasanya” ucap Jio.

Daddy? Iya benar tak salah dengar reflek karena semalam Jio memanggil Jendral dengan sebutan Daddy.

Jendral tak masalah Jio mau memanggilnya om, mas atau daddy.

Semuanya terdengar manis karena Jio yang menyebutnya.

“Ayo kita mandi bareng aja sayang” ucap Jendral.

“Jio malu” ucapnya merunduk.

“Kenapa malu, saya sudah liat semua yang ada di diri Jio semalam” ucap Jendral.

Wajah Jio semakin memerah seperti tomat.

“Ayo duduk dulu, terus kita mandi” ucap Jendral lembut.

Jendral sudah berdiri disudut kasur terlihat Jio duduk sedikit kesulitan.

Jio yang sudah duduk di atas kasur dengan tubuh telanjangnya langsung bersiap menuju kamar mandi, baru akan bergerak.

“Aakkhh” Jio memekik merasakan sakit dibagian pantatnya.

Jendral panik mendengar Jio memekik kesakitan.

“Sayang sini saya gendong aja” ucap Jendral menaiki kasur.

“Maaf, saya semalam kasar ya sama bayi” ucap Jendral.

Tangan Jio sudah terangkat siap Jendral gendong.

Jendral langsung mengangkat Jio bridal menuju kamar mandi kamar mereka.

●●●

Jendral mendudukan Jio diatas meja washtafel pelan-pelan agar Jio tak kesakitan.

“Duduk disini dulu ya bayi” ucap Jendral.

Jio mengangguk pelan.

Cup

Jendral mengecup bibir Jio sekilas lalu menuju bak mandi.

Jendral mengisi bathtube dengan air hangat dan tak lupa ia tambahkan essense bunga poeny.

Air untuk mereka mandi dan berendam sudah siap Jendral kembali mendekati Jio.

“Karena saya yang bikin Jio kesakitan saya yang bakalan bertanggung jawab urusin Jio” ucap Jendral mengusap pipi Jio lembut.

Padahal setiap hari juga Jendral selalu mengurusi Jio, jadi ini hal biasa baginya.

Jio masuk kedalam gendongannya mendekat kearah bathtube.

Jio diturunkan dan berdiri disebelah Jendral.

Bak mandi itu keras ia tak mau Jio kesakitan duduk di tempat yang keras.

Itulah mengapa ia tak mau langsung membawa Jio kedalam bak.

Jendral masuk dan duduk didalam bak lalu di susul Jio.

“Sshhhh” Jio mendesis merasakan perih pada analnya saat ia bergerak memasuki bak mandi.

Jendral langsung menangkap tubuh Jio yang hampir terjatuh kedalam pelukanya.

“Pelan-pelan bayi” ucap Jendral panik.

Jio langsung duduk di atas pangkuan Jendral merasakan hangatnya air dan pelukan Jendral di pinggangnya.

Keduanya diam berendam diair hangat dengan wangi bunga.

Punggung Jio bersandar didada Jendral menikmati suasana yang membuatnya rileks.

Hening dan tenang.

Jio yang tengah rileks perlahan bayangan makanan kesukaannya melintas.

“Om Jendral, katanya tadi malam cheesecake Jio ada dikulkas ya” tanya Jio tiba-tiba.

“Iya kemarin udah dibawain Haikal” ucap Jendral membelai rambut Jio.

“Jio mau makan cheese cake ya habis ini” pinta Jio

“Iya sayang boleh” ucap Jendral lembut.

“Kalau ama puding boleh nggak?” Tanya Jio.

“Boleh bayi” ucap Jendral.

Jio senang hingga bergerak acak di atas pangkuan Jio.

“Baby, duduklah yang tenang” ucap Jendral menahan pinggang Jio.

Jendral mengambil sabun cair yang ada disebelahnya menggosok punggung Jio membersihkan seluruh tubuh Jio.

Setelah selesai Jendral kembali membawa si cantik kekamar dan membantu Jio memasang bajunya.

“Baik tunggu sebentar ya, saya mau ke kamar mandi” ucap Jendral meninggalkan Jio dikamar duduk di atas kasur.

●●●

Gerakan kesenangan Jio dikamar mandi tadi membuat gundukan dicelana Jendral menggembung.

Dalam kondisi Jio yang analnya masih lecet tak mungkin ia meminta jatah lagi.

Ya disini Jendral dikamar mandi menuntaskan sendiri.

●●●

Jendral keluar kamar mandi langsung menuju ruang ganti dan memakai baju yang menurutnya nyaman.

Jio terlihat tengah memainkan ponselnya.

Jendral duduk di sebelah Jio memeluk pinggangnya.

“Main apa bayi?” Tanya Jendral.

“Jio main game ini” ucapnya menunjukan layar ponsel Jendral.

Terlihat sekumpulan kucing tengah bekerja dilayar.

“Ayo katanya mau kerumah bubu tadi” ucap Jendral mengajak Jio kerumah orang tuanya.

“Gendong” ucap Jio manja.

Tanpa Jio minta pun ia akan menggendong Jio yang jelas-jelas sulit bergerak hari ini.

Jendral mengangkat tubuh Jio dalam gendongannya keluar kamar.

Jendral berjalan pelan menuruni anak tangga menuju dapur.

“Pagi tuan dan tuan muda” sapa pembantu Jendral yang tengah mencuci piring.

“Pagi bibi” sapa Jio antusias.

Seperti yang terlihat sekarang jam 11 siang jadi pembantunya ada dirumah hingga jam 1 nanti.

“Bi, tolong cuci seprai saya ya sama rapiin kamar berantakan banget soalnya” ucap Jendral.

“Iya tuan besar saya habis ini mau mengambil semua laundryan dan membersihkan rumah” ucap bibi.

“Saya kesebelah dulu ya nganterin anak bayi” ucap Jendral pamitan.

“Jio engga bayi om Jendral” protes Jio.

Bibi selalu tertawa dan tersenyum melihat tingkah tuan besar dan tuan mudanya.

Sebelum pergi Jendral membuka kulkas miliknya mengambil 1 kotak cheesecake milik Jio untuk ia bawa kerumah orang tuanya.

Jendral mengambil tas kecil yang ia isi dengan permen dan beberapa keping coklat milik Jio.

“Om Jendral puding Jio habis” ucapnya sedih melihat di kulkasnya tak ada makanan kesukaannya itu.

“Dirumah bubu ada kata Nana baru dibikinin tadi, Jio jangan sedih ya sayang” ucap Jendral lembut.

“Ayo cepat kita tempat bubu Jio mau puding susu caramel Jio” ucapnya memohon.

Jendral tentu langsung menuruti mau Jio pergi ke luar menuju rumah orang tuanya.