Accusation

Sementara itu setelah mengangkat telfon dari Hema, Jelang kembali lagi ke TKP. Ia mengawasi kinerja forensik yang sedang mencari jejak pelaku. Jelang duduk di kursinya, ia yakin ini semua masih ada kaitanya dengan kasus pembunuhan wanita oleh pengusaha kaya itu.

Dan Jelang juga yakin, pria itu tidak membuat rencana ini sendirian. Ada orang lain di balik ini semua, selain untuk membuat polisi teralihkan menyelidiki kasus pembunuhan yang pria itu lakukan, ia yakin kalau pria licik itu punya niat lain.

“Bang Jelang!!” pekik Davin, bukan hanya Jelang saja yang menoleh. Tapi Pak Wira dan Hellen juga.

Jelang yang sedang duduk itu akhirnya berdiri dan menghampiri Davin, laki-laki itu memberikan sebuah botol minuman bersoda yang dalamnya sudah berbau aroma bensin menyengat.

“Gue nemu botol ini, botol minuman tapi bau nya bau bensin. Ini kemungkinan yang di pakai pelaku buat ngebakar pabrik,” ucapnya.

Jelang tidak menjawabnya lagi, ia hanya mengangguk dan memasukan botol itu ke dalam kantung putih bening yang biasa di gunakan kepolisian untuk menaruh barang bukti. Setelah itu, Jelang membawanya ke Hellen. Hellen akan mencari sidik jari pelaku hari ini juga.

“Cari sidik jari di botol ini, Len. Botol ini bau bensin. Bisa jadi ada sidik jari pelaku disana,” ucap Jelang.

“Oke, Bang.”

Jelang baru ingat, ada sesuatu yang harus ia tanyakan pada kantor pemadam kebakaran tentang laporan kebakaran melalui telfon. Bisa jadi orang yang menelfon adalah pelakunya, di lihat dari lokasi pabrik ini yang terpencil dan jarang di lalui orang. Apalagi tidak ada CCTV sama sekali di sekitarnya.

Tanpa berpikir panjang Jelang langsung menghubungi kantor pemadam kebakaran yang menangani kasus kebakaran pabrik ini. Jelang itu sangat optimis dan ambisius, dia belum bisa pulang dengan tenang jika belum mendapatkan hasil apa-apa.

“Ini saya Ipda Jelang, saya ingin meminta data penelfon kebakaran di gedung bekas pabrik yang sekarang menjadi kasus pembakaran sekaligus pembunuhan hari ini.”

baik, nanti akan segera kami kirimkan ya, Pak.

“Baik, saya tunggu.”

“BANG!! Gilaa ini semua ada sidik jarinya, botol ini penuh sidik jari!” pekik Hellen yang berhasil mengalihkan atensi Jelang.

“Tolong cari tahu itu punya siapa, Len.”

Tidak lama kemudian, kantor pemadam kebakaran mengirimi data penelfon melalui surel milik Jelang. Jelang langsung buru-buru memeriksanya, keningnya berkerut dan satu tangan miliknya terkepal begitu Jelang melihat siapa orang yang menelfon hari itu.

“Gak mungkin...” gumamnya.

“Ada apa, Lang?” Pak Wira tiba-tiba saja datang, ia juga ikut melihat data penelfon di ponsel milik Jelang itu. “Kamu yang melapor, Lang? Itu nomermu kan?”

“Pak, Bapak kan tau saya di kantor dari kemarin. Dan saya sama Davin, gimana caranya saya bisa melapor adanya kebakaran disini?” Jelang membela diri, dia memang tidak merasa melaporkan kebakaran. Tapi yang membuatnya bingung, kenapa nomernya tercantum disana?

“Bang, hasil sidik jarinya udah keluar..” Davin menghampiri Jelang, namun raut wajah nya begitu tidak bersahabat. Wajah Davin mesam sekaligus terlihat bingung saat memberikan kertas berisi hasil pencarian sidik jari pelaku.

“Tapi ada yang aneh, Bang.” Davin akhirnya memberikan kertas itu pada Jelang, begitu Jelang membacanya, ia juga sama bingungnya dengan Davin.

Semua polisi yang bertugas mencari barang bukti itu pakai sarung tangan, enggak mungkin sidik jari Jelang bisa ada di sana hanya karena Jelang memegang botolnya barusan.

“Sidik jari di botol itu, sidik jarimu, Lang?” tanya Pak Wira lagi.

Jelang hanya diam, ia yakin saat ini ada dalang yang tengah menjebaknya. Bagaimana bisa sidik jarinya ada di botol itu? Pikirnya. Tidak lama kemudian, hasil analisis DNA yang di temukan di lokasi kebakaran juga sudah keluar. Hasil itu dikirimkam oleh BFN melalui surel milik Hellen.

“Hasil DNA dari darah yang di temukan di lokasi udah keluar!!” teriak Hellen, membuat Pak Wira dan Davin langsung bergegas menghampirinya.

Sementara itu, Jelang masih terdiam di tempatnya. Jika hasil DNA itu juga adalah DNA nya, maka sudah pasti kasus kali ini adalah kasus yang di buat untuk menjebaknya. Begitu Davin, Hellen dan Pak Wira membaca hasil analisis DNA itu, kedua laki-laki itu langsung menoleh ke arah Jelang secara bersamaan.

Dan itu sontak membuat Jelang, menghampiri ketiganya. Dan benar saja dugaanya, DNA nya di temukan disana. Dan sekarang Jelang harus membuat alibi untuk meyakinkan rekan nya bahwa bukan ia pelakunya. Ia harus bisa mmebuktikan itu.

“DNA mu, Lang.” ucap Pak Wira, ia juga tidak habis pikir bagaimana DNA, sidik jari dan nomer yang melapor itu berasal dari Jelang?

“Pak, bukan saya!!” ucap Jelang tegas.

“Iya saya tahu, Lang. Tapi bukti-bukti ini semua mengarah ke kamu! Malam kemarin kamu kemana?” tanya Pak Wira.

“Saya ada...” Jelang menahan ucapanya, itu justru membuat Davin dan Pak Wira semakin penasaran. “Saya—”

“di pabrik ini!!” pekik seseorang yang membuat mereka semua menoleh ke arah suara itu.

“Kasus kematian Eros, korban dari kebakaran pabrik ini akan saya ambil alih. Kami dari markas besar kepolisian, kami mendapat laporan kalau DNA Ipda Jelang yang memegang kasus ini ada di lokasi terjadinya kebakaran.” jelas pria berahang tegas itu.

“Semuanya berhenti bekerja, kami yang akan menggantikan pekerjaan kalian hari ini!” ucapnya lagi mengintrupsi seluruh anggota kepolisian sekaligus divisi forensik.

“Dan ini, kami dapat rekaman dari dasboard mobil seseorang yang terparkir tepat di dekat pabrik kemarin malam, kalau Ipda Jelang ada di lokasi. Anda sempat bertemu korban kan? Apa yang anda lakukan disini?”

“Saya mau lihat bukti rekamanya!” jawab Jelang tegas. Jujur, ia merasa terintimidasi saat ini. Namun ia juga harus tetap berpikir jernih dan memikirkan cara membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Pria itu kemudian mengeluarkan sebuah tab, disana benar-benar ada rekaman dari dasboard mobil. Ada dirinya yang menunggu Eros di sana, kemudian terlihat jelas juga kalau ia dan Eros sempat bertransaksi malam itu.

“Eros Diahan, kurir yang biasa mengantar narkoba. Saya mendapat laporan dari penyelidikan kalau pabrik ini memang sering di jadikan transaksi jual beli narkoba, dan malam itu anda menemui Eros dan bertransaksi sesuatu di sini, barang apa itu Ipda Jelang?”

Pak Wira yang tadinya memihak Jelang jadi menaruh sedikit kecurigaan pada anak buahnya itu, begitu juga Davin dan juga Hellen. Meskipun di lubuk hati mereka, mereka yakin Jelang tidak mungkin seperti itu.

“Saya ke sini untuk melakukan penyelidikan! Saya yang lebih dulu tahu soal pabrik ini yang di jadikan tempat tranksaksi.” mau tidak mau Jelang harus jujur soal penyamaranya. Ia tidak mau terus di pojokkan seperti ini.

“Saya mau anda melakukan test urine agar kami yakin anda benar-benar bersih, dan malam itu benar-benar penyelidikan bukan transaksi pribadi anda.”

Jelang memejamkan matanya, ia mengangguk setuju. Jelang yakin ia bersih, Jelang sama sekali tidak pernah menyentuh barang haram itu. Ia tidak akan gentar, kepolisian dari markas besar akhirnya membawa Jelang untuk segera melakukan pemeriksaan.

Untuk saat ini, statusnya masih menjadi saksi. Namun kepolisian tetap memborgol tangan Jelang, menjadikanya seolah-olah ia adalah pelakunya. Jelang tetap pasrah, namun ia akan tetap membuktikan itu semua bukan dirinya. Sebelum di bawa pergi, Jelang sempat menatap Davin dan berhenti di depan laki-laki itu, dan membisikan sesuatu padanya.

“Tolong jangan sampai Stella tau, Vin.” bisiknya, dan Davin hanya bisa mengangguk pelan.

Jelang tidak ingin Stella khawatir denganya, Jelang yakin ia bisa menyelesaikan masalah penjebakan ini sendiri. Ia tidak mau Stella ikut terseret oleh kasusnya, ia tidak ingin membahayakan Istrinya sendiri.


Sinar matahari pagi itu masuk ke dalam kamar Stella melalui celah korden kamarnya, ia menggulat dan sedikit mengucak matanya. Di atas ranjangnya, Stella menghela nafasnya pelan. Menatap pada langit-langit kamarnya kemudian berbalik menatap ranjang bawah tempat Jelang tidur.

Ranjangnya masih kosong, Jelang urung pulang juga. Sudah dua hari Jelang belum pulang. Kemudian tanganya beralih mencari ponselnya yang ia taruh di atas meja, ia berharap setidaknya Jelang mengiriminya pesan atau menelfonya.

Namun sayangnya harapanya pupus karena tidak ada satupun panggilan atau pun pesan yang Jelang kirimkan untuknya. Dengan berat hati dan perasaanya yang urung kunjung membaik, Stella tetap harus bekerja.

Tristan sudah berangkat lebih dulu, namun bocah itu masih sempat membuatkan roti bakar dan teh manis hangat untuknya. Karena tidak nafsu untuk sarapan, Stella hanya membawa roti itu ke kantor. Berharap nafsu makannya akan datang saat sudah sampai di sana.

Namun apa yang Stella dapatkan pagi ini di BFN, begitu ia masuk semua mata menyorotinya. Itu membuat Stella bingung, pasalnya mata yang menyorotinya itu dengan pandangan kecewa sekaligus menjijikan. Ada apa sebenarnya? Apa yang telah ia perbuat sampai-sampai orang menyorotinya seperti itu?

Begitu ia sampai di depan lift dan lift terbuka, ia mendapati Ardi. Cowok itu langsung menarik tangan Stella dan membawanya ke kafetaria yang pagi itu masih sangat sepi.

“Di, ada apa sih sebenernya? Kenapa semua orang ngeliatin gue kaya gitu?” tanya Stella.

“La, Suami lo gak ngasih kabar lo apa-apa?” tanya Ardi.

Stella menggeleng, “enggak, Jelang belum pulang. Dia lagi nanganin kasus kebakaran bekas pabrik.”

“Jelang di tahan!” ucap Ardi to the point.

“Di tahan? Maksud lo?!”

“La, Semua bukti pembakaran itu ngarah ke dia, dia juga bisa jadi tersangka kasus pembunuhan Eros Diahan sekaligus pelaku pembakaran bekas pabrik itu.”

“Gak mungkin,” Stella mendengus, ia tertawa miris. Sama sekali tidak percaya pada apa yang di katakan Ardi barusan. Ia mengenal Jelang lebih dari mereka, dan ia tahu persis Jelang seperti apa.

“La, gue yang ngelakuin analisis DNA nya sendiri. Hasil test urine nya juga keluar hari ini.”

“Test urine?” kening Stella mengkerut. “Test urine buat apa?”

“Kasus ini di ambil sama markas besar kepolisian, La. Mereka punya bukti kalau malam sebelum terjadinya kebakaran, Jelang sempat ketemu sama Eros dan tranksaksi sesuatu di pabrik itu.”

Sungguh, Stella merasa ia seperti saja tersambar petir di siang bolong. Jadi soal firasat buruk yang dari kemarin ia rasakan itu justru hari ini membuahkan jawaban, dan yang sedang dalam bahaya yang sesunggunya itu justru Suaminya sendiri, Jelang sedang dalam masalah besar.

To Be Contiunue