Before (14)

beberapa jam sebelum Jelang melakukan penangkapan...

Jelang dan rekan-rekannya yang lain sudah bersiap melakukan penangkapan hari ini, Pak Wira sudah membuatkan surat perintah penangkapan. Sebelum berangkat menuju kantor tempat Dion dan kuasa hukumnya berada, Jelang sempat berpamitan dulu dengan Stella. Meskipun Istrinya itu cemberut, Jelang tahu Stella enggak setuju kalau Jelang ikut terjun langsung menangkap Pak Dion. Tapi Jelang terus bersih keras meyakinkan Stella bahwa harus dialah yang menangkap pria itu.

“Yang lain kan bisa, Lang. Lagi pula, korban nya kan disini kamu. Masa kamu juga yang harus nangkap?” ucap Stella sebelum Jelang pergi.

Jelang sedang duduk di kursi kecil depan rak sepatu, laki-laki itu sedang memakai sepatu dan Stella berdiri tepat di sebelahnya.

“La, emang aku korban nya. Tapi kasus pembunuhan dia itu kasusnya masih aku yang pegang, lagi pula, Ini salah satu upaya aku buat bersihin nama baik aku dan kepolisian,” jelas Jelang.

Stella masih cemberut, perempuan itu melipat kedua tangannya di dada dan menendang sepatu yang hendak Jelang pakai hingga sepatu itu melesat agak jauh dari tempat Jelang duduk, Jelang yang melihat itu hanya bisa menggeleng kepalanya saja.

“Emang kamu bakalan di bayar lebih buat ini?” ucapnya lagi.

Jelang menghela nafasnya pelan, Stella kalau kalah berargumen itu bakalan terus nyari-nyari celah supaya ucapannya di dengar. Tapi Jelang enggak mau ambil pusing soal itu, jadi dari pada berdebat tanpa ujung lebih baik ia segera pergi.

“Aku pergi dulu yah.” Jelang berdiri setelah selesai memakai sepatunya, ia menatap wajah Stella yang semakin masam saat melihatnya.

Stella yang sudah terlanjur badmood itu akhirnya masuk ke dalam rumahnya, membiarkan Jelang pergi. Setelah memastikan mobil yang di pakai Jelang sudah menjauh dari pekarangan rumah mereka, Stella langsung mengambil ponsel miliknya dan mengetikan pesan untuk Hema dan Davin.

Stella cuma berpesan kepada dua rekan Jelang itu untuk menjaga Jelang, Stella juga bilang kalau luka di perut Jelang belum sepenuhnya pulih. Dan beruntungnya Davin dan Hema mengerti kekhawatirannya.

Hari ini Stella libur, ia tidak ada acara apa-apa, mungkin ia hanya akan berdiam diri di rumah sembari sesekali membereskan rumah barunya. Baru saja Stella ingin bersantai menonton televisi, Tristan yang Stella pikir belum bangun itu justru keluar dari kamarnya.

Laki-laki itu sudah tampak rapih dengan kemeja berwarna olive yang ia jadikan luaran dengan kaus putih polos di dalamnya.

“Ada kelas, Ta?” tanya Stella.

“Iya, Mbak. Ngomong-ngomong Mas Jelang kemana, Mbak?” tanya Tristan, waktu matanya tidak sengaja melihat keluar dan tidak menemukan mobil Jelang di depan pagar rumah mereka.

“Mas kamu tuh keras kepala, pergi dia. Katanya mau ikut ngelakuin penangkapan sama bajingan yang jebak dia.”

Tristan mengerutkan keningnya, setahunya. Jelang itu belum pulih, bahkan semalam ia tidak sengaja memergoki Kakak sepupunya itu merintih saat baru selesai mandi. Jelang juga sempat bilang kalau luka nya masih terasa perih setiap kali ia banyak melakukan aktifitas fisik.

“Emang luka di perutnya gapapa tuh, Mbak?”

“Haaa...” Stella menghela nafasnya pelan, ia menyandarkan punggungnya pada sofa “Dia itu susah, Ta. Kepalanya keras melebihi batu. Tapi tenang aja, Mbak udah titip-titip dia sama temannya kok.”

Tristan akhirnya mengangguk, walau sebenarnya ia juga khawatir dengan Jelang, tapi Stella benar. Jelang susah sekali untuk di larang jika sudah menyangkut hal seperti ini, Tristan kemudian melihat arloji miliknya dan seketika membulatkan matanya. Kelasnya akan di mulai 20 menit lagi.

“Mbak, kalo gitu Tata jalan deh, Udah telat banget ini. ” Tristan menghabiskan susu kotak yang tadi ia tuang ke mug miliknya, kemudian langsung melesat keluar dari rumah.

“Hati-hati, Ta.”

Stella kembali menonton TV yang saat itu sedang menayangkan sebuah drama, jarang-jarang sekali Stella punya waktu untuk menonton drama seperti ini, tapi tidak lama kemudian dari arah luar rumahnya. Stella mendengar seperti ada bunyi kencang, seperti benda jatuh atau sebuah kecelakaan.

Kompleks perumahan Jelang dan Stella itu sepi, jadi kalau ada bunyi-bunyi apapun itu pasti kedengaran. Dan di blok yang di tempati Jelang dan Stella hanya terisi penghuni di 3 rumah saja yang jaraknya berjauhan dari rumah mereka, karena sisanya masih dalam pembangunan.

Karena dirasa ada yang tidak beres, Stella keluar dan betapa paniknya dia ketika melihat motor Tristan terjatuh, di belakangnya ada sebuah mobil jeep dengan beberapa pria tengah berusaha membawa Tristan masuk ke dalamnya.

Tristan melawan, ia sempat memberikan bogem mentah ke beberapa pria itu. Namun karena Tristan sendiri, ia mendapat serangan dari pria lainya hingga Tristan tersungkur beberapa kali.

“BAJINGANNN!!” pekik Stella.

Ia langsung keluar dan membantu Tristan menghajar pria-pria berbadan besar itu satu persatu, Stella yang kalah jumlah beberapa kali terjatuh saat mencoba menghalau mereka membawa Tristan pergi.

BRAKKK

Stella sempat menoleh ke arah suara itu, salah satu dari pria itu menyerang Tristan dengan sebuah stick baseball hingga Tristan pingsan dan membawanya ke dalam mobil.

“LEPASINNN!!” teriak Stella, ia menendang pria yang membopong Tristan hingga pria itu terjatuh.

Kepala laki-laki itu di hajar dengan stick baseball lumayan kencang. Makanya tidak ada perlawanan lagi darinya, Stella juga sempat melihat darah segar mengalir dari belakang kepala Tristan hingga menetes mengenai kemeja yang di pakainya.

Sialnya, Stella sudah kewalahan menghadapi pria-pria itu sendirian. Bagaimanapun juga Stella perempuan badan dan kekuatannya tidak sepadan dengan pria-pria yang menyerangnya.

Tristan berhasil di bawa pergi oleh pria-pria itu, setelah mereka berhasil melumpuhkan Stella. Stella panik bukan main, ia mengabaikan perih di sela bibirnya dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Stella ingat, Jelang sempat memberinya senjata api untuk berjaga-jaga.

Saat hendak mengambil senjata miliknya, ponsel milik Stella yang ia taruh di saku celananya itu bergetar. Menampilkan pesan dari nomer yang tidak ia kenali.

jangan lapor polisi jika tidak ingin Tristan mati.

Itu adalah pesan berisi sebuah ancaman, beruntungnya di saat panik melanda Stella. Ia sempat mengingat plat mobil jeep yang di pakai pria itu membawa Tristan.

“ARGHHHHHHHHH!!” teriak Stella, ia benar-benar frustasi.

Karena tidak mungkin Stella diam saja di rumah, ia akhirnya berinisiatif untuk menelfon Hema dan Davin. Ia akan meminta bantuan mereka untuk menyelamatkan Tristan, namun sayangnya panggilan darinya tidak di jawab oleh Hema maupun Davin.

Tidak ada cara lain baginya selain menghampiri Hema dan Davin, Stella akhirnya melesat pergi menuju lokasi penangkapan Dion. Ia yakin, penculikan Tristan ini adalah ulah Dion juga untuk menjadi pengecoh atas penangkapannya.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Stella untuk tiba di kantor milik Dion, benar dugaannya. Gedung tinggi itu di kepung oleh mobil polisi, tapi Stella tidak melihat ada Davin, Jelang ataupun Hema di sana.

Stella hanya melihat ada anggota lainya yang sedang berjaga dan juga Pak Wira yang tengah berdiri di depan pintu masuk. Jadi, Stella akhirnya menghampiri Pak Wira lebih dulu.

“Pak Wira, Jelang dimana, Pak?” tanya Stella panik, Pak Wira yang melihat Stella panik itu juga ikut bingung. Karena tidak biasanya Stella tampak terlihat kacau dengan rambut yang berantakan dan sela bibir yang berdarah.

“Ada apa, La?”

“Pak, Tristan di culik. Adik sepupunya Jelang, Pak. Saya yakin orang itu adalah orang suruhan Dion.” tangan Stella bergetar beriringan dengan nafasnya yang tercekat, ia takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Tristan.

“Sial!!” pekik Pak Wira. “Saya akan suruh Hema dan Davin untuk ke mencari Tristan. Kamu ingat orang itu menculik Tristan pakai kendaraan apa?”

Stella mengangguk, “mobil Jeep, B1231 TAK.”

Pak Wira terlihat sedang mengetikan sesuatu di ponselnya, pria itu tengah mengabari Hellen untuk melacak keberadaan mobil itu melalui CCTV jalan dan menyuruh anggota lainya melakukan razia.

“Jelang, Pak? Luka Jelang belum pulih.”

Pak Wira tidak menjawab, ia sedang memikirkan cara agar penangkapan ini tetap berjalan lancar meski Davin dan Hema ia tugaskan menolong Tristan.

“Saya akan hubungi bantuan dari tim lain—”

Pak Wira, Pak Dion dan kuasa hukumnya enggak ada di ruangannya. Tapi Jelang ada di helipad, dia menduga Dion dan kuasa hukumnya akan kabur ke luar negeri dengan helikopter milik perusahaanya.

Itu suara Hema, Hema menghubungi Pak Wira dengan walkie talkie miliknya. Itu artinya Jelang sendirian di helipad? Pikir Stella.

“Davin dan Hema, kalian berdua turun. Ada tugas lain, Tristan adik sepupunya Jelang di culik. Saya sudah memerintahkan tim lain untuk memeriksa kendaraan bermobil dan melakukan pemeriksaan CCTV mulai dari perumahan Jelang.”

tapi Jelang sendirian di helipad, Pak.

Stella yang sudah terlanjur panik mendengar Jelang menghadapi Dion dan kuasa hukumnya sendirian itu akhirnya menerobos masuk, ia menaiki tangga darurat satu persatu untuk menuju helipad, Ia tidak akan membiarkan Jelang menangkap pelaku sendirian.