Between Us 🔞 -blm di revisi
Malam itu Rachel sedang melamun di balkon kamar nya, memandangi langit malam tanpa bintang di temani rintik hujan dan semilir angin dingin yang menusuk hingga tulangnya. Sesekali ia mengusap kedua lenganya, mengeratkan cardigan yang ia pakai walau itu tidak banyak membantu untuk menghangatkan tubuhnya.
Sudah seminggu ia dan Dimas bertengkar, dan tidak jarang Ibu mertua nya itu ikut campur dalam permasalahan rumah tangganya. Dimas dan Rachel sudah menikah sekitar 8 bulan, belum di karuniai keturunan. Dan selama 8 bulan itu juga Rachel seperti hidup dalam neraka yang di buat oleh Ibu mertua nya.
Ibu nya Dimas tidak pernah menyukai Rachel, sudah jelas alasanya. Karena Rachel memiliki anak dengan mantan kekasihnya, dan Ibu nya Dimas keberatan dengan itu. Meski tahu Rachel adalah seorang dokter dan tengah menjalani studi spesialisnya. Ibu nya Dimas enggak perduli sama itu, yang beliau inginkan adalah. Dimas menikahi perempuan baik-baik yang belum memiliki anak, apalagi dari hasil di luar pernikahan.
Dan itu juga yang menjadi duri di rumah tangga Rachel dan Dimas, selalu tentang mantan kekasih dan anaknya yang menjadi hal mereka bertengkar. Seperti saat ini, Dimas yang cemburu ketika Rachel izin menjaga Hana bersama Yuno di rumah sakit. Anak itu sakit, dan Hana hanya ingin di temani oleh kedua orang tua nya saja.
Sejak lahir, Rachel enggak pernah mengurus Hana. Bahkan memberikan ASI nya pun tidak, ia meninggalkan bayi itu bersama Yuno untuk tetap mengejar impianya sebagai seorang dokter sekaligus model. Yuno enggak pernah marah dengan hal itu, ia membiarkan Rachel pergi mengejar semua yang ia inginkan.
Saat tengah melamun, Rachel merasakan ada sepasang tangan melingkari pinggang rampingnya. Itu tangan Dimas, Rachel bisa tahu hanya dari parfum yang di kenakan pria itu.
“Aku minta maaf yah,” bisiknya, Dimas mengecupi bahu Rachel dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher jenjang Istrinya itu.
“Dari awal aku udah bilang ke kamu Mas, Sama aku itu enggak mudah.”
“i know aku yang salah karena udah cemburu.”
Rachel menghela nafasnya pelan, melepaskan kedua tangan Dimas dan membalikan badannya menatap Suaminya itu dengan wajah penuh rasa bersalahnya.
“Aku gak mau kita berantem terus-terusan,” cicit Semesta.
“Apa kamu pikir aku mau?”
“Tapi aku juga gak bisa nyembunyiin kalo aku cemburu, di antara kamu sama dia ada anak itu—”
“Namanya Bintang.” Tari benci setiap kali Semesta menyebut Bintang dengan sebutan 'anak itu.' Tari tahu, Semesta masih belum bisa menerima Bintang. Meski pria itu bilang dia bisa menerima masa lalu Tari.
“Iya, Bintang.” koreksinya. “Aku takut kamu kembali sama Angkasa.”
Rachel mendengus, ia membuang pandanganya ke arah lain. Agak sedikit kecewa karena Dimas masih terus meragukkanya, bagi Rachel hubunganya dengan Yuno hanyalah sebagai orang tua Hana. Toh, mereka juga enggak pernah menikah. Rachel menolak saat Yuno ingin bertanggung jawab saat mengetahui ia hamil.
“Kamu masih gak percaya sama aku, Mas?”
“Rachel, kamu gak ngerti posisi aku disini tuh gimana.”
“Iya, aku gak ngerti. Termasuk sama jalan pikiran kamu.”
Dimas dan Rachel sempat diam, masih saling memandang. Seperti mereka saling berkomunikasi hanya dengan saling bertatapan seperti itu, meski rasanya tidak nyaman tapi keduanya masih tetap bertahan pada posisinya.
“Kamu masih cinta sama aku gak sih?” tanya Dimas pada akhirnya.
“Mas..”
“Gak, kalau kamu udah gak cinta sama aku. Aku bisa mundur, aku bisa lihat Yuno masih sangat cinta sama kamu, Hel. Sorot matanya gak menjelaskan kalau dia cuma anggap kamu sebatas Ibu nya Hana.”
“Apa kamu pikir perasaan aku ke Mas Yuno masih ada hanya kamu pikir dia masih cinta sama aku?” perasaan Rachel ke Yuno sudah tidak ada lagi, ia sudah melupakan laki-laki itu. Rachel hanya menganggap Yuno sebagai Ayah dari anaknya saja. Tidak lebih, dan ia hanya mencintai Dimas. Meski hidup dengan pria itu juga seperti neraka baginya.
“Kamu pikir bertahan sama kamu mudah, Mas? Kamu pikir enak jadi aku?”
“Hel..”
Dimas tahu arah bicara Rachel ke mana, Dimas juga tahu bahwa Ibu nya enggak pernah menyukai Rachel. Bahkan Ibu sering kali menyuruh Dimas menceraikan Rachel kalau dalam waktu 2 bulan ini Rachel belum hamil. Selalu ada saja alasan Ibu nya untuk membuat Dimas menceraikan Rachel.
Rachel mengusao wajahnya gusar, ia sudah lelah bekerja dan belajar hari ini. Dan malamnya Dimas malah mengajaknya berdebat, walau awalnya pria itu memang berniat meminta maaf. Karena tidak ingin memperpanjang masalah, Rachel masuk ke dalam kamar. Namun ia sedikit tersentak, ketika tidak lama kemudian tanganya di tarik oleh Dimas dan bibir nya di cium paksa oleh Suaminya itu.
Rachel kaget bukan main, decapan, lumatan serta gigitan dari Suaminya itu di bibirnya bisa menjelaskan betapa cemburu sekaligus sayang yang Dimas curahkan disana.
Rachel hanya diam saja, tapi ia menikmati setiap pangutan bibir Suaminya itu. Ia memejamkan matanya, menaruh kedua tanganya di leher Dimas. Sementara kedua tangan Dimas berada di pinggang ramping Istrinya itu.
Tidak ingin Dimas merasa tidak di cinta, Rachel menekan tengkuk Suaminya itu. Mencecapi bibir Dimas dan sesekali melumatnya seperti orang kehausan, tangan Dimas yang semula berada di pinggang Rachel itu beralih menarik cardigan yang Istrinya itu kenakan.
Hingga cardigan itu lepas, menampakan bahu mulus Istrinya itu yang hanya mengenakan gaun tidur berbahan satin berwarna merah marun dengan tali tipis di bahunya. Keduanya masih saling terpaut, tidak pernah puas mencecapi rasa bibir masing-masing. Kali ini bukan hanya ada luapan cemburu, ego dan kasih sayang. Ada sirat hasrat yang ingin keduanya tuntaskan.
Jadi, Dimas menuntun Istrinya itu ke ranjang mereka. Sembari tanganya melepas satu persatu kemeja yang ia pakai, dan melemparnya ke sembarang arah. Ciuman keduanya sempat terlepas, saat kaki Rachel menabrak ranjang mereka dan ia jatuh di sana dengan tubuh gagah Dimas berada di atasnya.
Namun Dimas tidak membiarkan itu berlangsung lama, ia kembali memburu bibir Istrinya itu sembari terburu-buru membuka gaun tidur yang Rachel kenakan. Saat gaun itu tanggal, Dimas membuangnya sembarangan. Kini Istrinya itu hanya mengenakan celana dalam dan bra berwarna senada dengan gaun tidurnya tadi.
Tangan Rachel yang semula di bahu Dimas, kini beralih mengusap dada bidang Suaminya itu, kemudian turun membelai perut Suaminya dan menjalar ke punggung lebar Dimas.
“Aahhhh..” Rachel melenguh, ketika Dimas mengecupi lehernya sembari ia remas payudaranya itu dengan satu tangan.
Kini bra yang Rachel kenakan sudah tidak pada tempatnya lagi, dan Dimas melepasnya dengan kasar. Payudara sintal Rachel yang sudah tidak terhalang apapun itu kini ia kecup, ia remas dan ia usap puting merah muda nya itu dengan jari telunnjuknya.
“Nngggh..” Rachel meremas rambut Dimas, menekan kepala Suaminya itu untuk terus bermain di atas payudara nya.
Dimas terus mencecapi puting Istrinya itu bagai bayi yang kehausan, sesekali ia mengigitnya dengan gemas dan meremas payudara sebelahnya dengan gerakan yang membuat Rachel pening setengah mati.
“Mas.. Mmhh..”
“Hm?”
Masih betah berlama-lama dengan payudara Istrinya itu, dengan terburu-buru Dimas melepas sabuk yang ia pakai dan melepas celana bahan yang ia kenakan. Miliknya di bawah sana sudah sesak, gundukan besar itu semakin besar ketika kaki Rachel menyentuhnya. Mengusapnya dengan punggung kakinya seduktif.
“Aaarghhhh Rachel..”
Dimas hanya berharap, malam panjang ini bisa membrikannya keturunan untuk ia dan Rachel. Agar tidak ada alasan lagi bagi Ibu nya untuk membuat mereka berpisah.
Bibir Dimas yang semula masih mengecapi puting kemerahan itu, kini beralih mengecupi perut rata Istrinya itu hingga kini wajahnya berada di depan vagina Istrinya itu yang masih tertutup oleh celana dalam.
Sebelum membuka nya, Dimas menarik nafasnya pelan. Ia benar-benar berharap bayi hadir di antara mereka, Dimas benar-benar mendambakan seorang anak.
“Mas?” panggil Rachel.
Tanpa memperdulikan panggilan dari Istrinya itu, Dimas melepas celana dalam Rachel. Dan kini tubuh indah milik Istrinya itu tidak terhalang benang sedikit pun, Dimas bahkan bisa leluasa mencecapi vagina istrinya itu. Lidahnya dengan pandai bermain di sana hingga kaki Rachel menggelincang hebat.
“Aaahh, Mas.. Mmhhh..” Rachel merapatkan kakinya, menahan kepala Suaminya itu untuk tetap berada di sana.
Dimas enggak perduli dengan erangan serta lenguhan Rachel, itu semakin membuatnya bersemangat mengerjai bagian bawah Istrinya itu hingga Rachel frustasi.
“Aaahhhh..” nafas Rachel terengah-engah pelepasan pertamanya baru saja keluar, dada nya naik turun dan peluh membasahi dada hingga keningnya.
Namun Dimas benar-benar tidak memberinya sedikit jeda untuk beristirahat, lidah pria itu kembali mencecapi vagina nya. Membuat kaki Rachel kembali bergelincang menahan nikmat sekaligus geli.
“Aaahhh.. Mas.. please nnghh..” dengan kuat ia meremas seprei yang ada di sana, kaki Rachel yang semula mengapit kepala Dimas kini ia lebarkan.
“Mmmhhh.. Aku mohon, Dimas.. Aahh” dan Rachel memejamkan matanya, menikmati pelapasan keduanya yang membuat kedua kakinya bergetar.
“Sayang?” panggil Dimas.
“Hm?”
“you okey?“
“Um,” Rachel mengangguk, ia membuka kedua matanya dan mengusap wajah tampan kesayanganya itu.
“I want there to be a baby between us, so that my mother won't tell us to divorce anymore.” ucap Dimas penuh frustasi, Rachel sudah tahu soal ini.
Karena Ibu nya Dimas juga bilang kalau Rachel harus segera hamil dalam waktu 2 bulan ini. Karena jika tidak, maka beliau akan menyuruh Dimas menceraikan Rachel dan menikah dengan perempuan pilihanya.
“Sayang?”
“Aku sayang kamu, Hel. Aku gak mau pisah. Aku tahu ini enggak mudah, tapi aku mau menjalani hal yang enggak mudah ini bersama kamu.”
Rachel mengangguk, mengusap wajah Dimas yang tertunduk dengan kedua mata yang tergenang air mata itu. Rachel juga enggak ingin berpisah dengan Dimas, ia sangat mencintai laki-laki itu. Dimas sudah menemaninya saat Rachel berada di titik terendahnya, menemaninya hingga Rachel bisa menyabat gelar dokter sekaligus menjadi model terkenal.
“Kita lakuin yah?” Rachel mengarahkan telapak tangan Dimas di atas perut ratanya. “Sampai dia ada di sini?”
Dimas kemudian mengangguk, dan saat keduanya sudah sedikit tenang. Mereka kembali melanjutkan permainan panas yang sempat berhenti tadi, kini Rachel sudah berada di bawah kaki Dimas. Mencecapi kejantanan Suaminya itu dengan susah payah karena terlalu besar masuk ke dalam mulut nya yang kecil.
“Aaarghhh Rachel ouhhhh..” Dimas memejamkan mata, adam apple nya itu naik turun merakan nikmat yang di berikan oleh mulut Istrinya itu.
“Nnghh.” ketika miliknya berkedut, Dimas tahan kepala Rachel disana hingga benihnya itu tumpah di dalam mulut Istrinya itu.
“Mmhh...”
Setelah Rachel menelan semua benih milik Dimas, tubuh rampingnya itu di angkat oleh Dimas hingga kini ia berada di bawah kuasanya. Dimas melebarkan kaki Istrinya itu, menggesekan kejantananya di vagina Istrinya itu hingga Rachel melengguh.
“Mmhhh.. Mas..”
Jemari Rachel meremas bahu Dimas, ketika ia merasakan kejantanan Suaminya itu memasuki dirinya. Rasanya benar-benar keras, perih, sesak sekaligus nikmat benar-benar surga yang di rasa keduanya saat ini.
“Ohhh..”
Saat milik Dimas sudah tertanam sempurna, ia gerakkan pinggangnya membuat gerakan perlahan-lahan hingga Rachel mengetatkan otot-otot vagina nya itu.
“Nnghhh.. Mas Dimas...”
“Hm?” Dimas menaikan satu alisnya, sesekali ia tekan miliknya semakin dalam dan kasar hingga Rachel memekik.
“Aaaghh..”
Gerakan yang semula pelan dan terkesan terbata-bata itu kini berubah menjadi lebih cepat dan sedikit kasar, Rachel bahkan sampai menancapkan kuku-kukunya di punggung Dimas.
“Aaahhh Mas...please..”
“Aarghhh tahan sayang.”
Dimas semakin menekan miliknya, membuat Rachel memekik ketika kejantanan Suaminya itu menyentuk titik sensitifnya. Rachel memejamkan matanya, semakin menekan pinggang Dimas untuk terus menganggahinya.
“Aaaahhhhh.”
Dimas semakin cepat menggerakan miliknya itu, sebelah kaki Istrinya itu ia taruh di bahu nya. Ia menahan tubuhnya dengan kedua tanganya agar tidak menindihi Rachel seutuhnya, Dimas memejamkan matanya miliknya sudah berkedut dan semakin besar di dalam sana.
“Mas...”
“Aarghhhh.”
Dimas hentakan semakin kencang miliknya, dan ia keluarkan benihnya di dalam sana. Hangat, lengket dan meleggakan hingga kini keduanya memejamkan mata menikmati pelepasan mereka.
Rachel membuka kedua matanya, mengusap dada Suaminya itu yang penuh dengan keringat. Ia tersenyum, ketika Dimas juga tersenyum melihatnya. Dimas masih betah memendam miliknya di dalam sana, jadi ia pakai kesempatan itu untuk mengecupi bahu Istrinya.
“Mas?”
“Hm?”
“Aku sayang kamu.” Rachel memeluk Suaminya itu dengan posesif.