Someone Else Behind The Incident (11)
Seorang pria memasuki ruangan yang tampak megah di dalam sebuah gedung pencakar langit, ruangan yang di dominasi warna hitam dengan lukisan-lukisan bunga mawar dan abstrak serta kaca besar nan lebar yang menyuguhkan pemandangan kota malam itu, membuat ruangan itu nampak elegan.
Pria berkacamata itu sedikit membungkuk pada pria lain di depanya yang tengah mengisap cerutu, pria dengan wajah dingin nan angkuh itu menyeringai pada pria bekacamata di depannya.
“Malam, Pak Dion.” pria berkacamata itu sedikit menyapanya. Namun pria itu hanya bergeming sekaligus mengangguk dengan gerakan halus.
“Ipda Jelang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang, beliau melarikan diri saat di bawa ke rumah sakit. Saat ini tim kami beserta anggota polisi lainya sedang mencari Ipda Jelang,” jelasnya.
“Andreas, bagaimana dengan dia?” tanya laki-laki angkuh itu seraya mengepulkan asap yang keluar dari mulutnya ke udara.
“Andreas tidak berhasil membunuh Ipda Jelang, dia bilang Ipda Jelang melawan dan tidak lama kemudian ada warga yang melihat mereka.”
“Jadi benalu itu tidak berhasil?”
“Iya tuan,” jawabnya.
“Kalau begitu singkirkan dia, jangan sampai dia merusak segala rencana yang sudah kita susun.”
Pria berkacamata itu sedikit kikuk, namun pada akhirnya ia mengangguk mengiyakan perintah dari atasanya itu. Tidak ingin sesuatu yang buruk menimpanya jika ia tidak menjalankan perintah atasanya itu.
“Lalu bagaimana dengan Istrinya? Wanita itu tidak bisa kita remehkan,” lanjutnya.
“Kami masih mengikuti Istrinya, untuk saat ini dokter Stella masih melakukan pekerjaanya seperti biasa. Tidak ada yang mencurigakan dari dokter Stella, tapi Pak. Rekan kerja Ipda Jelang, Ipda Davin, dia masih berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi dengan rekannya.”
Bukan hanya Stella yang mereka kutit tapi Davin juga, mereka tahu Davin adalah orang yang tidak akan terima rekan nya di jebak seperti ini.
Pria itu mengangguk, “tetap awasi dia, dan tetap melakukan pencarian dimana laki-laki itu kabur. Dan untuk Davin, bikin kasus-kasus pengecoh agar dia tidak bisa menyelidiki rencana kita.”
“Baik tuan,” setelah membungkuk kecil, pria itu keluar dari sana. Meninggalkan pria angkuh tadi yang masih menikmati cerutu dan segelas wine di meja kerjanya.
Pria itu kini membalikan kursi tempatnya duduk jadi menghadap ke arah jendela besar di belakangnya, matanya menatap pancaran cahaya gedung dan jalanan yang malam itu nampak padat. Bibirnya menyeringai sembari sesekali ia sesap minuman itu dengan perlahan.
“Saya enggak akan biarin kamu hidup tenang Jelang...” gumamnya.
“Bang Davin!!” pekik Hellen, ia baru saja keluar dari ruanganya terburu-buru.
Davin yang baru ingin masuk ke ruang interogasi itu jadi berhenti, dia menutup kembali pintu ruangan itu dan menghampiri Hellen yang nampak panik.
“Gue udah berhasil mulihin data dari HP Eros dan berhasil nemuin sesuatu di HP nya Ipda Jelang,” ucap Hellen.
“Ada apa aja di sana, Len?” tanya Davin.
“Ini,” Hellen menunjukan sesuatu dari tab yang dia bawa. “IP milik Bang Jelang beneran di retas, orang ini berhasil menelfom petugas damkar buat ngelaporin kejadian waktu itu.”
“Lo tau siapa orangnya, Len?”
“Gue masih cari tahu, Bang. Dan ini..” Hellen menunjukan bukti pesan singkat dari data yang berhasil ia pulihkan dari ponsel Eros. Disitu terlihat Eros mengirimkan pesan pada seseorang untuk segera mengiriminya uang sebelum ia melakukan rencananya.
“Eros sempat menghubungi nomer ini buat di kirimi uang ke rekening Istrinya, setelah itu dia bakalan ngelakuin aksinya.”
“Jadi Eros ini punya Istri?” gumam Davin. “Kirimin ke gue nomer orang itu, Len.”
“Gue udah lacak nomer ini, Bang. Nama yang terlampir sebagai pemilik nomer ini adalah WNA yang bahkan sudah meninggal. Itu artinya orang ini beli nomer ilegal buat dia pakai komunikasi sama Eros,” jelas Hellen.
Davin yang mendengar itu benar-benar geram, ia sampai mengepalkan tanganya kuat. Setelah selesai berbicara dengan Hellen, Davin kembali bekerja seperti biasa. Ia ingin bertemu Stella untuk membicarakan soal Jelang lagi tapi setelah tugasnya selesai.
Davin hari ini kembali di sibukan dengan kasus bunuh iri di sebuah rumah kontrakan, pria itu tewas dengan cara meminum sianida. Ada surat wasiat juga di sana yang di tulis oleh korban, sayangnya kasus ini tidak di pegang oleh Stella.
Sebelum ia datang ke ruang autopsi, Davin sempat mengajak Stella bertemu di rooftop gedung BFN. Kebetulan Stella juga belum pulang, baru saja Davin ingin merokok namun pintu rooftop terbuka dan menampakan Stella di sana. Davin yang tadinya mau merokok itu jadi mengurungkan niatnya, ia menyimpan kembali rokok itu di dalam sakunya.
“Gue udah dapat hasil dari DNA di TKP dan juga test narkoba punya Jelang, Vin.” ucap Stella, perempuan itu membuka ponselnya dan menunjukan hasil analisis DNA milik Jelang dan hasil test narkobanya.
“DNA itu memang punya Jelang, tapi di dalam darah itu udah tercampur sama EDTA.”
“EDTA?” tanya Davin bingung.
Stella mengangguk, “um, gabungan antikoagulan dan ion kalsium untuk hentikan koagulasi, fungsinya untuk mencegah darah yang di ambil menggumpal sebelum di lakukan test darah. EDTA ini cuma ada di tabung yang di pakai nakes buat menaruh darah sebelum di lakukan test, Jelang sempat sakit waktu itu dan sempat ngelakuin test darah. Darah yang sudah di lakukan pemeriksaan akan di anggap sampah medis, itu artinya ada orang lain yang ambil tabung darah milik Jelang dan numpahin itu di TKP,” jelas Stella panjang lebar.
“Hasil test narkoba nya?”
“Jelang bersih, Vin. Bahkan Maudy laboran BFN lakuin pemeriksaan ini dua kali dan hasilnya sama, Jelang bersih dari obat-obatan apapun.”
“Brengsek, itu artinya ada orang di dalam yang sengaja bikin hasil test nya palsu,” ucap Davin.
Stella mengangguk setuju, “gue udah ngantongin satu nama, tapi biar ini jadi urusan gue, Vin. Gue cuma mau minta tolong satu hal sama lo.”
“Apa, La?”
“Tolong cek CCTV di laboratorium BFN. Gue enggak punya wewenang buat itu.”
Davin mengangguk setuju, lagi pula itu perkara mudah baginya. Davin sudah sering memeriksa CCTV di berbagai macam tempat guna penyelidikan.
“Hellen juga udah nyari tahu soal HP Bang Jelang,” ucap Davin.
“Gimana hasilnya?”
“alamat IP nya beneran di retas, Hellen masih nyari tahu soal ini. Tapi ada yang aneh sama pesan yang di kirim Eros, La.”
Stella mengkerutkan keningnya bingung, setahu Stella ponsel milik Eros itu terbakar, dia tahu ini dari Ipda Hema yang sempat menghubunginya kemarin, Ipda Hema menanyakan soal Jelang. Soal Jelang yang ada di toko Ibu nya masih Stella rahasiakan dari siapapun.
“Iya, Hellen berhasil mulihin data di HP punya Eros dan nemu satu pesan yang mencurigakan.” Davin mengambil ponselnya dan menunjukkan isi pesan Eros dan orang tidak di kenal yang sempat Hellen kirimkan ke Davin.
“Aneh..” gumam Stella. “Apa jangan-jangan aksi yang di maksud ini adalah kebakaran itu, Vin?
“Kebakaran?”
“Bisa jadi pembakaran ini justru jadi jebakan buat Jelang, dengan kata lain Eros juga terlibat dalam kasus pembakaran ini. Ada dalang di balik ini semua, Vin. Termasuk soal kematian Eros.”
Davin terdiam sebentar, Stella benar-benar seperti Jelang. Perempuan itu mampu mencerna kejanggalan dengan mudah serta menyimpulkan, kalau di pikir-pikir ucapan Stella ada benarnya juga. Itu artinya ia harus mencari tahu dalang itu dengan melakukan pemeriksaan rekening milik Eros, tapi sebelum itu ia harus mencari keberadaan Istri Eros terlebih dahulu.
“Benar, kalau gitu gue harus nyari tahu orang yang ngirimin uang ke rekening Eros. Gue harus cari Istrinya lebih dulu, ah iya. Soal Bang Jelang, dia belum ngasih kabar apa-apa, La?” jujur Davin juga ikut mengkhawatirkan Jelang. Ia juga terus bertukar kabar dengan Hema mengenai pencarian Jelang, namun Hema belum menemukan petunjuk lain selain Hema yang terakhir kali terlihat di sekitaran mesjid.
“Belum, Vin. Gue pasti kabarin lo kalo gue udah ketemu sama Jelang.”
Stella ingin Jelang fokus pada pemulihanya dulu, biar ini semua ia yang mengurus. Davin enggak perlu tahu, ia takut Davin akan mengunjungi Jelang dan mengundang pihak lain tahu akan keberadaan Suaminya itu.