Surrender 🔞
Malam itu Ara tengah menyisir rambutnya di depan cermin meja riasnya, rambut panjang yang masih setengah kering itu ia sisir menghadap ke depan agar memudahkannya untuk menyisir hingga ke ujungnya.
Bibir mungil itu tersenyum, merasa dirinya malam itu begitu cantik mengenakan lingerie dress berwarna maroon berbahan satin itu. Lingerie pemberian Yuno untuk ulang tahun pernikahan mereka yang ke empat tahun.
Ara benar-benar menyukainya, apalagi saat ia memakai lingerie itu menampakan jelas tubuh ramping miliknya. Setelah selesai merapihkan rambut panjangnya, ia mengambil parfum dan menyemprotkannya ke titik-titik tertentu di tubuhnya. Bersamaan dengan itu, pintu kamar mandi di kamarnya terbuka.
Menampakan Yuno dengan handuk putih yang masih melilit tubuh gagahnya. Suaminya itu baru saja pulang bekerja, memang agak aneh malam itu karena Yuno tampak tak banyak bicara, biasanya Yuno akan menyapanya dan Hana. Kemudian bercerita bagaimana harinya di rumah sakit setelah makan malam, tapi Ara berpikir mungkin Yuno hanya sedang lelah saja..
Ara menoleh, tersenyum manis ke arah Suaminya itu dan berdiri di depan cermin di depan kamar mandi, Yuno tadinya mau mencukur kumisnya yang sudah sedikit terlihat itu. Namun Ara di depan sana justru mengalihkan konsentrasinya, wanitanya itu menunjukan tubuh indahnya yang di balut lingerie pemberiannya.
“Bagus gak, Mas?” tanyanya.
Di tempatnya Yuno benar-benar membeku, dengan tatapan yang Ara sulit artikan itu terpancar dari kedua netra legamnya. Namun, kepala laki-laki itu mengangguk setuju. Wajah Yuno datar, tidak menunjukan senyum atau raut wajah excited. bahkan pujian pun tidak ada padahal lingerie itu adalah pemberiannya, namun Ara tetap tersenyum dan menghampirinya.
“Makasih yah.” Ara memeluk Suaminya itu, tidak peduli dengan tubuh setengah basah Yuno itu.
Wanita itu membenamkan wajahnya di dada Yuno, menghirup aroma body wash sekaligus aroma mint dari parfum yang Yuno pakai di kamar mandi. Tidak ada balasan pelukan di pinggang rampingnya, namun Yuno menelan saliva nya mati-matian ketika degup jantung nya benar-benar menggila. Kewarasannya rasanya melebur begitu ia di hadapkan dengan Istrinya itu.
“Mas?” panggil Ara.
“Hm?” hanya itu sahutan yang keluar dari bibir Yuno.
“Pakai bajunya,” bisik perempuan itu.
Setelah melepaskan pelukan nya ke Yuno, Ara beranjak ke ranjang mereka. Bersandar di head board sembari mengusapkan lotion di tangan serta kakinya.
Namun bukannya mendengarkan ucapan Istrinya untuk segera memakai baju, Yuno justru menghampiri Istrinya itu. Membuat Ara agak sedikit bingung dan menaikan sebelah alisnya.
“Kenapa, Mas?” tanyanya.
“A...ra” panggil Yuno gugup.
Yuno menahan degup jantungnya yang semakin menggila, rasanya otaknya sedikit membeku dan ia merasa seperti orang bodoh saat ini.
“Cantik,” ucap laki-laki itu kemudian.
Ara tersenyum, “kamu suka gak?”
Yuno tidak menjawab, ia hanya mengangguk. Matanya tak lekat berpindah dari wanita di depannya itu, seperti saat ini Ara tengah menghipnotis dirinya agar tidak memalingkan pandanganya ke arah lain.
Entah kenapa malam itu Ara ngerasa Yuno sedikit berbeda, sorot matanya yang teduh itu juga berbeda. Lebih gelap dan tajam, namun saat menatapnya saat ini. Kedua netra itu seperti tengah mendambakan sesuatu, Ara sampai di buat salah tingkah sendiri hanya karena Yuno menatapnya seperti itu.
“Mas Yuno?” panggil Ara demi menyadarkan Suaminya itu.
“Hm?”
Tangan kurus Ara membelai pipi Yuno, mengusap rahang tegas Suaminya itu yang sudah di tumbuhi bulu-bulu halus.
“Ini Mas Yuno Suamiku kan?” tanyanya memastikan.
Ada cubitan halus di relung hati Yuno, ia meringis. Namun pada akhirnya ia mengangguk samar. Kedua anak manusia itu masih betah melempar tatapan satu sama lain, sampai akhirnya wajah Yuno bergerak perlahan semakin mendekat ke wajah Istrinya itu. Tatapan itu tertuju pada bibir ranum sang Istri yang begitu ia inginkan, kedua mata mereka terpejam.
Apalagi saat Ara sadar bibir Yuno sudah berada di atas bibirnya, mengecupnya perlahan dengan lumatan yang mampu membuat Ara melayang. Tangan kanan Ara yang semula sedang memegang botol lotion itu tiba-tiba lunglai, botol lotion itu sudah terjun bebas dari tangannya.
Tangan kurus itu beranjak membelai dada bidang Yuno dan memeluk lehernya, Ara turut ngimbangi kecupan demi kecupan yang semakin menuntut itu. Dalam hati, Ara menyadari jika ciuman Yuno agak sedikit terburu-buru, enggak seperti biasanya yang sangat pelan namun bisa membuatnya dimabuk kepayang.
“Mmhhh..” Ara berhasil meloloskan lenguhannya, ketika tangan besar Yuno itu sibuk menyibak lingerie nya dan membelai bokong miliknya.
Membuat Ara membuka mulutnya, membiarkan lidah Yuno mengabsen satu persatu isi mulut Istrinya itu. Tangan Ara yang masih bertengger di bahu Suaminya itu ia remas, tubuhnya meremang setelah Yuno berhasil menidurkannya. Jemarinya meraba tubuh bagian bawahnya. Membelai kewanitaan nya dengan seduktif dari luar underwear yang ia kenakan.
“Aahhh, Mas Yuno.”
Ara mengigit bibirnya, ia ingin berteriak mati-matian setelah Yuno berhasil meloloskan satu jarinya masuk ke dalam kewanitaan nya. Mencubit benda kenyal di dalamnya dan menggerakkan jemarinya penuh hasrat di dalam sana.
“Mmhhh.. Mas..” Ara memejamkan matanya, meremas bahu Yuno kencang untuk menahan segala kenikmatan yang di ciptakan Suaminya itu.
Jemari Yuno itu semakin basah dan menjepitnya, Ara mengencangkan otot-otot kewanitaan nya ketika vagina nya mulai berkedut di sana. Perlu ia akui jika permainan Yuno malam ini tidak seperti biasanya, namun tetap membuat dirinya benar-benar menggila.
“Nnghh.. Mas.. please.” rajuknya, Ara mendongakkan kepalanya. Kakinya menggelinjang hebat ketika Yuno mempercepat ritme gerakannya.
“Hm?” wajah Yuno itu menyeringai waktu mendengar Istrinya itu memohon.
“Mas Yuno aaarghh...”
Peluh mulai membasahi kening Istrinya itu, wajah Ara merah padam dengan mata sayu menatap Yuno seolah-olah ia tengah frustasi dan memohon.
“Aaaahhh.”
Yuno bisa merasakan Ara tengah menikmati pelepasan pertamanya. Tubuh wanita itu terengah-engah, matanya terpejam dan tangannya mengusap turun membelai dada bidang Yuno dengan seduktif, membuat gejolak di dalam diri Yuno itu semakin menggila.
Yuno tersenyum puas, dengan terburu-buru di atas ambang gairahnya. Yuno melepaskan lingerie yang Ara pakai dengan sedikit kasar dan tidak sabaran, Ara yang masih lemas karena pelepasannya hanya bisa pasrah begitu saja.
“Mas Yuno?” panggil Istrinya itu, memastikan sekali lagi jika laki-laki yang berada di atasnya itu benar-benar Suaminya.
“Sssstttt,” bisik Yuno di telinga Ara.
Sudut bibir Yuno tertarik, menampakan sebuah seringain yang mampu meluruhkan pertahanan Ara. Dengan cepat, Yuno kembali membungkam bibir ranum Istrinya itu dengan gemas, tangannya tak lantas menganggur karena kini dada Istrinya itu ia remas.
Handuk yang semula melilit tubuh tegapnya itu sudah jatuh entah kemana, di bawah kuasanya, Ara berusaha menyeimbangi kecupan demi kecupan yang Yuno berikan.
“Mmhhh..” Ara kembali melenguh, menikmati setiap pilinan jemari Yuno pada puting nya.
Bibir Yuno itu kini beralih menuruni leher jenjang Istrinya itu, menciumnya, mengecup dan menjilatnya. Meninggalkan jejak kepemilikannya di sana. Miliknya di bawah sana juga sudah semakin meradang, membuat sensasi di kepala Yuno menjadi agak sedikit pening.
“Aaahhh Mas... Jangan disitu, nanti Hana nanya..”
Melihat Suaminya yang agaknya sedikit kasar malam ini, membuat adrenaline Ara terpacu. Ia tarik bahu tegap itu, dan ia kecupi leher Yuno hingga ke adam apple nya.
“Ouhhhh... Jangan banyak-banyak kasih kissmark nya, Besok aku masih jaga,” pinta Yuno dengan suara beratnya, kepalanya pening setengah mati.
Karena tidak ingin membiarkan Ara mendominasinya, Yuno dorong sedikit bahu Istrinya itu dan kini bibir miliknya mengambil alih dada Istrinya itu. Yuno melahap puting kemerahan itu bagai bayi yang kehausan.
“Mmhh.. Mas..” Ara meremas selimut agak kencang ketika Yuno mengigit puting nya, Menimbulkan rasa ngilu sekaligus nikmat di sana.
Sungguh, demi apapun Ara di buat pening karena bibir Yuno yang bermain di atas payudaranya. Meskipun agak sedikit kasar sampai beberapa kali ia memekik, namun Ara tidak bisa bohong jika permainan panasnya malam ini memberikan rasa baru untuknya.
Payudara sintal miliknya itu Yuno remas, gigit dan jilat dengan gemas. Seolah-olah benda itu benar-benar mainan baru untuknya, ketika Ara ingin mengambil alih tindakannya. Yuno tahan kedua tangan kurus istrinya itu di atas kepalanya.
“Mas, Yuno kamu curang!” rajuk Ara.
Namun bukannya memberikan Ara kesempatan, Yuno justru beralih mengecupi paha terdalam Istrinya itu.
“Nnghhh..” Ara menjepit kepala Suaminya itu di sana dengan tangan yang meremas seprei sekuat tenaganya.
Sungguh, tubuhnya benar-benar limbung dan lemas. Yuno benar-benar tidak memberikan Ara untuk setidaknya bernafas sebentar.
“Aaahh...”
Kedua kaki jenjangnya itu gemetar, pelepasan keduanya itu cukup membuat dadanya naik turun kelelahan. Peluh juga sudah membasahi sekitar kening hingga dada nya, namun melihat Istrinya itu yang nampak berkeringat dengan rambut yang sudah berantakan. Membuat Yuno semakin semangat untuk mengerjainya.
“babe? You oke?” tanya Yuno khawatir.
babe? panggilan yang begitu asing di telinga Ara, namun perempuan yang masih lemas itu tetap mengangguk. Setelah memastikan Istrinya itu baik-baik saja, Yuno kembali melebarkan kedua kaki Istrinya itu, mengarahkan miliknya ke liang Istrinya itu dengan sangat cepat.
“Mas Yuno, aaaahhh—”
Milik Yuno sudah masuk seutuhnya, mata Yuno terpejam. Menikmati miliknya yang berubah menghangat karena sudah tertanam sempurna di liang Istrinya itu. Sungguh, ini benar-benar hal baru yang ia rasakan sekarang. Dirinya tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
“Mmhhh...”
Dengan perlahan-lahan, Yuno gerakkan pinggulnya itu sembari sesekali ia ciumi bahu telanjang Istrinya. Kedua tangannya itu ia taruh di sisi kanan dan kiri Ara agar tidak menindihi tubuh ramping itu sepenuhnya.
“Aarghhhh shit... Babe.” Yuno terengah-engah. Merasakan miliknya di jepit oleh kewanitaan Istrinya itu.
“Mmnhhhh Mas.” Ara meremas rambut Yuno, memejamkan matanya menikmati gerakan Yuno yang semakin lama semakin cepat.
“Aaahhh...” pekik Ara tiba-tiba, ketika Yuno menghentakkan miliknya dengan keras. “Mas...mmhhh..”
Tangan Yuno yang tadinya menganggur sibuk menahan berat badannya itu kini meraih payudara Istrinya itu, meremasnya dengan gemas sembari sesekali ia bungkam bibir Istrinya itu agar tidak mengeluarkan lenguhan yang bisa saja membangunkan Hana di kamar sebelah.
Tidak ada yang bisa Ara lakukan selain menancapkan kuku-kuku panjangnya di punggung Yuno ketika Yuno mulai menghentakkan dengan kencang.
“Mas Yuno, ak...aku—” Ara tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi ketika ia sudah menyelesaikan nya lebih dulu.
Yuno memejamkan matanya, miliknya di selimuti oleh cairan hangat milik Istrinya itu, Perempuan itu nampak kuwalahan, kepalanya menggeleng agar Yuno melepaskan ciuman mereka. Kalau boleh jujur, Ara agak sedikit takut karena Yuno agak sedikit berbeda malam ini.
“Mas.. Ahh..” Ara melilitkan kakinya di pinggang Yuno, membuat milik Suaminya itu masuk lebih dalam hingga tidak tersisa.
Ara benar-benar sudah lemas, tidak ada yang ia lakukan lagi selain memeluk tubuh Suaminya itu. Menaruh dagunya di bahu Yuno dan menikmati setiap gerakan dari pinggul Suaminya itu.
Gerakan pinggul Yuno terlihat jika ia tengah mengejar klimaksnya, karena Yuno benar-benar terlihat menggebu-gebu, hingga mampu membuat ranjang mereka ikut bergerak.
“Aaarghhhhh...i'm out babe.“
Yuno memejamkan matanya, menikmati derasnya benih nya yang ia keluarkan di dalam kewanitaan Istrinya itu. Sementara Ara di bawah sana hanya bisa memejamkan matanya saja.
Setelah dua kali pergumulan panas mereka, keduanya kini berpelukan di dalam selimut tebal dengan tubuh masih telanjang. Ara tidak merasakan dingin sama sekali karna pergesekan antara kulit dengan kulit itu.
Ara menjadikan lengan Yuno sebagai bantal untuknya, Ia memperhatikan wajah Yuno, menikmati setiap lekuk wajah sempurna nya dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar rahang hingga dada bidangnya.
Jemarinya mengusap lembut kelopak mata Yuno, mengusap bulu mata hingga alis tebalnya. Kemudian beranjak hingga ke bibir yang Suaminya itu.
“Mas?” panggilnya.
Yuno tidak menyahut, ia hanya membuka kedua matanya saja. Saat matanya bertemu dengan mata Ara, degup jantung Yuno kembali menggila lagi. Ah tidak, dia bukan Yuno. Dia adalah Jeff. Alter Yuno, tapi Jeff tidak mengakui dirinya dan lebih memilih berpura-pura sebagai Yuno. katakan Jeff brengsek, tapi ia benar-benar tergoda dengan Ara malam ini.
Perlu Jeff akui jika ia telat menyadari jika Ara begitu indah, pantas saja Yuno benar-benar tergila-gila dengan wanita ini. Karena pada akhirnya pun Jeff jatuh ke pelukannya.
Ara mengangguk, “kalau aku hamil lagi, gimana?”
Jeff tersenyum kecil bahkan benar-benar samar karena selama ini Jeff lebih sering menyeringai, ia usap dengan canggung wajah tirus itu dan berakhir membelai kepala belakang Istrinya Yuno itu. Jeff sedikit merasa bersalah karena leher jenjang Ara sedikit merah, tangan dan dada wanita itu juga sama. Ini semua karena ulahnya.
“Ak..u rasa gak masalah, karena Hana juga udah besar.”
Ara tersenyum, “kalo anak kita laki-laki, Mas mau kasih nama siapa?”
Jeff tidak pernah terpikirkan oleh hal itu, bahkan membayangkan jika suatu hari ia bisa memiliki seorang anak pun tidak. Tapi jika di beri kesempatan itu, ia ingin sekali memiliki seorang anak laki-laki yang mirip dengannya.
“Nathan.”
“Nathan?”
“Hm.”
Ara tersenyum, “namanya bagus.”
“Ara?”
Mendengar Suaminya itu menyebutkan namanya, membuat Ara sedikit bingung. Karena sejak Hana lahir, Yuno lebih sering memanggilnya dengan sebutan 'sayang' atau 'Ibu'
“Ya, Mas?” namun pada akhirnya ia tetap menyahut.
“Kalau kamu hamil, tolong kasih tau aku ya?”
apa katanya?
Walau agak sedikit terkejut dengan ucapan Yuno barusan, tapi Ara tetap mengangguk.
“Aku boleh cium kamu?” tanya Yuno yang lagi-lagi bikin Ara bingung, bahkan mereka sudah sering berciuman tapi baru kali ini Yuno meminta izin padanya.
“Um.” Ara mengangguk, memejamkan matanya menunggu bibir Yuno menyapu bibirnya.
Dan tidak lama kemudian Ara bisa merasakan benda kenyal itu mengecup bibirnya singkat, kecupan yang hanya sebentar namun sarat akan makna bagi Jeff. Itu adalah kecupan perpisahan, karna Jeff yakin setelah ini ia akan sangat sulit bertemu dengan Ara kembali.