Valentines Day🔞
Setelah selesai dengan pesta ulang tahun yang Ara buat untuk Suaminya itu, kini giliran Yuno yang memberikan Ara hadiah untuk merayakan valentines day mereka. Hari ini Yuno genap berusia 30 tahun dan hari itu Yuno mengajak Ara untuk menghabiskan malam valentine ini berdua hanya dengannya.
Saat merayakan ulang tahun Yuno, Hana ikut. Namun setelah itu mereka menitipkan Hana di rumah kedua orang tua Ara, malam itu Yuno membawa Ara ke apartemen milik Yuno yang sudah ia hias dengan bunga kesukaan Ara, Ara menyukai lily dan juga mawar putih.
setelah selesai berendam di bath up, Ara keluar dari kamar mandi masih dengan rambutnya yang ia bungkus dengan handuk dan kimono mandinya. wanita itu berjalan ke meja rias untuk mengenakan skincare routine nya.
di ranjangnya sudah ada Suaminya itu yang tengah membalas ucapan-ucapan selamat ulang tahun dari rekan-rekannya, Yuno sudah mandi lebih dulu. dan saat ini laki-laki itu hanya mengenakan celana pendek saja tanpa atasan.
“pakai baju dulu, Mas.” Istrinya itu menegurnya. membuat Yuno terkesiap dan menaruh ponselnya di meja sebelah ranjang mereka.
“sayang, aku mau juga di pakein toner punya kamu dong. tonerku habis, aku lupa mau beli lagi karena kemarin hectic banget.” keluh Yuno.
Yuno sengaja tidak mengambil jatah liburnya minggu kemarin agar saat ulang tahunnya ia bisa mengambil jatah liburnya itu demi berkencan dengan Istrinya.
“sini, aku lagi pake juga nih.”
“kamu aja ke sini, aku mau sambil tiduran.”
kalau Yuno sudah manja begini, Ara jadi geregetan sendiri. Ia mau gak mau akhirnya menghampiri Suaminya itu, dan duduk di atas ranjang. Kepala Yuno yang tadinya bersandar itu jadi berganti tiduran di atas paha Istrinya itu. Matanya terpejam menikmati tangan lembut Ara yang memakaikannya skincare.
“Rambut kamu masih agak basah Mas, Gak di keringin dulu?” tanya Ara.
“Gak ada hair dryer disini, sayang.”
“Aku bawa kok, mau di keringin?”
Yuno menggeleng. “Gak usah, biarin aja.”
Ara akhirnya kembali pada step demi step skincare routine yang ia pakai setiap malam pada wajah mulus Suaminya itu.
“Pake baju sih, Mas. Dingin tau, kamu gak dingin apa?” pasalnya di kamar yang mereka tempati itu AC nya agak sedikit dingin, belum lagi cuaca di luar sana yang terus di guyur hujan dari pagi hingga malam ini.
“Sayang?” panggil Yuno.
“Hm?”
“Kamu lagi datang bulan gak?”
Ara tersenyum, kalau Yuno sudah bertanya gini. Ara tahu ke mana arah pembicaraan Suaminya itu, kebetulan ini memang belum jadwalnya untuk datang bulan. Jadwal haid Ara itu selalu acak dari ia masih gadis, dan Ara hanya bisa perkiraan 10 hari lagi mendekati jadwalnya datang bulan.
“Enggak, Mas. Kenapa?”
Yuno yang di pangkuan Ara itu membuka kedua matanya, kuping laki-laki itu memerah namun wajahnya penuh harap dengan raut wajah sebuah permohonan.
“Boleh?”
Malu-malu tapi akhirnya Ara mengangguk juga, mereka memang sudah lama tidak bercinta setelah Yuno benar-benar hectic dengan pekerjaannya dan Ara yang kembali praktik.
Begitu mendapat persetujuan dari Istrinya itu, Yuno langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Keduanya saling tersenyum, Ara yang melihat telinga Yuno memerah karena malu itu jadi tertawa. Menurutnya itu respon tubuh Yuno yang unik, laki-laki itu enggak bisa menyembunyikan malunya.
“Telingaku merah yah?” Yuno menutup telinganya dengan kedua tangannya itu.
“Tapi lucu, Mas.”
Jika biasanya berbicara pada Yuno mata Ara akan menatap mata Yuno pula, berbeda dengan saat ini. Mata indah itu justru menatap ke arah bibir penuh Yuno, Yuno sendiri merasakan jika Ara memperhatikan bibirnya pun semakin menggoda kekasihnya dengan cara sesekali menjilat dan mengigit bibir bawahnya sendiri.
Dengan penuh gerakan lembut, Yuno membawa pinggang Istrinya itu dan menuntunnya untuk duduk di pangkuannya. Kini Ara berada tepat di pangkuan Yuno, dengan posisi wajahnya berada di atas wajah Yuno dengan kedua tangan yang wanita itu taruh di pundaknya.
Keduanya memejamkan mata, menikmati aroma tubuh dari masing-masing yang menyeruak. Sampai akhirnya bibir ranum Ara menyapa bibir Yuno, mengecupnya dengan gerakan terbata-bata sambil sesekali ia mengusap punggung Suaminya itu.
Kedua tangan Yuno memeluk pinggang ramping Istrinya itu, mendekapnya lebih erat seolah tidak boleh ada jarak di antara mereka sedikit pun. Kecupan demi kecupan Yuno layangkan di bibir Istrinya itu, sesekali Ara mengigit bibir bawah Suaminya itu pelan dengan tangan yang sedikit meremas bahu Yuno.
Tangan Yuno yang semula berada di pinggang Ara, kini perlahan menarik kimono yang Ara pakai hingga kimono itu merosot dan memperlihatkan bahu mulus milik Istrinya itu, Ara memang belum memakai baju, hanya memakai bra saja.
“Nngh..” Ara melenguh, begitu Yuno melepaskan ciuman mereka dan bibirnya kini menyusuri leher jenjangnya sembari ia layangkan 1 tanda kepemilikannya di sana.
Begitu kimono milik Ara tanggal, tangan Yuno dengan tergesa-gesa membuka kaitan bra milik Istrinya itu dan menanggalkannya hingga kini tubuh ramping Istrinya itu tidak terhalang benang sedikit pun.
Masih sembari menciumi leher jenjangnya, Yuno mengubah posisi mereka. Menidurkan Ara dengan perlahan dengan tubuh gagahnya menguasai tubuh mungil Istrinya itu.
Kedua nafas mereka memburu, ada hasrat yang melambung tinggi yang meminta untuk segera di tuntaskan. Kedua iris kecoklatan dan hitam legam itu bertemu, saling memandang sampai akhirnya Yuno melayangkan 1 kecupan di tulang selangka Istrinya itu, kemudian turun dan mengecup payudara Ara yang malam itu benar-benar membuat Yuno pening.
“Mmhh, Mas Yuno..”
Mendengar suara Istrinya itu, membuat rasa ego di dalam diri Yuno menyeruak. Ia sangat menginginkan Ara malam ini, puting merah muda Istrinya itu ia kecup dan kemudian ia sesap. Membuat Ara memejamkan kedua matanya, tubuhnya di buat melayang hanya karena bibir dan lidah Suaminya itu bermain di atas putingnya.
“Ouuhhh.”
Ara membusungkan dadanya, tanganya tak lantas menganggur karena keduanya kini sudah bertengger di kepala Yuno, mengusap rambut basah Suaminya itu dan sesekali meremasnya pelan takala Yuno mengigit putingnya dengan gemas.
“Mas... Nnghh...” gerakan tangan Yuno di atas payudaranya itu membuat Ara seperti di terbangkan, membuat tubuhnya menginginkan lebih dari itu. Belum lagi gesekan jari Yuno di atas putingnya yang sesekali menekannya ke dalam, hingga puting nya itu mengeras.
Nafas Ara terengah-engah, Yuno benar-benar tidak memberinya jeda untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya karena setelah puas dengan payudaranya, bibir itu beralih kembali membungkam bibirnya.
Membuat kecupan memabukkan yang di ikuti dengan nafsu dan hasrat serta kasih sayang yang hanya ingin Yuno tunjukan pada Ara. Decapan-decapan itu memenuhi setiap sudut ruang kamar mereka.
Saking terbuai nya, Ara sampai tidak sadar jika tangan Yuno sudah turun membelai paha terdalamnya. Mengusapkan jemarinya di sana, yang membuat Ara menggelinjang hebat dan meremas bahu Suaminya itu kuat.
“Aahhh.” kepalanya mendongak, membuat Yuno melepaskan ciuman itu dan beralih kembali pada leher jenjang Istrinya itu.
“Mas... Disitu..” Ara meremas bahu Yuno kuat, kakinya mengapit tangan Yuno agar tetap berada di paha terdalamnya.
Ketika merasakan vagina Istrinya itu berkedut, Yuno semakin menggerakkan jemarinya dengan cepat membuat Ara meremas seprei mereka dengan cepat, tak kala pelepasan wanita itu yang mencapai puncak.
“Mmhhhh...” erang Ara, ia memejamkan matanya. Menikmati pelepasan pertamanya akibat ulah jari Suaminya itu.
Dadanya naik turun berusaha mengatur nafasnya sendiri, melihat semua pakaian Istrinya itu tanggal. Yuno melepaskan celana pendek sedengkul yang ia pakai untuk tidur tadi dan melemparnya sembarangan.
Dari tempatnya Ara bisa melihat milik Yuno yang sudah mengeras dan mengacung itu, ketika Yuno kembali berada di atas tubuhnya. Ara membelai wajah Suaminya itu, mengusap bibir bawahnya penuh kasih sayang dan menekan tengkuk Suaminya itu untuk kembali ia kecup.
Sementara di bawah sana Yuno berusaha mengarahkan miliknya ke dalam vagina Istrinya itu, menekannya masuk perlahan-lahan agar tidak menyakiti Istrinya.
“Nnghhh..” Ara menancapkan kukunya di punggung Yuno, memejamkan matanya menikmati surganya yang Yuno ciptakan untuknya.
Milik Yuno sudah masuk dengan sempurna ke dalam vagina Istrinya itu, perlahan-lahan ia gerakan pinggangnya sembari sesekali ia cecapi bibir ranum Istrinya itu yang sudah sedikit membengkak.
“Mas.. Ouhh...”
“Aahh sayang..” Yuno memejamkan matanya, merasakan miliknya di jepit oleh milik Istrinya itu.
Kedua tangannya ia jadikan tumpuan agar tidak menindihi tubuh Ara sepenuhnya, sesekali Yuno mengigit bibir bawahnya menahan nikmat yang hanya bisa ia dapatkan bersama dengan Ara. Di bawah kuasa tubuh Suaminya, Ara meremas bahu Yuno merasakan nikmatnya pertemuan antar kulit itu di dalam miliknya.
Sembari memperhatikan wajah Istrinya Yuno seperti membagi cinta, mengutarakan kasih sayang serta ego yang ia miliki hanya untuk bersama Ara. Yuno ingat ini adalah tanggal masa subur Istrinya itu, pantas saja malam ini Ara jauh lebih menarik dari hari biasanya.
“Aarghhh.” Yuno mengerang, merasakan milik Ara semakin menjepit dirinya di dalam sana.
“Mas.. Nnghhh...”
“I love you,” bisik Yuno sembari mengigit telinga Istrinya itu.
Ara berusaha mati-matian untuk tidak mengumpat, permainan panasnya dengan Yuno sungguh nikmat hingga membuat kepalanya pening setengah mati.
“Mas... Pelan-pe...lan..”
Yuno semakin menekan dirinya masuk hingga Ara menancapkan kuku-kukunya itu di punggung lebar Suaminya. Ketika merasakan milik Istrinya itu berkedut, Yuno semakin menggerakkan pinggul nya dengan cepat.
“Mas Yuno... Aaaahhh please..” Ara meremas rambut Yuno, dan memejamkan matanya ketika ia merasakan pelepasan pertamanya.
Cairan hangat milik Istrinya itu menyelimuti milik Yuno di dalam sana, namun Yuno belum selesai. Ia masih terus menggerakkan miliknya, kali ini tidak selembut awal. Yuno semakin menekannya masuk hingga tidak ada yang tersisa dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat.
“Aahhh tahan sayang..”
“Mmhhhh.” Ara menarik leher Suaminya itu dan melayangkan ciuman pada bibir Suaminya, menggigitnya, melumat dan mencecap rasanya dengan ego nya penuh.
“Aarghhhhh.”
Keduanya saling memejamkan mata, Yuno merasakan pelepasannya dan Ara merasakan benih milik Suaminya itu memenuhinya. Yuno masih berada di atas tubuh ramping Istrinya itu, mengecup pipi nya hingga mengusap lembut surai legam dan panjang itu.
“you okay um?” tanyanya memastikan Ara selalu baik-baik saja setelah permainan panas mereka.
“Um,” Ara mengangguk, membawa jemari Yuno untuk menggenggam jemarinya.
Saat pergerumulan panas mereka, keduanya tidak langsung tidur. Ara dan Yuno justru saling mendekap bergerumul di dalam selimut tebal. Yuno memejamkan matanya, menikmati belaian halus tangan kurus Istrinya itu di wajahnya.
“Belum puas liatin mukaku sayang?” tanya Yuno, sebelah matanya terbuka dan Ara terkekeh karena ucapnya.
“Belum, aku gak mau tidur ah kayanya. Mau liatin muka kamu aja.”
“Kan bisa besok lagi.”
“Mas?”
“Hm?”
“Kamu pernah gak sih cemburu sama aku?” pertanyaan dari Istrinya itu membuat sebelah mata Yuno yang terpejam itu terbuka.
“Cemburu gimana?”
“Ya kalau aku deket-deket sama laki-laki lain.”
“Hhmm...” kepalanya menggeleng, kemudian mendekap kepala Ara pada dada bidangnya itu.
“Iiihh kok gitu?” Ara memukul dada Yuno dengan kesal. Masa cuma dia yang suka cemburu kalau Yuno sedang di gilai wanita lain?
“Yah, buat apa? Kamu udah jadi Istri aku. Kamu juga gak akan macam-macam, aku percaya sama kamu sayang.”
“Mas... Ihhh.” Ara merajuk, ia menenggelamkan kepalanya di dada Yuno.
“Aku sering bikin kamu cemburu yah?”
“Pake nanya lagi,” ucapnya kesal.
“Justru tuh kamu kasian harusnya sama mereka.”
“Ngapain kasian?”
“Ya iya lah, soalnya mereka cuma bisa mandangin aku, sedangkan kamu bisa aku cium kaya gini sepuasnya.”
Yuno mencium leher Ara dengan gemas sampai Istrinya itu menggelinjang kegelian akibat ulahnya.
“Ya gapapa, aku juga udah mulai terbiasa tanpa kabar dari kamu, Kak.”
“Ra, kok ngomong gitu?”
“Ya emang bener kan? Coba kapan terakhir kali kita video call kaya gini tanpa aku harus mohon-mohon dulu?”
“Ra, kayanya kita udah bahas soal ini ya, kamu juga bilang kan kalo kamu paham kalo aku mulai sibuk, kamu juga yang bilang kalo hidup aku gak harus selalu tentang kamu, tapi kok sekarang kamu ngomong gini?”
“Aku capek, Kak. Capek selalu jadi yang nunggu kabar dari kamu. Kamu sadar gak sih kamu tuh banyak berubah?”
“Bukannya kamu ya?”