laki-laki lain?
“Mama sama Papamu masih ributin soal kamu, Ril?”
Sayup-sayup Ara mendengar suara Bunda dari bawah yang tengah mengobrol dengan seseorang, Ara sudah selesai belajar dan mengerjakan tugasnya. Jadi, gadis itu menutup buku dan merapihkan jadwal pelajaran yang besok mau dia bawa, kemudian bergegas turun ke lantai satu. Bersamaan dengan Ara yang membuka pintu, tiba-tiba saja Reno juga membuka pintu kamarnya. Reno baru saja mau turun, bocah laki-laki itu menghampiri Ara dengan wajah yang sama penasarannya kaya Ara.
“Ada siapa, Dek?” tanya Ara.
“Kayanya Mas Iyal deh, Kak. Tadi aku dengar ada suara motor Mas Iyal.”
Mas Arial itu sepupu Ara, keluarga dari Bunda, Mama nya Mas Arial ini adalah Tante nya Ara. Ara dan Arial hanya berbeda satu tahun, ah, tidak satu tahun juga. Hanya empat bulan saja karena Arial lahir di bulan september tahun 1997 sedangkan Ara lahir di bulan febuari 1998.
Tapi karena Ara menganggap Arial lahir lebih dulu darinya, makanya ia tetap memanggil Arial dengan sebutan 'Mas Arial.' Ara dan Reno kemudian turun dari lantai dua dan benar saja, ada Mas Arial yang duduk di ruang tamu. Tertunduk lemas dengan dua koper besar di sebelahnya dengan wajah kesal sekaligus kecewanya. Kalau sudah begini, Ara sudah sangat paham apa penyebab Mas Arial seperti itu.
“MAS IYALLLL...” pekik Ara, gadis itu berlari kecil ke Arial dan duduk di sebelahnya, memeluk Arial dari samping dengan gemas.
Ara ini lebih dekat dengan Arial ketimbang Yuda, mungkin karena hanya berbeda beberapa bulan mereka jadi sering sejalan. Arial juga lebih memahami Ara yang manja ketimbang Yuda terkadang.
“Kakak, Mas mu lagi gak mood jangan di peluk-peluk dulu,” ucap Bunda memeringati.
“Ihhh, Bunda,” Ara melepaskan pelukannya ke Arial dengan wajah cemberut. Sementara Arial hanya terkekeh canggung sembari mengusap pucuk kepala Adik sepupunya itu.
“Mas Iyal mu bakalan tinggal disini sampai lulus sekolah, sekarang Iyal udah kelas dua belas kan?” tanya Papa pada Arial.
“Iya, Pah.”
Oh iya, Arial ini memang kelas dua belas. Cowok itu adalah siswa akselerasi, Arial pintar sekali di bidang akademik. Dulu waktu SD Arial juga pernah tinggal bersama di rumah keluarga Ara, Om dan Tante sering sekali menitipkan Arial.
“Fokus dulu saja sama sekolahmu ya, Yal. Urusan Papa dan Mama biar nanti Bunda sama Papa yang urus, sana istirahat masuk ke kamarmu,” ucap Bunda.
Arial hanya mengangguk, kemudian memberi isyarat pada Ara untuk ikut bersamanya ke kamar Arial, kamar Arial itu ada di lantai satu. Dekat dengan kamar Papa dan Bunda nya Ara. Begitu sampai kamar Arial gadis itu langsung membantu Kakak sepupunya itu membereskan pakaiannya.
“Mas Iyal kenapa sih harus langsung kelas dua belas? Kenapa gak kelas sebelas aja? Jadi kan bisa disini terus, kata Tante Riani. Mas Iyal bakalan kuliah di Bandung nanti yah?” tanya Ara, gadis itu merajuk.
Arial sering banget ngajarin Ara dari dulu, bukan cuma Ara tapi Reno juga. Kadang Ara bingung kenapa Arial bisa sejenius itu, padahal cara belajar cowok itu terkesan santai. Ah ini sih Arialnya saja yang sudah pintar dari sana nya.
“Mas juga gak tau, tapi Mas senang bisa kelas dua belas terus kuliah, malah pengen cepat-cepat tinggal di Bandung,” ucap Arial yang membuat Ara berhenti menyusun pakaian Arial di lemarinya.
“Mas senang karna mau ninggalin aku sama Reno?”
“Bu..bukan gitu,” Arial ngerasa dia salah ngomong, maka dari itu dia menghampiri Ara untuk menjelaskannya. “Ara paham kan kondisi keluarga Mas Iyal? Mama Papa, Mas?”
Ara mengangguk.
“Mas udah capek di jadiin objek rebutan mereka, Mas bukan senang karna sebentar lagi ninggalin Ara sama Reno, Mas senang karna kalau Mas kuliah di Bandung, Mas bisa berhenti jadi objek rebutan mereka lagi,” jelas Arial.
Ara menghela nafasnya pelan, dia cukup paham dengan penjelasan Arial barusan. Ara yakin, Arial juga pasti sangat lelah melihat kedua orang tua nya bertengkar, dulu, Papa dan Bunda pernah bertengkar setelah itu Reno demam tinggi hingga di rawat di rumah sakit, iya, Reno lihat pertengkaran Papa dan Bunda, sejak itu Papa dan Bunda enggak pernah bertengkar lagi.
“Ara mau lihat Mas Iyal bahagia.”
Arial mengangguk, kemudian merentangkan tangannya yang di sambut pelukan oleh Ara.
“Nanti kalau Ara minta ajarin, Mas Iyal pasti bantuin kan kalo udah kuliah nanti?”
“Pasti!!”
Paginya Yuno baru saja tiba di sekolahan, pagi ini ia membawa motornya lagi ke sekolah. Yuno sudah janji ingin mengantar Ara pulang, sebenarnya semalam ia sudah mengajak Ara untuk berangkat sekolah bersama nya, namun Ara bilang dia berangkat sekolah dengan Echa.
Baru saja Yuno ingin pergi dari parkiran untuk masuk ke dalam kelasnya, tiba-tiba langkahnya terhenti begitu ia melihat Ara datang, namun bukan itu yang membuat Yuno sedikit terkejut. Ara datang bukan bersama dengan Echa, melainkan dengan seorang cowok, Yuno gak lihat wajah cowok itu karena tertutup helm, namun sepertinya mereka begitu akrab, terlihat dari bagaimana cowok itu mengusap pucuk kepala Ara.
“siapa cowok itu? pikir Yuno.
Jujur, hatinya panas, Yuno cemburu. Jadi Ara membohonginya? Jika ingin berangkat dengan cowok lain, kenapa Ara harus membohonginya?
“Kak Yuno!!” pekik Ara.
Gadis itu berlari kecil menghampiri Yuno, namun bukanya menunggu Ara hingga mendekat, Yuno malah menoleh dengan cepat kemudian langsung berlari kecil menaiki tangga menuju kelasnya. Meninggalkan Ara yang mematung di tempatnya dengan pertanyaan kenapa Yuno bersikap dingin dengannya.