Lebih Baik

Ini sudah jam sembilan malam dan Yuno masih harus belajar setelah ia pulang dari bimbel nya, saat sedang asik belajar tiba-tiba ia berhenti ketika sadar ada tetesan darah yang jatuh ke buku miliknya. Yuno langsung meraba hidungnya dan benar saja dugaannya, itu adalah darah miliknya. Yuno mimisan lagi untuk kedua kalinya hari ini.

Besok adalah hari terakhir ujian semester, Yuno sudah cukup merasa percaya diri jika ia bisa mempertahankan peringkatnya tapi nyatanya, Yuno tidak bisa berhenti memikirkan kemarahan Papa nya jika nantinya prediksinya itu meleset.

“Mimisan lagi,” ucapnya sembari menahan darah yang keluar itu dengan tissue di kamarnya.

Jika sudah begini, kepala Yuno akan semakin sakit. Konsentrasinya juga menurun, apalagi ketika ia membaca sticky note yang di tempel di meja belajarnya. Yuno tahu itu tulisan siapa, hanya sticky note bertuliskan 'Yuno tolol' dan itu berhasil membuat pertahanannya sedikit lagi runtuh.

“Gue udah gak butuh lo lagi,” kata Yuno, dengan kesal dia merobek sticky note itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Yuno sempat berbaring di ranjangnya sebentar, kemudian menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Kepalanya yang tadinya sedikit berdenyut itu semakin sakit rasanya, kemudian terbesit satu nama yang akhir-akhir ini bisa mengalihkan rasa sakitnya.

Di ambil nya ponsel miliknya dan Yuno ketik nama Ara di sana, ya. Yuno menelfon Ara. Semoga saja gadis itu belum tidur karna malam ini rasanya Yuno benar-benar butuh seseorang untuk ia ajak bicara. Mama sedang berada di luar kota untuk sebuah seminar di fakultas kedokteran, makanya Yuno tidak ada teman ngobrol yang cukup mengerti dirinya.

halo?

Begitu mendengar suara Ara di sebrang sana, Yuno tersenyum. Hatinya lega ketika Ara mengangkat panggilan nya.

“Ra, kamu belum tidur?”

belum, Kak. Aku habis siapin seragam buat besok, kenapa Kak Yuno?

“Gapapa.. Aku lagi belajar, tapi lagi istirahat dulu.”

“Kak Yuno gak istirahat? Ini kan udah hampir jam sepuluh

Di tempatnya Yuno bisa mendengarkan jika suara Ara sedikit menjauh, kadang juga ada bunyi-bunyi lain di sana selain suaranya. Yuno tebak, gadis itu mungkin sedang memakai skincare sebelum tidur.

“Aku harus ngulang pelajaran yang aku dapat di bimbel, Ra.”

hmm.. Kenapa gak besok pagi lagi aja, Kak? Kalo aku di ajarin sama Mas Iyal gitu, bangun lebih pagi buat ngulang pelajaran yang semalam di pelajarin, katanya biar enggak lupa, Mas Yuda malah gak belajar lagi.” di sebrang sana Yuno mendengar Ara terkekeh.

“Kamu juga gitu?”

yapp, kalo Kak Yuno mau sama kaya aku, besok pagi setelah subuh aku bangunin.

Yuno tersenyum, Ara terlalu mengerti dirinya. Jujur saja Yuno memang sudah lelah, akhir-akhir ini ia selalu memforsir dirinya sendiri. Terkadang juga Papa suka memeriksa kamarnya. Jika sebelum jam sepuluh Yuno sudah tidur dan tidak berada di meja belajarnya, Papa bisa marah.

“Boleh, tolong telfon aku besok yah.”

oke deh, yaudah kalau gitu Kak Yuno tidur gih, aku gak mau Kak Yuno sakit lagi.

“Ra?”

“Ya Kak? Besok ujian hari terakhir, kamu mau pergi bawa aku lari gak?”

maksud Kakak?

“Kita pergi besok, habis pulang sekolah.”

kemana, Kak?

Yuno tidak menyahut, cowok itu hanya tersenyum kecil kemudian melirik jam di atas nakas nya. Sudah jam sepuluh, ia tidak ingin Ara tidur terlalu larut karena dirinya. Lagi pula, sakit di kepalanya sudah sembuh, mimisan nya juga sudah berhenti.

“Besok juga tahu, yaudah, aku tutup yah besok pagi kan kita harus bangun pagi buat belajar lagi.”

hhmm.. Oke, sampai besok Kak Yuno.

Begitu sambungan telfonnya terputus, Yuno memejamkan matanya. Ia tersenyum lega, Ara benar-benar bisa mengalihkan pikirannya. Kini Yuno lebih baik, setelah itu ia membereskan semua buku-buku miliknya dan mematikan lampu kamarnya, ia harus segera tidur.