Salah Paham
“Jasmine, sorry,” Yuno melepaskan rangkulan tangan Jasmine di lengannya, dia baru sadar kalau ternyata Ara sudah tidak ada di tempatnya berdiri tadi.
“No.. Kenapa sih?”
Mau gak mau Jasmine jadi melepaskan rangkulan tangannya di lengan Yuno, gadis itu tampak tidak mood waktu sadar Yuno mulai mengabaikannya. Cowok itu terlihat bingung memendarkan seluruh pandanganya ke seluruh area, Jasmine tebak Yuno pasti mencari gadis yang tadi datang bersamanya.
“Kamu cari siapa sih, No?” tanya Jasmine pada akhirnya.
“Ara.”
“Ara? A..Ara siapa?”
“Cewek yang tadi sama aku.”
Jasmine mendengus, benar kan dugaannya barusan.
“Dia pergi kali, ya udah lah gak penting juga emang dia siapa kamu sih sampe kamu panik kaya gitu? Disini itu ada aku, No. Kita baru aja ketemu lagi.”
“Tapi aku punya tanggung jawab karna bawa dia ke sini. Jasmine, sorry aku harus nyari Ara dulu,” ucap Yuno, cowok itu kemudian pergi meninggalkan Jasmine yang masih mematung di tempatnya.
Tidak lama kemudian teman-temanya kembali menghampirinya, Jasmine ini tadinya siswi di SMA yang sama dengan Yuno dan Ara. Mereka dulu satu kelas dan sama-sama siswa yang famous, pintar dan tentunya cantik dan ganteng. Gak heran kalau banyak yang menjodoh-jodohkan Jasmine dengan Yuno, sayangnya saat kenaikan kelas Jasmine harus pindah ke Surabaya karena Papa nya harus dinas di kota itu.
“Cewek tadi tuh siapa sih?” tanya Jasmine pada Siska temanya.
“Anak kelas sepuluh, kalo enggak salah dia Adiknya Kak Yuda deh.”
“Mereka pacaran?”
Siska menggedikan bahunya, “kayanya sih enggak yah, tapi mereka deket. Yuno bahkan udah sering merhatiin itu cewek dari dia masih MOS.”
Jasmine yang mendengar itu jadi semakin tidak mood gadis bernama Ara itu bisa menjadi ancamannya dengan Yuno. Karena sering di jodoh-jodohkan, Jasmine jadi menaruh hati lebih dulu ke Yuno. Anggap saja dia baper, makanya mendengar kali ini ada gadis yang Yuno dekati. Jasmine jadi merasa keberadaan Ara mengancamnya.
Sementara itu, Yuno masih berkeliling ke penjuru rumah Baby yang cukup luas. Bertanya pada satu persatu teman-temanya apakah ada yang melihat Ara atau tidak, jika kalian bertanya kenapa Yuno tidak menelfon Ara saja, cowok itu sudah menelponnya namun Ara tidak menjawab panggilan darinya itu.
Yuno hanya takut, Ara salah paham. Dia juga takut Ara merasa ia abaikan begitu ia bertemu dengan Jasmine, padahal kenyataanya sama sekali enggak, Jasmine terus mengajaknya bicara dan merangkulnya, membawa Yuno perlahan menjauh dari tempatnya bersama Ara tadi.
“so..sorry, Do, lo liat Ara gak?” tanya Yuno pada Ido yang sedang asik duduk sendirian.
“Dia udah balik,” jawab Ido ketus, ah, cowok itu memang selalu begitu.
“Ba..balik? Sendiri?”
“Sama Genta.”
“Genta?”
Ido mengangguk, “karena lo lagi asik sama cewek lain, dia mungkin jadi ngerasa di cuekin.”
“Gue tadi—”
“Lo gak perlu ngejelasin apa-apa sama gue, No. Gue bukan cewek yang lo bawa ke sini.”
Yuno hanya diam, cowok itu mematung di tempatnya. Namun setelahnya Yuno mengetikkan pesan singkat untuk Ara, kemudian berlalu dari sana. Sejujurnya Yuno ingin sekali menyusul Ara ke rumahnya dan menjelaskan pada gadis itu secara langsung, namun Papa nya sudah menyuruhnya untuk pulang.
Paginya Yuno pergi ke sekolah lebih awal, ia bahkan melewatkan jam sarapannya demi bisa sampai di sekolah lebih dulu. Yuno tidak bisa tidur, dia merasa bersalah dan merasa ia punya hutang penjelasan pada Ara. Dan pagi ini, cowok jangkung itu sudah berada di tangga menuju kelas sepuluh berada. Biasanya Ara datang jam enam lewat lima belas menit, itu artinya lima menit lagi seharusnya gadis itu tiba.
“Dih, Bang Yuno. Ngapain lo diri disitu udah kaya patung selamat datang aja,” ledek Janu, cowok itu memang selalu datang pagi. Janu sudah datang dari tadi dan cowok itu baru saja dari kantin menuju kelasnya.
“Gue nungguin Ara.”
“Dih, Ara? Anaknya udah di kelas noh, ngapain lo nungguin disini.”
Yuno membulatkan matanya, jadi gadis itu sudah datang dari tadi? “di kelasnya? Kenapa lo baru ngomong?”
“Dih, gue juga baru liat elu dan elu baru ngomong kalo nungguin Ara.”
Mengabaikan ocehan Januar yang bagikan dengungan nyamuk di telinganya, Yuno sedikit berlari menaiki tangga menuju kelas Ara berada. Dan benar saja ucapan Janu barusan, Ara sudah datang. Gadis itu ada di kursinya, sedang duduk bersama Echa namun dengan wajah yang ia sembunyikan di atas meja. Di sebelahnya Echa menepuk-nepuk pundak Ara.
Yuno enggak tahu kenapa, tapi melihat Ara yang seperti itu, perasaan bersalahnya menjadi berlipat-lipat. Ia takut gadis itu menangis karena perlakuannya semalam.
“Ada apaan sih, Bang? Elu bukanya masuk juga. Katanya nyariin Ara,” Ucap Janu menepuk pundak Yuno.
“Ara kenapa ya, Nu?”
“Mana gue tau, gue mau dengerin dia cerita ke Echa aja gue malah di usir. Makanya gue ke kantin aja makan, kalo elu penasaran. Mending samperin aja terus tanya kenapa, udah sampe disini juga masa cuma bengong diri di sini.”
Yuno menimang-nimang sebentar ucapan Janu, sampai akhirnya keraguannya itu untuk menghampiri Ara memudar. Benar kata Janu, ia sudah sampai disini. Lebih baik ia hampiri Ara dan menjelaskan semuanya. Meninggalkan Janu, akhirnya Yuno masuk ke dalam kelas Ara. Semua anak kelas sepuluh di kelas itu bingung sekaligus kaget waktu Yuno berhenti di kursi milik Ara dan Echa.
“Ra,” Echa menepuk pundak Ara membuat gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Echa, kemudian ia sedikit terkejut mengetahui Yuno ada di depannya.
“Bisa kita ngomong sebentar gak, Ra? Aku harus ngejelasin sesuatu ke kamu,” ucap Yuno.
Ara menatap Echa sebentar, setelah mendapat anggukan kecil oleh temanya itu akhirnya Ara berdiri dan mengajak Yuno keluar dari kelasnya. Enggak enak bicara di kelas, ada banyak telinga yang pasti penasaran kenapa Yuno datang ke kelas dan menghampirinya. Mereka bicara berdua di depan perpustakaan, kelas sepuluh itu ada di lantai empat bersama dengan perpustakaan dan lab komputer berada.
“Kak Yuno mau ngomong apa?” tanya Ara, mata gadis itu sayu. Tidak seperti biasanya yang selalu berbinar ketika berbicara dengan seseorang.
“Soal semalam,” Yuno menghela nafasnya pelan. “Aku minta maaf.”
“Kenapa minta maaf?”
“Karena.. Mungkin kamu ngerasa aku cuekin waktu aku ketemu sama Jasmine, yang kedua, karena aku gak sadar kamu pulang. Aku di kasih tau Ido kalo kamu semalam di antar sama Genta,” jelas Yuno penuh penyesalan.
“Gapapa, aku bisa maklumi kok, Kak Yuno cuma mau ngomong ini aja kan? Kalo udah selesai, boleh aku balik ke kelas?”
Yuno menggeleng, cowok itu menahan tangan Ara agar tidak pergi meninggalkannya. “Jasmine bukan siapa-siapa aku, Ra. Dia cuma teman sekelas aku dulu.”
Penjelasan Yuno barusan membuat Ara terpaku di tempatnya, dia sama sekali enggak nyangka kalau Kak Yuno bakalan jelasin siapa gadis bernama Jasmine itu.
“Kak Yuno kenapa harus jelasin ini ke aku?”
Yuno tidak menjawab, cowok itu belum mau mengakui perasaanya pada Ara. Dia mau pastiin dulu bagaimana perasaan Ara padanya, jujur. Ini pertama kalinya Yuno jatuh cinta, dan dia takut jika perasaanya itu tidak berbalas. Yuno belum siap sakit hati.
“Aku cuma gak mau kamu salah paham,” ucap Yuno.
Dalam hati Ara lega, namun sekaligus bingung bagaimana ia harus memberi reaksi terhadap jawaban Kak Yuno ini.
“U..um,” Ara mengangguk.
Tidak lama kemudian bel masuk pun berbunyi, Ara sedikit lega karena ia tidak harus memberikan jawaban apa-apa lagi oleh Yuno. Setelah kembali ke kelas masing-masing, hati Ara sedikit lega. Setidaknya dia tahu kalau gadis bernama Jasmine itu bukan gebetan Kak Yuno.