Berusaha Berdamai
Setelah banyaknya cobaan akhir-akhir ini, malam ini Ara baru bisa sedikit bernafas lega setelah Suaminya itu telah kembali. Suasana yang selalu ia rindukan sebelum tidur, melihat Yuno sedang membaca beberapa jurnal di ranjang dan ia yang akan diam-diam memperhatikannya dari kaca meja rias.
Setelah memakai skincare routine nya, Ara akan bergegas tidur. Tapi tidak lama kemudian pintu kamar mereka terbuka dan menampakan Hana di sana, anak itu tersenyum melihat kedua orang tua nya berada dalam satu kamar lagi.
“Heyy.. Kak, sini sayang Bobo sama Papa dan Ibu,” Yuno menepuk ranjang di sebelahnya.
Hana dengan sigap langsung berlari ke atas ranjang dan memeluk Papa nya itu, pemandangan di depannya membuat hati Ara menghangat. Ia sangat merindukan hari-hari biasa yang ia dan Yuno lakukan bersama seperti ini.
Setelah meredupkan lampu kamar, Ara bergabung dengan Suami dan anaknya itu. Menjadikan Hana tidur di antara mereka, baik Yuno maupun Ara. Mereka sama-sama memeluk Hana, membuat anak itu tersenyum bahagia.
“Ibu? Papa?” panggilnya.
“Ya, Kak?” ucap Ara dan Yuno bersamaan.
“Malam ini Kakak senang sekali, bisa bobo bertiga lagi. Sama Ibu dan Papa,” Hana menoleh ke arah kedua orang tua nya secara bergantian dan tersenyum.
Yuno dan Ara juga tersenyum, keduanya mencium pipi Hana secara bersamaan. Membuat anak itu tekekeh geli. Setelahnya, Hana mengambil tangan Yuno dan kemudian tangan Ara, menyatukan tangan kedua orang tua nya untuk sama-sama memeluknya.
“Hana harap, Hana bisa bobo bertiga sama Papa dan Ibu kaya gini selama-lamanya.”
Mendengar ucapan Hana barusan, membuat Ara melirik ke arah Yuno. Suaminya itu juga menatapnya sekarang, bagaimana bisa Yuno dan Ara berpisah ketika Hana mengharapkan suasana seperti ini untuk waktu yang lama.
Sejak Yuno kembali lagi dan melihat betapa hancurnya Yuno setelah mengetahui Nathan meninggal, Ara jadi berpikir untuk mengurungkan niatnya menggugat cerai Suaminya itu. Yuno sudah sangat terpukul, Ara gak bisa membayangkan bagaimana jika ia juga meninggalkan laki-laki itu.
Namun berbeda dari harapan Ara untuk tetap mempertahankan rumah tangganya, Yuno justru seperti pasrah untuk di gugat cerai. Laki-laki itu bahkan tidak berusaha untuk menahannya padahal Ara tahu seberapa besar Yuno mencintainya.
“Papa sayang sekali sama Hana,” ucap Yuno.
“Hana juga sayang sekali sama Papa.” Hana mencium pipi Papa nya itu.
“Mau Papa dongengin apa?”
Hana menggeleng, tidur sembari di peluk kedua orang tua nya itu sudah cukup baginya saat ini. Hana tidak ingin meminta apa-apa lagi selain keutuhan kedua orang tua nya.
“Hana mau di peluk aja.”
Ara dan Yuno tersenyum mendengarnya, keduanya pun akhirnya memeluk Hana hingga anak itu tertidur lelap. Saat Hana tertidur, Yuno menarik tangannya dari atas tangan Ara yang tadi Hana satukan, membuat hati Ara sedikit di cubit karena hal itu.
Baik Ara maupun Yuno, masih memperhatikan wajah tenang Hana. Sampai akhirnya Ara terkekeh, membuat Yuno bingung karena Istrinya itu tertawa tiba-tiba.
“Kenapa, sayang?” bisik Yuno.
Ara masih terkekeh, kepalanya menggeleng pelan. “Gapapa, lucu aja. Hana tuh benar-benar mirip kamu waktu kecil, rasanya kaya liat kamu pake wig.”
“Tapi manja nya mirip kamu tau.”
“Aku cuma kebagian itu.” telunjuknya itu mengusap kening Hana, kemudian beralih ke alis mata tebal gadis kecil itu dan bulu matanya. Kemudian, bergantian mengusap alis milik Yuno. “Alisnya tebal, persis kaya alis kamu. Bulu matanya lentik, mirip aku.”
“Hana perpaduan kita ya.” Yuno mengusap punggung tangan Ara yang masih berada di keningnya itu. Mata mereka saling beradu sampai akhirnya ada hal yang menurut Ara harus ia tanyakan pada Yuno.
“Mas?” panggilnya.
“Kenapa sayang?”
“Mas masih sayang aku kan?”
Yuno diam, namun pada akhirnya ia mengangguk. “i always love you, bahkan setelah kita berpisah nanti.”
“Mas...” Ara menggelengkan kepalanya.
“Kalau nanti kamu bertemu sama laki-laki yang lebih baik dari aku, tolong beri tahu aku ya, sayang. Aku berharap dia gak akan nyakitin kamu, dan akan sayang sama Hana.”
Ara yang mendengar itu menggeleng kepalanya. Bukan hal itu yang ia ingin dengar dari mulut Suaminya.
“Aku bahkan gak pernah kepikiran untuk menikah lagi kalau pun kita pisah.”
Yuno tersenyum getir, ia mengusap kepala Istrinya itu dengan lembut. “Tidur yah, aku capek banget.”
Setelah mengatakan itu, Yuno kembali memeluk Hana dan memejamkan matanya. Hari ini sungguh hari yang melelahkan bagi Yuno sepanjang hidupnya, selama ia menjadi dirinya dan tidak ada campur tangan Jeff di sana. Baru kali ini Yuno bisa semarah itu, makanya tubuhnya lelah karena mengeluarkan banyak energi hanya untuk melampiaskan kemarahannya.
Sementara Ara belum bisa tidur di tempatnya, ia sibuk memperhatikan Hana dan Yuno yang tertidur di sebelahnya. Ia sangat mencintai keduanya, Ara ingin bertahan. Ingin memulai sekali lagi hanya bersama dengan Yuno.
Ara bahkan gak pernah memikirkan jika perceraian itu benar-benar terjadi, Ara gak bisa membayangkan akan sehancur apa Hana. Meski ia yakin, Yuno dan dirinya akan tetap berhubungan baik dan tetap menjadi orang tua untuk Hana.
Sebelum tidur, Ara mencium pipi Suami dan anaknya itu secara bergantian. Kemudian menyelimuti keduanya lalu memejamkan matanya. Biarlah hal itu ia bicarakan dengan Yuno nanti setelah semuanya membaik. Toh Ara belum berkabar lagi dengan pengacara yang Yves kenalkan padanya.
“Jadi Dokter Yuno mau cuti nih?” ucap Dokter Alice.
Pagi ini Yuno pergi ke rumah sakit nya bekerja, Yuno mengajukan semua total cutinya selama 1 tahun. Ia pikir ia perlu beristirahat dan menenangkan dirinya atas kejadian pahit yang menimpanya akhir-akhir ini, selama cuti. Yuno ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Ara dan Hana.
Bahkan Yuno sudah memesan tiket liburan dan tiket ke taman bermain, ia ingin kencan dengan anak dan Istrinya itu besok. Dan syukurnya Papa setuju akan hal itu, tadi Yuno sempat bertemu Papa sebelum ke ruang istirahat para dokter dan perawat.
Papa bilang, Yuno boleh mundur dari studinya dulu. Papa juga bilang kalau Papa tidak masalah jika Yuno pada akhirnya memutuskan untuk tetap menjadi dokter umum tanpa mengambil gelar spesialis.
Awalnya Yuno kaget, namun ia teringat pesan yang Jeff tulis tempo hari. Mungkin ini salah satu hasil dari bentuk pemberontakan Jeff terhadap orang tuannya, dan sekarang ini Yuno akan pamitan kepada rekannya itu karena dalam 2 minggu ke depan ia tidak akan bekerja.
“Iya, saya mau ngabisin jatah cuti saya semuanya,” ucap Yuno.
“Mau liburan, dok?” tanya salah satu perawat di sana.
Yuno mengangguk, “mau menghibur Hana juga. Dia pasti terpukul atas kehilangan adiknya kemarin.”
Dokter Reza yang sangat akrab dengan Yuno itu menepuk pundak Yuno, berita tentang kepergian anak Yuno itu sudah di ketahui oleh semua dokter di rumah sakit Harta Wijaya. Saat itu, mereka juga bergantian melayat dan mengucapkan bela sungkawa pada Yuno yang saat itu masih di ambil alih oleh Jeff.
“have fun, No. Kita senang kalau lo juga senang, salam buat istri sama anak lo yah,” kata Dokter Reza.
“thanks, Za.”
Setelah berpamitan dengan teman-teman sesama dokternya, Yuno enggak langsung pulang. Tio dan Jo mengajaknya bertemu di sebuah cafe siang ini, Tio itu tinggal di luar kota. Dan saat ini laki-laki itu sedang berlibur ke Jakarta lagi. Makanya Jo dan Tio mengajak Yuno untuk bertemu untuk sekedar ngobrol-ngobrol sebentar dan bertukar kabar.
“Jadi lo cuti, No?” tanya Jo, laki-laki itu menyesap kopinya yang baru saja datang.
“Iya, Bang. Mau rehat dulu, sembari mikirin gimana gue kedepannya.” Yuno menghela nafasnya pelan, mengusap wajahnya dengan gusar. Benar-benar kelihatan sefrustasi itu dia sampai berhasil membuat Tio menggeleng heran.
“No.. No.. Helaan nafas lu udah kaya laki yang mau di gugat cerai bini nya aja.” ledek Tio, Yuno tahu Tio hanya bercanda tapi siapa sangka jika yang Tio ucapkan adalah sebuah kenyataan.
Ngomong-ngomong, kedua teman Yuno itu enggak tahu kalau anak kedua Yuno meninggal. Waktu itu Jeff enggak sempat memberi tahu kerabat Yuno yang lain, jadi Tio dan Jo tahunya rumah tangga dan keadaan Yuno baik-baik saja.
“Emang mau di gugat cerai, Bang.” ucap Yuno pasrah.
Tio yang baru saja menyesap ice americano miliknya itu sampai tersedak mendengar ucapan Yuno barusan, bahkan Jo yang duduk di sebelahnya itu sampai harus menepuk-nepuk punggung Tio agar batuknya mereda.
“No, sumpah gue cuma bercanda,” ucap Tio.
“Tapi serius Ara mau gugat cerai gue.”
Jo dan Tio saling tatap, suasana ketika menjadi agak sedikit canggung karena ucapan Tio barusan.
“No, sorry gue beneran gak tau, No.” karena merasa tidak enak, akhirnya Tio meminta maaf pada Yuno.
“Gapapa, Bang.”
“Tapi, serius No? Kenapa? Setahu gue bukanya lo sama Adiknya Yuda baik-baik aja yah? Kok tiba-tiba Ara mau gugat cerai lo?” tanya Jo.
Ara dan Jo memang berteman di sosial media, Jo kadang masih suka aktif di sosmed untuk memantau kabar teman-temannya. Dan belum lama ini Ara mengunggah sebuah foto dan video kalau mereka melangsungkan sesi foto keluarga di sebuah studio. Yah, kira-kira 6 bulan yang lalu. Jo juga sempat melihat unggahan Ara di sosial media miliknya, yang memberi tahu kalau ia sedang hamil anak kedua.
Bahkan Ara sempat mengunggah video Yuno dan Hana putrinya sedang berenang di rumah mereka, Jo pikir rumah tangga Yuno baik-baik saja. Tapi siapa sangka Yuno justru bercerita bahwa Ara akan segera menggugat cerai nya.
“Ceritanya panjang, Bang. Yang jelas gue ngelakuin kesalahan besar banget, sampe nyakitin hati Ara dan anak gue.” Yuno menunduk, kedua temannya itu bisa melihat sorot mata dan raut wajah penyesalan dari Yuno.
“Lo gak selingkuh kan, No?” tanya Tio, kemungkinan hal fatal yang Tio tebak dari Yuno adalah selingkuh. Tapi setahunnya, Yuno bukan tipe laki-laki yang mudah jatuh cinta pada perempuan, buktinya saja Yuno berhasil menikahi cinta pertamanya. Itu artinya selama hidupnya Yuno baru jatuh cinta dengan Ara saja kan? Bahkan saat mereka putus dulu Yuno enggak pernah menjalin hubungan lagi dengan gadis lain selain Ara.
“Enggak, Bang.”
Joh yang berada di sebelah Tio itu menyenggol lengan Tio untuk memperingati temannya itu, “mana mungkin, gue kenal Yuno. Dia bukan tipe orang kaya begitu, Yo.”
“Ada hal yang gak bisa gue ceritain, tapi ini semua salah gue. Bahkan karena gue, anak kedua gue sampai meninggal, Bang.”
“inalillahi..” ucap Jo dan Tio bersamaan, pantas saja saat baru datang tadi wajah Yuno tampak tidak seperti biasanya.
Yuno itu lumayan ceria jika sudah berkumpul bersama teman-temannya, namun saat ia datang tadi, Yuno hanya senyum sedikit dan wajahnya seperti orang yang sedang memiliki banyak masalah.
Tapi waktu itu Jo dan Tio hanya berpikir, mungkin ini karena Yuno hanya kelelahan saja bekerja di rumah sakit dengan posisi dokter umum yang masih sering berjaga di UGD. Itu artinya jam kerja Yuno lebih panjang dari pada Jo dan Tio, tapi siapa sangka jika Yuno justru sedang tertimpa masalah serius seperti ini.
“No, kenapa lo gak ngabarin gue sama yang lain?” tanya Jo.
“Gue enggak kepikiran, Bang. Waktu itu udah terpukul banget. Ara juga sempat enggak stabil kondisinya,” jelas Yuno.
“Seserius itu, No. Sampai lo gak mau coba mempertahankan lagi? Gue sama bini gue juga sempat mau pisah kok, tapi gue pikir-pikir lagi, gue gak mau anak-anak kami jadi korban emosi sesaat. Waktu itu gue obrolin lagi sama bini gue, dan kami sepakat mau memperbaiki semuanya,” jelas Tio.
Di sebelahnya, Joh mengangguk setuju. Setiap rumah tangga pasti ada saja cobaannya, tapi justru disitu letak dimana sebuah pasangan di uji. Apakah mampu bertahan atau tidak, gak ada rumah tangga yang sempurna. Pasti setiap pasangan pernah membuat kesalahan bahkan yang terlihat harmonis sekalipun, sekarang tergantung bagaimana seseorang mampu bertahan atau tidak dan menyelesaikan masalah. Kecuali jika salah satunya sudah melakukan kesalahan fatal, mungkin berpisah bisa menjadi pilihan terbaik.
“Kalau lo butuh konselor pernikahan, gue punya kenalan nih,” ucap Joh. saat ini yang muncul di kepala Jo hanyalah memberi saran penasihat pernikahan. Mungkin dengan begitu Ara dan Yuno bisa berkonsultasi tentang masalah yang menimpa rumah tangga mereka dengan ahlinya.
“Nah, bener tuh. Ke konselor pernikahan, No.”
Yuno menghela nafasnya pelan, Yuno juga berat untuk melepaskan Ara. Ia juga ingin mempertahankan rumah tangganya, Yuno tidak ingin membuat Hana sedih dan kecewa lagi karena harus menerima kenyataan orang tua nya berpisah.
Tapi Yuno juga takut pada dirinya sendiri, takut jika Jeff kembali datang, laki-laki itu akan menyakiti Ara lagi. Yuno tidak mau menyakiti Ara lebih dalam lagi karena dirinya yang lain. Yuno pikir, dengan berpisah Ara mungkin gak akan sakit lagi dengan segala perbuatan Jeff.
Hana juga tidak akan melihat bagaimana Jeff memperlakukan Ara dengan buruk, Yuno pikir akan lebih banyak hal-hal yang bisa di cegah jika Jeff datang lagi. Laki-laki itu memang sudah berjanji tidak akan menyakiti Ara lagi, tapi tetap saja Yuno tidak bisa percaya begitu saja. Yuno bahkan sudah memberinya peringatan di buku penghubung mereka, tapi tetap saja Jeff mengabaikan permohonannya itu.
“Ara is a perfect wife, She respect me as a husband, she can understand me. Not everything though, but as wife, she is perfect. She can handle everything. Can you imagine that?” ucap Yuno.
“she is perfect as a wife, not many men are lucky to have a good wife, so why did you let her go?” Joh menyela ucapan Yuno, membuat Yuno kembali berpikir akan keputusannya melepas Ara tanpa mencoba membuatnya bertahan.
“Lo masih sayang dia kan, No?” tanya Jo sekali lagi, ia mencoba untuk meyakinkan Yuno pada keputusannya, ia yakin Yuno juga masih sangat mencintai Istrinya itu.
Dengan cepat Yuno mengangguk mengiyakan, tentu saja ia masih sangat menyayangi Ara. Dan Karena alasan itulah Yuno mau melepaskan Ara demi kebahagiaanya.
“Itu alasannya, Bang. Karena gue sayang sama dia. Gue mau menjauhkan diri gue yang gak pantas ini buat dia,” jawab Yuno frustasi, ia mengusap wajahnya dengan kasar dan menunduk.
“Minta maaf kalau salah, No. Setiap kesalahan pantas mendapatkan maaf, perlakuin Ara lebih baik lagi. Lo masih bisa berubah jadi lebih baik lagi, kalau pada akhirnya keputusan Ara bulat tetap minta cerai, setidaknya lo ada usaha untuk pertahanin rumah tangga kalian.”