Forever Only

Hari itu adalah hari ke 3 Yuno dan Ara masih berada di carvan dan menyinggahi pantai sebagai tempat mereka beristirahat, langit yang kala itu berwarna jingga dengan desiran ombak dan suara burung yang berterbangan, Ara memperhatikan Hana yang masih sibuk membuat istana pasir.

Hana enggak pernah bosan bermain di pantai, anak itu enggak mengenal kata lelah. Dari dalam carvan mereka tiba-tiba saja Yuno datang, laki-laki itu tadi bilang ingin membuatkan layangan untuk bermain dengan Hana mumpung anginya kencang. Dan benar saja, ia kembali dengan layangan berbentuk kupu-kupu buatannya sendiri, yang menurut Ara bentuknya jauh dari bentuk asli kupu-kupu.

“Kakak, layang-layang nya udah jadi nih!” teriak Yuno, membuat Hana menoleh dan meninggalkan istana pasir yang sedang ia bangun itu.

Tubuhnya penuh dengan pasir, bahkan rambut panjang anak itu juga di penuhi pasir. Membuat Ara harus berjongkok dan membersihkan pasir-pasir pantai di tubuh dan rambut anaknya itu.

“Kakak main kotor terus, udah mandi juga,” ucap Ara sembari membersihkan pasir di tubuh anaknya.

“Biarin aja, Buk. Papanya dokter ini, kalau sakit kan Hana bisa Papa sembuhin yah.” Yuno mengedipkan satu matanya ke anaknya itu dan membuat Hana tertawa.

Ara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian kembali duduk dan memperhatikan Hana dan Suaminya itu bermain layangan. Setelah obrolan malam hari itu, Yuno belum memutuskan apa-apa, namun Ara benar-benar mengurungkan niatnya untuk bercerai.

Berkas-berkas yang kemarin sudah di pegang oleh pengacaranya itu, Ara tarik kembali. Ia sudah mantap pada keputusannya untuk bertahan dengan Yuno, seberapa besar masalah yang Jeff berikan pada rumah tangganya. Ara enggak mau menjadikan hal itu alasan untuk meninggalkan Yuno.

“Kakak bisa pegang layangannya? Bisa mainin nya gak?” tanya Yuno, Hana sudah bisa memainkan layangannya sendiri, jadi Yuno berniat untuk melepaskannya dan ingin berbicara dengan Ara sebentar.

“Bisa, Pah.” mata anak itu masih fokus pada layangan yang sedang ia terbangkan itu.

“Papa duduk di sana sama Ibu yah, jangan jauh-jauh mainnya yah, udah mau gelap.”

“Ayay captain!!” pekik Hana.

Setelah memberi tahu Hana, Yuno kembali menghampiri Istrinya itu yang sedang duduk di depan carvan mereka. Yuno duduk di sebelahnya, semalaman ini Yuno banyak merenung dan ia sudah mempunyai keputusan untuk rumah tangga nya dan Ara.

“Semalam, aku banyak merenung.”

Keduanya memperhatikan api unggun yang baru saja Yuno nyalakan tadi sebelum mengajak Hana bermain layangan.

“Aku udah punya keputusan soal rumah tangga kita,” lanjutnya.

Ara yang semula melihat ke arah api unggun itu kini menoleh ke arah Suaminya itu, ia melihat sepasang mata teduh itu menatap api unggun. Seolah-oalah di depan sana ada jawaban akan keputusan yang akan ia ambil.

“Aku mau pertahanin semuanya,” Yuno menoleh ke arah Ara, kedua mata mereka saling bertemu. “Aku mau kamu dan Hana selamanya, Sayang.”

Mereka hening beberapa saat sampai akhirnya Yuno ingin memastikan lagi akan keputusan Ara mengurungkan niatnya untuk bercerai.

“Tapi, aku mau tanya sekali lagi sama kamu. Apa kamu yakin?”

Jawaban Yuno adalah jawaban yang selalu ingin Ara dengar, ia ingin Yuno mempertahankannya. Ia juga masih ingin bertahan, enggak ada keraguan lagi. Kalau pun nantinya Jeff akan kembali, Ara masih akan selalu bisa memakluminya. Ia akan selalu menunggu Yuno kembali padanya.

“Um,” Ara mengangguk. “Kamu selalu jadi rumah buat aku pulang, Mas.”

“Sayang?”

“Hm?”

“Kalau suatu hari aku enggak pulang ke rumah, apa kamu tetap mau nunggu aku pulang?” tanya Yuno, ini adalah salah satu kesepakatan yang ia dan Jeff buat.

“Aku dan Hana selalu nunggu kamu pulang, seberapa lamanya kamu pergi. Tapi tolong janji kamu harus pulang dalam keadaan baik-baik aja ya, pulang sebagai diri kamu sendiri.”

Yuno mengangguk, ia beringsut membawa Ara ke dalam dekapannya. Mencium pucuk kepala wanita yang menjadi cinta pertama dan terakhir di hidupnya.

“Papa Ibu!!!” pekik Hana, anak itu berlari meninggalkan layanannya yang terbang di tiup angin.

Teriakan Hana itu membuat Yuno dan Ara melepaskan pelukan mereka dan bergantian memeluk Hana, hari itu di bawah matahari terbenam dan deburan ombak. Yuno dan Ara memutuskan untuk memulai kembali perjalanan mereka, seberapa sulitnya hal yang ia akan hadapi nanti, Ara memutuskan untuk tetap bertahan.


2 tahun kemudian

Ara melajukan mobilnya membelah Jakarta sore itu yang agak sedikit padat, mobil-mobil di depannya berjalan lambat untuk tetap sampai ke tujuan mereka, ia sudah kembali bekerja sejak 1 tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah di rumah tangganya dan Yuno selama 2 tahun belakangan ini, Yuno masih bekerja di rumah sakit milik Papa nya sampai saat ini. Tahun depan, Yuno rencananya mau membuka klinik sendiri.

Masih ada beberapa hal yang harus ia urus dulu untuk membuka kliniknya sendiri, ngomong-ngomong soal studinya, Yuno memutuskan untuk fokus pada karir sebagai dokter umum lebih dulu. Papa juga menyetujui Yuno untuk menunda studinya, Papa udah enggak mau atur hidup Yuno lagi.

Papa bilang, Yuno sudah menjadi anak yang baik untuknya. jadi saat ini Yuno boleh melakukan apa saja yang ia mau. Saat mobilnya sedang terjebak di kemacetan, Ara menoleh ke arah gantungan yang ada di mobilnya.

Fotonya dengan Yuno dan Hana saat mereka di taman bermain 2 tahun yang lalu, Ara tersenyum. Anak itu sekarang ini sudah masuk sekolah dasar, Hana semakin dewasa. Putri kecilnya itu bahkan sudah bertekad untuk meneruskan profesi Yuno sebagai seorang dokter.

Baik Yuno maupun Ara, mereka enggak pernah memaksa Hana untuk menjadi dokter. Hana yang menginginkannya sendiri, menurutnya menjadi seorang dokter itu adalah pekerjaan yang keren dan mulia. Apalagi saat Hana melihat Yuno bekerja di rumah sakit, Yuno benar-benar di cintai oleh pasien-pasien dan rekannya saat ini.

Bicara soal Yuno, Ara jadi merindukan laki-laki itu. Sudah terhitung 2 minggu ini Yuno enggak pulang, Ara tahu kemana laki-laki itu pergi. Dan Ara membiarkannya, karena ini untuk pertama kalinya Yuno tidak pulang ke rumah lagi sejak 2 tahun yang lalu.

Mobil yang ia kendarai akhirnya sampai di kompleks perumahan nya, saat Ara akan memarkirkan mobilnya di pekarangan rumahnya. Sudah ada mobil milik Yuno di sana, sungguh senyum di wajahnya langsung cerah begitu mengetahui Suaminya itu pulang.

Ara langsung bergegas masuk, kebetulan di meja makan ada Budhe Ani dan Mbak Ulfa yang sedang bersih-bersih. Jadi Ara tanya pada mereka lebih dulu apakah Suaminya benar-benar pulang.

“Budhe, Bapak pulang?” tanya Ara.

“Iya, Buk. Bapak juga nanyain Ibu.”

“Sekarang dimana?”

“Di atas, Buk. Tadi habis anterin Kakak ke tempat bimbelnya, langsung naik ke atas, Buk.”

Ara mengangguk, “yaudah, makasih yah, Budhe.”

Ara langsung menaiki tangga ke lantai 2 rumahnya, begitu ia masuk ke dalam kamar. Suaminya itu ada di balkon kamar mereka ternyata, sedang menikmati matahari sore hari itu.

“Mas?” panggil Ara.

Saat Yuno berbalik badan, senyum di wajah Ara semakin mengembang. Apalagi saat Yuno merentangkan tangannya menyuruh Ara untuk berlari ke pelukannya. Dan tanpa menunggu lama, Ara langsung berlari ke pelukan Yuno. Memeluk Suaminya dan menumpahkan segala rindu yang ia tahan selama 2 minggu tidak bertemu.

“Aku kangen kamu, Mas.” ucap Ara, ia banyak-banyak menghirup aroma tubuh Yuno yang sangat candu baginya.

“Baik-baik aja di rumah kan?”

Ara mengangguk.

Yuno pernah bilang ke Ara, jika suatu hari nanti dia enggak pulang ke rumah mereka. Itu artinya Jeff sedang menguasainya lagi, Yuno dan Jeff membuat kesepakatan itu. Yuno bilang pada Jeff jika sedang menguasainya, Jeff tidak boleh pulang ke rumahnya.

Maka dari itu, Jeff akan pulang ke apartemen milik Yuno yang tidak jauh dari rumah sakit. Jeff benar-benar menepati janjinya untuk tidak menemui Ara dan Hana lagi, itu semua Jeff lakukan untuk menebus semua rasa bersalahnya karena sudah menyakiti Ara dan Hana serta membuat Nathan pergi.

Jika sedang menguasainya, Jeff akan selalu mampir ke makam Nathan setiap ia pulang bekerja. Di rumah sakit, Jeff juga enggak banyak bicara. ini agar tidak ada orang yang mengetahui jika Yuno memiliki alter ego karena cara berbicara mereka sangatlah berbeda.

Meski rasanya Jeff juga merindukan Ara tapi ia lebih baik tidak menunjukan dirinya di depan wanita itu, Jeff hanya melihat foto-foto Ara di ponsel Yuno. Kemudian akan merasa lega mengetahui wanita yang juga ia cintai itu baik-baik saja.

Sore itu, Yuno dan Ara menikmati matahari terbenam di balkon rumah mereka sembari bercerita dan menikmati secangkir teh. Yuno bahkan enggak melepaskan pelukannya di pinggang ramping Istrinya itu, ia ingin menebus waktu-waktu saat tidak bisa memeluk wanitanya.

“Mas?”

“Hm?”

Ara menarik nafasnya, tangan Yuno yang berada di atas perutnya itu. Ia usap, Ara juga mengusap-usap cincin nikah mereka yang melingkar di jari manis Yuno, ia ingin menanyakan Jeff. Ia juga ingin tahu kabar laki-laki itu bagaimana, mungkin sulit melupakan kejadian 2 tahun lalu di hidupnya. Namun Ara sudah memaafkan laki-laki itu.

Apalagi jika mengingat sorot mata kesedihan dan penyesalan saat yang terakhir Ara lihat. Apa Jeff saat ini baik-baik saja? Ngomong-ngomong, Jeff muncul memang karena Yuno membiarkannya datang, Yuno juga ingin tahu kabar Jeff. Selama 2 tahun ini Yuno tidak membiarkan Jeff muncul dan Jeff juga tidak memaksa Yuno untuk itu.

Jeff lebih mudah di kendalikan sekarang, biarpun sikap dingin dan emosinya memang susah untuk hilang.

“Mau ngomong apa sih?” Yuno mengecup pipi Ara dari belakang, kemudian kembali mengeratkan pelukannya lagi.

“Jeff, gimana kabarnya Mas?”

Yuno tersenyum, Ara masih perduli pada alter ego nya itu. Yuno agak sedikit lega, setidaknya Ara tidak menyimpan dendam apa-apa pada Jeff meski mungkin memaafkan Jeff masih terlalu sulit untuknya, Pikir Yuno.

“Dia baik-baik aja, sangat baik-baik aja.”

Ara mengangguk, “syukur deh. Aku lega dengarnya.”

“Sayang?”

“Ya?”

“Jeff titip sesuatu yang dia buat sendiri ke aku, untuk kamu. Tapi aku agak sedikit—” Yuno menarik nafasnya dengan kasar. “Cemburu,” cicitnya.

what?” Ara terkekeh, ia melepaskan pelukan Suaminya itu dan menghadap ke arahnya. “why? dia titip apa ke kamu?”

“Karena dia lebih suka bikin sesuatu untuk kamu, dan semua buatanya bagus. Sedangkan aku cuma bisa beli. Tangan aku kayanya lebih pandai ngerusak deh.” Yuno terkekeh.

Yuno kemudian merogoh saku celana yang ia pakai dan mengeluarkan kotak berudu merah di sana. Seperti sebuah kotak perhiasan, mungkin sebuah kalung atau gelang, pikir Ara.

“Ini apa?” tanya Ara.

“Enggak tahu, aku gak di bolehin buka karena kata dia itu bukan buatku.”

Ara terkekeh, Suaminya itu benar-benar cemburu. “Aku buka yah?”

Yuno mengangguk.

Begitu Ara membukanya, ternyata Jeff memberinya hadiah sebuah kalung cantik dengan pendant sebuah resin art yang di dalamnya ada bunga dandelion dan insial namanya. Sebuah kalung yang sangat cantik pikirnya, dan Jeff bilang membuatnya sendiri.

Ara tahu, Jeff itu terampil sekali. Laki-laki itu pandai membuat sesuatu sendiri. Seperti Jeff bisa melakukan pottery untuk membuat mug dan piring-piring lucu, bisa membuat enchanted rose, melukis dan menyulam. Jeff banyak mempelajari hal-hal itu dengan cepat.

Berbeda dengan Yuno yang enggak terampil melakukan hal-hal seperti itu, Yuno lebih pandai memasak dan menyembuhkan pasiennya dari pada membuat kerajinan tangan. Tangan Yuno enggak seterampil itu, bahkan untuk memasang lemari kayu sendiri aja ia kesulitan dan berakhir memanggil tukang.

“Dandelion, punya makna mendalam sama kehidupan. Mungkin itu yang Jeff gambarin dari kamu.”

Entah kenapa sore itu Ara sedikit sensitif, matanya berkaca-kaca saat ia melihat kalung yang di berikan Jeff untuknya.

“Kenapa aku jadi nangis yah?” keluh Ara, dia mengusap kedua matanya dan terkekeh.

“Mau aku pakein sayang?”

Ara mengangguk dengan cepat, memberikan kalung itu pada Yuno dan membawa rambutnya ke depan dadanya agar tidak menghalangi Yuno untuk memakaikan kalungnya nanti. Saat kalung itu sudah terpasang, Ara berkaca pada pintu kaca yang memisahkan antara kamarnya dan balkon. Dan kalung buatan Jeff benar-benar cantik di leher jenjangnya.

“Cantik,” ucap Ara.

“Dia bilang dia akan terus tepati janjinya sama kamu, buat enggak muncul lagi di depan kamu, sayang. Aku harap itu lebih baik.”

“Mas?”

“Hm?”

“Ini untuk pertama kalinya Jeff muncul lagi, waktu di hari pertama kamu enggak pulang. Aku sempat takut, takut kalau kamu enggak akan pulang ke rumah sebagai diri kamu sendiri. Aku takut Jeff ambil alih diri kamu seluruhnya, tapi aku nyesel banget mikir gitu karena ternyata Jeff benar-benar menepati janjinya.”

Ara memang mengkhawatirkan hal itu, karena ada beberapa kasus alter yang mengubur karakter asli seseorang dan tidak membiarkan karakter asli itu muncul, dengan kata lain tubuh nya justru di kuasai oleh alter nya saja. Dan Ara enggak ingin itu terjadi, tapi siapa sangka justru Jeff kini jauh lebih baik dan terkendali.

“Jeff masih merasa bersalah sama kamu, dia bilang dia akan selalu ingat hal itu sebagai hukuman untuk dirinya sendiri. Jeff cerita ke aku, kalau selama dia ngambil alih aku, dia gak pernah absen ke makam Nathan.”

Ara mengangguk, selain ingin mendengar kabar Jeff dari Suaminya. Ara juga punya kejutan untuk Yuno, hadiah yang Ara sangat ingin memberitahunya pada Yuno langsung.

“ah, iya, Mas. Aku punya sesuatu buat kamu.”

“Apa?” Yuno mengerutkan keningnya.

“Tunggu sebentar yah.” Ara masuk ke dalam kamar mereka, ia mengambil hadiah untuk Yuno itu di laci meja riasnya dan kemudian kembali lagi ke balkon.“Tutup mata kamu.”

“Sayang, hadiah apa sih? Aku pake nutup mata segala,” protesnya.

“Udah ih, tutup mata aja.”

“Yaudah-yaudah.” Yuno pasrah, ia menutup matanya dan membiarkan Ara mengambil tangannya dan meletakan sesuatu di atas telapak tangannya.

“Sekarang, buka mata kamu deh.”

Begitu Yuno membuka kedua matanya, senyum di wajah tampannya itu langsung muncul. Saking senang dan suka nya dengan hadiah itu, bahkan Yuno sampai enggak bisa berkata-kata lagi.

“Sayang ini beneran?” tanya Yuno tidak percaya dengan apa yang baru saja Ara berikan.

Ara mengangguk, “udah masuk 8 minggu.”

Saking senangnya, Yuno sampai menitihkan air matanya dan menarik Ara ke dalam pelukannya. Ya, Ara hamil. Dan usia kandungannya sudah 8 minggu, waktu tahu ia hamil, Ara ingin sekali memberi tahu pada Yuno namun saat itu Jeff sedang mengambil alih Suaminya. Jadilah hari ini Ara baru memberi tahu Yuno.

“Sayang.. Aku bahagia banget, aduh aku sampai nangis gini.” Yuno mengusap matanya, ini benar-benar tangisan kebahagiaanya.

“Utututu sini aku elapin air matanya,” Ara mengusap wajah Yuno yang basah dengan air matanya itu.

“Sayang, i'm the happiest husband ever,” Yuno mengecup kening Ara.

no, i'm the happiest wife ever.” Ara tersenyum bahagia.

Keduanya terkekeh.

“Kakak udah tahu kalau mau punya Adik lagi?”

Ara menggeleng, “kamu yang pertama tahu.”

Yuno tersenyum, ia melayangkan satu kecupan singkat di bibir Istrinya itu. Sekarang kebahagiaan mereka telah lengkap, mungkin enggak akan selamanya selalu bahagia. Tapi setidaknya keduanya sudah berjanji akan tetap bersama saat suatu hari badai menerpa lagi, mereka akan melaluinya bersama sampai hari kembali cerah.

Dan kebahagiaan ini telah lengkap setelah Yuno mengetahui Ara mengandung lagi, anak ketiga mereka yang akan menjadi pelengkap kebahagiaan.

selesai