Lost 08
Malam itu Jeff kembali melakukan pelariannya, setelah Ara pergi meninggalkan rumah. Jeff juga pergi dengan mobil milik Yuno, Jeff enggak punya tujuan. Ia hanya bisa melampiaskan segala bentuk amarahnya dengan cara mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
Jeff enggak perduli bagaimana jika ia kecelakaan, yang terpenting saat ini ia bisa menyalurkan seluruh emosinya. Tidak terhitung berapa kali kendaraan lain mengklaksonnya dengan sangat keras. Memberikan peringatan pada mobil yang ia kendarai jika yang sedang ia lakukan sangat membahayakan dirinya dan orang lain.
“ARRGHHGHHHH.” teriak Jeff, ia meninju stir mobilnya dengan keras.
Bayangan akan perdebatannya dengan Ara barusan masih terus terngiang di kepalanya, entah kenapa Jeff merasa kecewa, sedih dan marah seperti ini. Ada bagian dari dirinya yang tidak siap merasakan kehilangan.
Ia ingin bahagia, ia ingin di cinta. Jeff ingin keluarga dan menginginkan seseorang menganggapnya ada. Sesederhana itu saja, namun tidak ada yang bisa memberikan itu.
Mobil yang Jeff kendarai akhirnya berhenti di tepi laut yang selalu menjadi tempatnya mengadu, Jeff keluar dari mobilnya. Langkahnya gontai, ia seperti kehilangan separuh dirinya saat Ara mengatakan ia ingin berpisah dengan Yuno.
Kalau Jeff tidak mencintai Ara, seharusnya ia tidak akan sesakit dan semarah ini kan? Apa itu artinya ia kecewa dengan keputusan Ara? Apa itu artinya ia tidak siap dengan sebuah kehilangan untuk hal yang belum pernah ia miliki? Saat ini di kepala Jeff hanya bisa bertanya-tanya akan itu semua.
“AAAARRRGHHHHHHH.” Jeff berteriak kencang, tubuhnya jatuh di antara hamparan pasir laut dengan kaki telanjang yang sudah basah karena deburan ombak yang menyapu bibir pantai malam itu.
Di temani gelap, angin dan ombak kala itu Jeff menangis sejadi-jadinya. Ia merasa takut kehilangan, hatinya sakit. Harus Jeff akui ia tidak menginginkan sebuah perpisahan. Tapi Jeff juga menyadari jika sikapnya selama ini terlalu keras, apakah ini adalah sebuah bentuk hukuman untuknya?
Jeff masih menangis, ia memukul-mukul dadanya sendiri. Setengah bajunya sudah basah, tapi Jeff enggak perduli jika nantinya ia akan sakit.
“Gue gak mau kehilangan lo, Ra.. Gue gak mau lo pergi,” cicitnya, Jeff juga gak menyangka ia akan mengatakan hal itu.
“Bukan ini yang gue mau..” lirihnya.
Katakan Jeff terlalu munafik untuk setiap hal yang ia akui keluar dari mulutnya, bukan bahagia dengan orang lain yang ia inginkan. Bukan bentuk bahagia mirip seperti Yuno dengan orang lain yang ia dambakan, bukan itu. Jeff hanya menginginkan Ara juga mencintainya sama seperti wanita itu mencintai Yuno.
Jeff menginginkan Ara, sangat. Bentuk marah dan ucapan benci yang Jeff utarakan pada wanita itu adalah bentuk protes karena Ara tidak pernah tahu apa yang Jeff inginkan, Jeff enggak pernah mengakuinya. Tapi Jeff sangat mencintai Ara sama seperti Yuno.
“Jangan tinggalin gue, Ra.. Tolong jangan...” lirihnya.
Semua bermula di malam saat Jeff tiba-tiba berada dalam tubuh Yuno, Yuno sedang baik-baik saja kala itu, waktu itu Jeff memilih berpura-pura menjadi Yuno karena Ara nampak begitu cantik di matanya. Ara juga enggak tahu saat itu Yuno yang ada di depannya ada Jeff, malam panjang itu menghadiahi Jeff kenangan akan manisnya mendapatkan hujaman cinta.
Sampai Jeff akhirnya terbuai dan tanpa ia sadari ia jatuh cinta dengan Ara, hal ini juga yang menjadi keinginan kuat Jeff untuk mengambil alih Yuno kembali. Karena ia ingin melihat sudah sebesar apa cintanya bersama Ara saat ini, ia ingin di sana saat anak itu lahir, Jeff juga ingin di panggil dengan sebutan Papa.
“Aku sayang kamu, Ra.. Aku juga mau di cintai sebesar kamu mencintai Yuno..”
Andai saat ini ia memiliki keberanian untuk mengatakan hal itu pada Ara, andai Ara memberinya kesempatan padanya untuk menunjukan betapa Jeff sangat cemburu jika Ara terus melihatnya sebagai Yuno.
Semua yang Jeff lakukan pada Shanin awalnya hanya sebagai bentuk pelarian, ia ingin Ara juga merasakan cemburu seperti yang selama ini ia rasakan, namun nampaknya sikapnya kali ini kelewatan. Jeff enggak kepikiran hal ini akan terjadi, sangat tidak terbayangkan di benaknya sama sekali.
Menjelang pagi kala itu, Jeff masih melamun di tepi laut. Bersandar pada batuan besar, menikmati semilir angin yang meniup tubuhnya yang sudah menggigil subuh itu. Jeff enggak tahu harus bagaimana, tapi ia juga tidak ingin kehilangan Ara, Hana dan anak yang di kandung Ara.
“Aku masih mau disini, sampai kamu bisa lihat aku, Ra.” gumam Jeff.
Gita dan Arial saling pandang satu sama lain, mereka bingung harus mengatakan apa saat Ara pulang ke rumah mereka dan mengatakan ia akan berpisah dengan Yuno. Jujur saja, Gita gak kepikiran Ara akan berpikir sejauh itu untuk meninggalkan Kakak sepupunya.
Bahkan Gita gak bisa membayangkan sehancur apa Yuno jika ia kembali ke tubuhnya, dan mengetahui fakta jika ia akan di gugat cerai dengan Istri yang sangat ia cintai atas kesalahan yang Yuno sendiri tidak merasa memperbuatnya.
“Kamu yakin, Dek? Kamu gak bisa bicarain ini sama Yuno. Karena dia Jeff,” ucap Arial.
Ara menggeleng kepalanya, sungguh kepalanya sudah sangat sakit memikirkan hal ini. “Gak tau, Mas. Ara bingung harus gimana.. Tapi Ara udah gak kuat sama sikap Jeff.”
Arial menghela nafasnya pelan, Arial paham. Ia juga tidak bisa mencegah itu karena Ara yang menjalani pernikahan ini. Yang Arial takutkan adalah, kelak Ara akan menyesal dengan keputusannya jika Yuno kembali. Arial tahu betapa keduanya saling mencintai, secara harfiah, Yuno dan Ara enggak punya masalah apa-apa.
Yang Ara tuduhkan selingkuh juga bukan Yuno, melainkan Jeff. Mereka masih saling mencintai dan perpisahan, Ara anggap bentuk dari betapa ia mencintai Yuno dengan melepaskan pernikahannya. Tapi itu juga sangat menyakitkan bukan hanya untuk Ara dan Yuno, tapi untuk anak-anak mereka juga.
“Kamu yakin, Ra? Kamu gak mau nunggu sampai anak kamu lahir? Setidaknya sampai saat itu kamu masih bisa mikir-mikir lagi.” Arial benar-benar gak mau Ara salah langkah, masih ada kemungkinan Yuno kembali.
“Pengadilan pasti nanya apa alasan kamu mau cerai sama Yuno, terus kamu mau bilang apa? Karena dia punya alter ego, iya?”
Ara hanya diam, ia menunduk dan menopang kepalanya dengan kedua tangannya. Saat ini ketiganya ada di ruang kerja Arial, di ruang TV ada anak-anak mereka. Ara juga gak ingin Hana dengar obrolan menyakitkan ini.
Sementara itu, di tempatnya Gita hanya diam. Dia enggak tahu harus melakukan apa, Gita masih sangat sulit mencerna situasi ini. Selain memikirkan kondisi Ara, Gita juga sangat kecewa dengan sikap Jeff. Mungkin nantinya Gita akan mencoba menghubungi Jeff untuk berbicara lebih dulu dengan laki-laki itu, ah tidak. Gita ingin sekali memaki Jeff saat ini.
“Git, kamu juga kenapa diam aja? Kamu kan sepupunya Yuno, bantu dia biar rumah tangga nya gak berantakan dong,” ucap Arial sedikit sewot.
“Aku harus apa? Yang ngejalanin itu Ara, aku diam karena aku tahu gimana sikap Jeff ke Ara, Mas. Kalau aku di posisi Ara, aku juga gak yakin bakalan sanggup berhadapan sama Jeff. Nyuruh Ara bertahan di saat aku sendiri gak yakin kalau aku bisa jadi dia itu terdengar egois tau gak?” jelas Gita.
Ara jadi merasa enggak enak, karena dirinya, Arial dan Gita jadi ribut seperti ini. Ara sudah mengambari orang tua Yuno, meraka bilang akan bertemu dengan Ara di rumah Gita untuk membicarakan hal ini besok.
“Git, Mas Ril, please jangan ribut kaya gini karena aku.” suara Ara terdengar serak, ia ingin sekali menangis lagi. Tapi rasanya air matanya sudah sangat kering.
“Aku mau istirahat dulu di kamar, tolong jangan ribut lagi yah. Aku titip Hana.” Ara berdiri, ia meninggalkan ruang kerja Arial dan berjalan ke kamar tamu untuk beristirahat di sana.
Saat sepi menghadang, saat di ruangan itu hanya ada dirinya. Tubuh Ara merosot di belakang pintu dan pertahanannya luruh kembali, ah tidak. Ara sudah tidak punya pertahanan apapun. Setiap harinya air matanya selalu keluar, hatinya tidak pernah tenang bahkan saat ia memejamkan mata sekalipun.
“Aku kangen kamu, Mas.. Aku kangen kamu..” lirihnya.