That I Always Wonder What You're Up To

Setelah enggak pulang ke rumah sejak kemarin, hari ini akhirnya Jeff kembali ke rumah. Setelah bertemu Gita kemarin, Jeff langsung pergi ke kampus. ada mata kuliah yang harus ia ikuti. Setelah itu, sore nya ia langsung bergegas ke rumah sakit.

Dan pagi ini, Jeff baru sempat pulang. Tubuhnya benar-benar lelah. Jeff hanya bisa tidur kurang dari 2 jam dengan jadwal yang se padat itu, rencananya setelah mandi Jeff ingin istirahat. Namun baru saja keluar dari kamar mandi, Jeff justru melihat Ara duduk di depan meja belajar sembari membaca isi pesan Jeff dan juga Shanin.

Dengan langkah besar-besar yang ia ambil, Jeff merebut ponsel Yuno dari tangan Ara. Membuat wanita itu menoleh ke arahnya, wajahnya sedikit pucat. Namun raut kekecewaan di wajahnya tergambar dengan sangat jelas.

“Kamu ngajak perempuan lain buat nonton konser Jeff?” tanya Ara, dia berdiri dan mendekat ke arah Jeff.

“Lancang yah lo baca-baca isi pesan orang lain? Gue kan udah bilang berapa kali kalau gue bukan Yuno!” ucap Jeff tegas.

Jeff memang sempat mengirimi Shanin pesan, Jeff enggak sengaja lihat status Shanin soal tiket konser penyanyi kesukaan Jeff. Kebetulan selera musik Jeff dan Shanin sama, dari situ mereka banyak bicara soal band, musik dan beberapa penyanyi dunia favorite keduanya.

Shanin memang akan menonton konser band indie, dan kebetulan Jeff sempat kepikiran untuk menghadiri konser itu juga. Sayangnya Jeff enggak kebagian tiket, alhasil Shanin menawarkan bantuan padanya, Shanin bilang dia akan mengusahakan tiket konser itu untuk Jeff. Kira-kira seperti itu isi pesannya.

“Aku tau kamu bukan Mas Yuno, Jeff. Tapi dengan kamu ngajak perempuan lain jalan. Dia bisa salah paham sama semuanya,” jelas Ara.

Jeff menyeringai, rasanya kenapa semua orang hanya memikirkan perasaan Yuno. “Yuno punya kehidupan sendiri, dia bahagia sama hidupnya. Kenapa gue enggak boleh lakuin hal yang sama?”

“Karna kamu cuma gantiin Mas Yuno, Jeff. Kamu enggak selamanya disini, kamu mikir gak gimana dia nanti kalau kamu pergi? Dia bakalan bingung, Jeff. Dia bakalan nyangka Mas Yuno itu adalah kamu!!” Ara sudah lelah, kesabarannya semakin menipis menghadapi Jeff. Dia gak sengaja meninggikan suaranya, membuat emosi Jeff juga ikut ke sulut.

“kalo gitu, gue bakalan disini selamanya!! Gue pastiin Yuno gak akan pernah kembali!!” teriak Jeff.

Ara hanya diam, dia berusaha mengatur nafasnya. Di sebelah kamarnya dan Yuno itu kamar Hana, dia gak mau Hana dengar pertengkarannya dengan Jeff. Kali ini Ara mengalah, dia duduk di pinggir ranjang sembari menenangkan hatinya. Jujur saja, kepalanya sedikit berdenyut nyeri. Namun ketika Jeff ingin keluar dari kamar mereka, Ara menghalangi jalannya cowok itu membawa tas. Seperti Jeff hendak pergi meninggalkannya lagi.

“Kamu mau kemana?” Ara cuma khawatir apa yang akan Jeff lakukan, pasalnya dia belum tidur sama sekali. Ara takut Jeff atau pun Yuno sakit.

“Minggir!”

Kali ini Ara memberanikan dirinya, air mata yang sedari tadi ia tahan sudah membanjiri pipinya. Kedua tangannya ia taruh di bahu Jeff, Ara ingin mencoba bicara dengan Jeff dari hati ke hati.

“Jangan pergi, jangan tinggalin aku, Jeff..” Suara parau itu lebih terdengar seperti sebuah permohonan alih-alih permintaan.

Ara pikir Jeff akan berontak, atau akan menghempaskan tangannya dengan kasar lagi. Tapi justru di luar dugaannya, laki-laki itu diam mematung memperhatikan Ara yang menangis di depannya dengan kedua tangan yang masih berada turun berpindah ke lengannya saat ini.

“Kamu belum istirahat sama sekali.. Aku gak mau kamu atau pun Mas Yuno sakit..”

Jeff merasakan ada yang aneh dalam dirinya, suara lirih yang berasal dari bibir Ara itu mampu membuat hatinya perih. Ada sebagian dari dalam dirinya yang ikut merasakan sedih melihat wanita itu menangis, pertahannya seperti akan runtuh Jeff merasa ini sedikit menyiksanya.

Apalagi saat kedua mata sayu itu menatapnya, Ara tersenyum samar. Kemudian tangan kanannya berpindah membelai wajah Jeff penuh kasih sayang, Jeff enggak pernah merasa di sentuh seperti itu oleh orang lain.

“Aku gak akan larang kamu buat bahagia, aku menerima kamu Jeff. Aku juga sayang sama kamu, jangan pergi yah. Hana butuh Ayahnya.”

Setelah mengatakan itu, Ara berusaha untuk jalan sembari memegangi benda di sekitarnya untuk duduk di ranjang mereka. Keseimbanganya agak sedikit terganggu karena kepalanya yang nyeri, Jeff masih mematung, ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Namun saat melihat Ara terduduk di ranjang sembari memegangi kepalanya, Jeff buru-buru menghampiri wanita itu.

Wajah Ara pucat, tangannya dingin saat Jeff menyentuhnya, Keringat juga membasahi keningnya hingga membuat Jeff khawatir bukan main.

“Ra? Badan lo dingin banget,” ucap Jeff.

Ara hanya menggeleng pelan, “aku gapapa..” wanita itu menepuk ranjang di sebelahnya. “Istirahat, Jeff..”

“Gapapa gimana?! Ini dingin banget..”

Jeff yang tadi nya luluh jadi sedikit agak kesal karena Ara menganggap remeh apa yang ia rasakan saat ini, dengan sigap ia mengambil beberapa peralatan untuk memeriksa Ara. Jeff enggak mau Ara dan bayi nya kenapa-kenapa, dari sini Jeff berpikir. Jika ini mungkin hanya instingnya sebagai seorang dokter bukan benar-benar perduli dengan Ara.

“Tiduran, gue periksa dulu,” perintah Jeff.

“Ga Usah, Jeff. Aku cuma—”

“Tiduran atau gue pergi dan gak akan pernah pulang!”

Ara hanya mengangguk, ia membaringkan dirinya. Membiarkan Jeff melakukan tugasnya sebagai seorang dokter.

“Tekanan darah lo tinggi, makan apa sih? Lo makan sembarangan yah?” ucap Jeff setelah memeriksa keadaan Ara.

Ara hanya diam, ia memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit di kepalanya. Ia sudah enggak sanggup meladeni ucapan Jeff, selama hamil, Ara itu selalu menjaga pola makannya. Yuno juga selalu mengingatkan soal makanan apa saja yang boleh ia makan dan tidak. Kondisi tubuhnya menurun karena Ara terlalu banyak pikiran, selain itu. Ia juga kurang istirahat.

“Tolong temenin Hana dulu yah dia kangen banget sama kamu, aku mau tidur sebentar, boleh?”

Jeff hanya mengangguk, ia menaruh kembali ponsel milik Yuno. Kemudian beringsut menyelimuti tubuh Ara. Setelah memastikan Ara benar-benar tidur, Jeff keluar dari kamar mereka untuk memeriksa Hana di kamarnya.

Ternyata Hana enggak ada di kamarnya, akhirnya Jeff turun ke lantai 1 dan mendapati bocah itu sedang menonton TV di ruang tengah. Jadi Jeff berinisiatif untuk menghampiri Hana, seharian ini dia belum mengajak anak itu bicara.

Hana enggak nonton TV sendirian, di sana ada Mbak Ulfa yang menemani Hana. Tapi begitu wanita itu melihat Jeff, Jeff langsung memberikan isyarat pada pengasuh Hana itu untuk meninggalkannya dan Hana berdua.

princess nya Papa...” Jeff duduk di sebelah Hana, mengusap pucuk kepala bocah itu hingga Hana menoleh ke arahnya.

“Kok gak jawab sapaan Papa sayang, um? Kenapa?”

Hana hanya menggeleng, ia menjauhkan jarak duduknya dengan Jeff dan kembali menonton TV yang sedang menayangkan kartun anak-anak.

“Hana marah sama Papa yah?”

Jeff baru sadar kalau wajah Hana terlihat murung, enggak seperti biasanya saat bocah itu melihatnya. Di pelupuk matanya, ada bekas sisa-sisa air mata. Setahu Jeff, Hana enggak menangis, bahkan kalau Hana menangis suara tangisannya juga tidak terdengar. Jeff mencoba bicara lagi pada Hana, ia mendekat ke arah anak itu meski Hana menjauh kembali darinya.

“Hana, do you want to tell me why you are so quit today?

Alih-alih menjawab, Hana justru menggeleng kepalanya. Perhatiannya sudah tidak lagi pada TV yang masih menayangkan kartun anak-anak, tapi kali ini perhatian Hana teralihkan pada boneka Teddy Bear yang ia pangku sedari tadi.

“Um.. Biar papa tebak, Are you upset about something? Do you want to tell me something?

Kali ini Jeff berhasil mengalihkan perhatian Hana, anak itu melihat ke arah nya dengan sorot mata yang sangat sendu. Membuat Jeff meringis dalam hati, apa ada sesuatu yang Hana rasakan yang tidak Jeff ketahui?

“Papa?”

“Ya, sayang?”

“Kenapa Papa enggak pulang ke rumah kemarin?”

Jeff tersenyum, ternyata Hana hanya mencarinya. Jeff akui jika ia memang kurang memperhatikan Hana akhir-akhir ini. Anak itu hanya merindukannya, dan itu cukup membuat Jeff merasa bersalah.

“Maaf yah, Papa kemarin-kemarin sibuk. Ada banyak pasien di rumah sakit yang harus Papa sembuhin.” Jeff mendekat ke Hana, ia mencoba memangku anak itu dan memeluknya.

“Ibu udah cerita ke Hana belum kalau Papa sekolah lagi? Sama kaya Hana.”

Hana mengangguk, ia memperhatikan ibu jari Jeff yang sedang mengusap-usap punggung tangannya.

“maaf yah, maaf kalau Papa jadi jarang ada di rumah.” Hana masih diam, anak itu menunduk. Hana enggan melihat ke arah Jeff lagi.

“Um, You know what? I have a mission for you, Hana. The mission is that should take care of Ibu. kan Hana udah besar, udah bisa jaga Ibu dan Adik bayi selama Papa enggak ada di rumah. Bisa sayang?”

Hana mengangguk, ia baru mau menoleh ke arah Jeff. Meski masih dengan sorot mata yang sendu, tapi setidaknya Jeff tahu apa yang Hana rasakan saat ini.

“Kemarin, Hana nungguin Papa pulang sama Ibu sampai Hana ketiduran. Tapi Ibu masih nungguin Papa, waktu Hana bobo. Hana dengar suara Ibu nangis, Ibu bilang kalau Ibu kangen sama Papa dan mau Papa kembali. Memangnya Ibu sama Papa berantem lagi yah?”

Jeff menggeleng, Hana masih mengira ia dan Ara berantem. Meski itu kenyataanya, Jeff enggak ingin membuat anak itu kepikiran. Belum saatnya Hana mengetahui apa yang terjadi pada ia dan Ara. Bahkan untuk seukuran orang dewasa pun, situasi seperti ini masih sulit untuk di mengerti dan di terima.

no, sayang. Ibu sama Papa enggak berantem. Mungkin, Ibu cuma kangen aja sama Papa. Kan akhir-akhir ini Papa sibuk, sama kaya apa yang Hana rasain. Ibu juga kangen sama Papa.” Alibi Jeff.

“Papa jangan pergi lama-lama lagi yah, pulang ke rumah juga. Hana janji gak akan minta jalan-jalan lagi, tapi Papa di sini aja sama Hana dan Ibu..”

Sungguh, hati Jeff rasanya sakit mendengar permintaan sederhana dari bibir mungil Hana. Anak itu benar-benar merindukan Papa nya, meski enggak bisa di pungkiri jika Jeff juga cemburu dengan kehidupan Yuno yang begitu di cintai keluarganya.

To Be Continue