That I Always Wonder What You're Up To 05
“Dan, harimau itu akhirnya gak sendirian lagi tinggal di dalam hutan, ada tupai, singa dan burung yang baik hati menjadi temannya..”
Ini sudah jam 9 malam, seperti yang biasa Ara lakukan. Jika Yuno belum pulang dari rumah sakit, Ara memang yang akan menggantikan Yuno untuk membacakan dongeng untuk Hana. Hana itu enggak pernah absen buat mendengarkan dongeng dari kedua orang tua nya.
Biasanya kalau Yuno sudah pulang atau ketika sedang libur bekerja, yang akan mendongengkan Hana itu Yuno. Ketimbang Ara, Yuno lebih pandai dalam membacakan dongeng. Bahkan saking pintar pembawaannya dalam membacakan dongeng anak-anak, terkadang Hana suka di minta bacakan dongeng lebih dari 1 buku. Tapi karena malam itu Jeff belum pulang, akhirnya Ara lah yang membacakan dongengnya.
Wanita itu menutup buku dongengnya, menyimpannya di meja samping ranjang Hana berada. Ia pikir Hana sudah tidur, tapi ternyata anaknya itu belum tidur. Hana masih melamun, seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Sayang? Kok belum tidur hm? Ibu niruin suara hewannya gak bagus yah?” Ara mengusap kening anaknya itu.
“Ibu?”
“Kenapa, Kak?”
Bocah itu berbalik, melihat wajah lelah Ibunya itu dan memeluknya. Malam itu suasana hati Ara memang sedang tidak baik-baik saja, malam ini juga Ara berencana untuk tidur bersama Hana. Dia masih belum siap menghadapi Jeff, bayangan ketika Jeff membentaknya itu masih teringat di kepalanya. Meski itu Jeff, tapi tetap saja tubuh itu milik Yuno. Dan kepala Ara selalu membayangkan jika Yuno lah yang sedang membentaknya.
“Ibu bacain dongengnya enggak sebagus Papa yah?” tanya Ara, ia memainkan rambut panjang milik Hana.
“Papa akhir-akhir ini sibuk sekali yah, Bu?” Hana mendongakkan kepalanya, matanya berkedip memandang wajah Ibu nya. Saat ini, jika Ara merindukan Yuno hanya Hana lah yang bisa ia peluk erat-erat.
“Mungkin, di rumah sakit pasien nya Papa banyak sayang?” Ara menaikan satu alisnya. “Selain itu, kan sekarang Papa sekolah lagi. Biar jadi dokter yang hebat.”
Hana menghela nafasnya pelan, entah apa yang anak itu pikirkan. Tapi Ara selalu tahu jika setiap anak selalu menangkap vibrasi dari kedua orang tua nya, dengan kata lain. Apa yang tengah terjadi pada kedua orang tua nya Hana juga bisa ikut merasakannya.
“Kakak kangen Papa yah?”
Hana mengangguk, “Hana berharap, kalau Papa libur nanti. Papa bisa di rumah sama Hana, Hana janji enggak akan minta berenang lagi. Hana maunya Papa di rumah aja, nonton TV sama Hana dan Ibu.”
Ara meringis, andai ada hal yang bisa Ara lakukan untuk membuat Yuno kembali. Ara pasti akan melakukanya sekarang ini, kadang ketika Jeff sedang mengambil alih Yuno seperti ini. Ara memikirkan apa yang tengah Yuno lakukan saat ini, setelah memastikan Hana tidur. Ara mencoba menghubungi Jeff, seharusnya laki-laki itu sudah pulang tapi nyatanya ini sudah hampir jam 3 pagi dan Jeff belum pulang juga.
Beberapa kali Ara keluar dari kamar Hana untuk melihat ke depan rumah mereka, memastikan mobil milik Suaminya itu sudah terparkir di halaman rumah. Tapi nyatanya Jeff belum pulang juga, Ara ingin menghubungi rekan sesama dokternya Yuno. Tapi ini masih subuh, Ara takut menganggu mereka apalagi Ara enggak tahu siapa saja yang satu shift dengan Yuno.
Karena tubuhnya juga sudah sedikit lelah, Ara akhirnya masuk ke kamar Hana. Memperhatikan putri kecilnya itu tidur, matanya yang terpejam itu benar-benar mirip sekali dengan Yuno jika sedang tidur. Membuat Ara semakin merindukan Yuno.
Tanpa Ara sadari air matanya kembali jatuh ke atas pipinya, ia benar-benar merindukan Yuno. Setiap hari saat Jeff mengambil alih Yuno adalah, Ara yang selalu bertanya-tanya kapan Yuno akan kembali. Apa yang harus ia lakukan untuk membuat Suaminya itu kembali, dan apakah ia bisa bertahan sampai Yuno kembali? Pikirnya.
Gerakan kecil di atas permukaan perutnya itu semakin membuat hatinya hancur, kenyataan bahwa bukan hanya dirinya saja yang merindukan Yuno. Tapi ada sosok kecil di dalamnya yang juga merindukan Ayahnya.
“Nathan kangen Papa yah?” Ara mengusap perutnya, Nathan juga mungkin sama lelahnya dengan Ara. Seharian ini Ara memang kurang istirahat dan malamnya ia malah tidak bisa tidur karena Jeff kemungkinan enggak pulang ke rumah.
“Kita bobo yah? Maaf yah, Ibu ajak Nathan jalan terus.”
Ara berusaha menenangkan dirinya, ia harus istirahat. Dia enggak boleh egois memikirkan perasaanya sendiri yang sedang carut marut, Ara enggak mau membahayakan Nathan. Di jam 4 pagi hari itu, Ara mencoba untuk tidur. Ia memeluk Hana di ranjangnya. Memejamkan matanya, berharap ketika ia bangun nanti yang ia jumpai adalah Yuno Suaminya alih-alih Jeff.
Sementara itu, Jeff yang enggak pulang ke rumah memilih mengitari kota hingga berakhir di sebuah laut yang ada di pinggiran kota malam itu. Jeff ingin menenangkan dirinya setelah gagal menyelamatkan pasiennya, meski terlihat tegar dan tampak kasar di luar. Jeff juga masih memiliki perasaan, ia pernah merasakan gagal. Seperti yang di alaminya kali ini.
Jeff tahu itu bukan kesalahannya, andai ada cara untuk menyelamatkan pasiennya tadi. Mungkin Jeff akan melakukan cara itu, di pinggir laut Jeff memejamkan matanya. Merasakan sapuan angin laut yang sedikit kencang itu menyapu wajahnya.
Hisapan demi hisapan rokok yang ia beli di minimarket tadi sudah hampir tandas 1 bungkus, menurut Jeff. Ini adalah pelampiasan terbaik dari pada dia harus mencari keributan demi melampiaskan emosinya.
Pada hisapan rokok terakhir, Jeff membuang putung rokok itu sembarangan. Ia kembali memeriksa ponsel Yuno, melihat satu persatu foto yang ada di galeri ponselnya. 4 tahun belakangan ini, sejak terakhir kali Jeff mengambil alih laki-laki itu. Jeff baru tahu kalau selama ini Yuno hidup bahagia dengan keluarga kecilnya.
Di foto itu, ada foto pernikahan Yuno dan Ara yang di langsungkan secara sederhana. Sangat sederhana untuk ukuran anak orang kaya dan putra satu-satunya, Yuno dan Ara hanya melangsungkan akad nikah di sebuah mesjid. Kemudian mengadakan resepsi di garden party yang hanya di hadiri kerabat dekat Yuno dan Ara.
Bahkan Jeff berpikir tidak ada satu pun kolega Papa Yuno di sana. Benar-benar hanya keluarga dan teman-teman dekat yang datang, pada slide selanjutnya, Jeff melihat foto hasil USG 4 tahun yang lalu. Itu foto USG waktu Ara mengandung Hana.
Jeff bisa tahu Yuno dan Ara menikah akhirnya karena Yuno yang menulisnya sendiri, Yuno dan Jeff itu punya 1 buku yang menghubungkan mereka. Jika Jeff yang sedang mengambil alih, kejadian apapun yang terjadi selama ia berada di tubuh Yuno. Jeff akan menuliskannya di sana, begitu juga dengan Yuno. Karena Jeff dan Yuno enggak bisa mengingat kejadian apa yang mereka alami jika salah satunya sedang memegang kendali.
Seperti yang banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki kepribadian ganda, Yuno juga sering lupa. Makanya Yuno sering mencatat hal-hal penting atau pun remeh.
slide selanjutnya adalah foto Ara dan Hana yang berada di sebuah aquarium besar, Yuno yang memotretnya secara candid keduanya membelakangi kamera, melihat ke arah ikan yang kebetulan sedang berada di depan mereka.
Jeff tersenyum, bukan senyum tulus. Melainkan senyum miris. Jeff iri, Yuno selama ini mendapatkan cinta dari Istri dan anaknya. Jeff juga ingin merasakan apa yang Yuno rasakan.
“Pantesan selama ini lo enggak biarin gue muncul, dasar bego!” gumam Jeff.
Kemarin, Jeff muncul karena Yuno merasa benar-benar marah. Yuno tahu soal rekan kerjanya yang tidak menyukainya di belakang, Yuno tahu selama ini orang-orang melabelinya seperti apa. Selain itu, Yuno juga harus di hadapkan dengan beratnya studi yang tengah ia jalani. Serta dorongan dari Papa nya kalau suatu hari nanti Yuno yang harus menggantikan posisinya untuk memimpin rumah sakit.
Saat itu lah Jeff muncul, Jeff yang akan mewakilkan Yuno untuk semua amarahnya. Setelah menyesap 1 kaleng kopi yang ia beli, Jeff pergi meninggalkan tempat itu. Ini sudah pagi, dan dia harus segera pergi untuk menemui Gita. Wanita itu bilang, ada yang ingin ia bicarakan dengannya, ah. Bukan dengannya, dengan Yuno lebih tepatnya.
Saat Jeff sedang perjalanan menuju tempatnya dan Gita bertemu, Ara kembali lagi meneleponnya. Sudah terhitung 20 panggilan tidak terjawab dan pesan singkat yang Jeff enggan membacanya.
Jeff tahu yang Ara khawatirkan hanya Yuno suaminya, bukan Jeff. Wanita itu hanya mencintai Yuno, bukan dirinya. Sampai kapanpun Ara akan tetap sama. Tidak akan pernah bisa menerima dirinya. Jeff sudah terbiasa dengan penolakan, toh selama ini yang benar-benar bisa menerima dirinya hanya Gita saja.
Ini juga yang menjadi alasan Jeff enggak mau pura-pura jadi Yuno lagi, waktu berkenalan dengan Shanin dan Vera. Jeff mengenalkan dirinya sebagai Jeff, bukan sebagai Yuno. Ia mau ada orang lain yang mengenal dirinya juga. Ia mau di lihat sebagai Jeff, alih-alih Yuno.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Jeff untuk menemukan Gita, saat ia membuka pintu cafe itu. Matanya langsung menemukan Gita yang sedang menikmati minuman yang ia pesan di pojok cafe. Jeff langsung menghampiri wanita yang kini tampak lebih keibuan itu.
Tok tok
Jeff mengetuk meja tempat Gita duduk di sana, wanita itu langsung mendongak, tersenyum pada Jeff dan bangun dari kursinya untuk beringsut memeluk Jeff.
“Ini serius lo, Jeff?” ucap Gita. Gita masih enggak menyangka kalau ia bisa bertemu dengan Jeff lagi.
Jika itu Yuno, Yuno pasti akan melepaskan pelukannya. Tapi ini Jeff, jadi ia peluk juga tubuh mungil itu dan menarik ujung rambut panjangnya hingga Gita sedikit mengaduh.
“Kok elu masih ngeselin aja sih?” pekik Gita, enggak terima rambutnya di tarik seperti itu. Jeff enggak tahu aja, seberapa besar upaya Gita untuk menata rambutnya itu.
Keduanya duduk, Jeff enggak perlu repot-repot memesan minuman. Gita sudah memesankan minuman kesukaan Jeff,
“Gue pikir lo sama si bajingan itu,” ucap Jeff.
Yang di maksud Jeff itu adalah Arial, sebelum Gita dan Arial menikah. Sempat ada kejadian yang membuat Jeff kecewa dengan Arial dan membenci laki-laki itu. Tapi ketika Gita memutuskan untuk menikah dengan Arial karena Gita mencintainya, Jeff juga enggak bisa melarangnya. Gita terlihat sangat bahagia dengan Arial, dan laki-laki itu juga berjanji akan menjaga Gita.
“Suami gue tuh namanya Arial, Jeff. Dia udah enggak brengsek kok, Arial udah jadi Suami dan Ayah yang baik.”
“Bagus deh kalo begitu, awas aja dia jadi bajingan lagi.”
Gita terkekeh, ia memperhatikan wajah Kakak sepupunya itu. “Lo sejak kapan disini, Jeff? Kok gak ngabarin gue?”
Gita sudah tahu sejak kapan Jeff mengambil alih Yuno. Tapi Gita juga ingin tahu dari Jeff, Gita ingin Jeff menceritakan apa yang sedang terjadi pada Yuno sampai ia bisa datang untuk menggantikannya.
“Udah mau 5 hari ini, kenapa?” Jeff menaikan satu alisnya.
“Gapapa, gue seneng bisa ketemu lo lagi,” Gita tersenyum. “Udah ketemu Ara dan Hana?”
Jeff menghela nafasnya pelan, ia menyandarkan punggungnya di kursi sembari menatap keluar cafe. Seperti mengisi kekosongan di hatinya melihat jalanan pagi itu yang cukup sibuk.
Jeff mengangguk, “kehidupan yang sempurna, pantes aja selama ini si payah itu gak biarin gue muncul.”
“Tapi sekarang Kak Yuno kasih kesempatan itu buat lo kan?”
“Itu karena dia lagi marah. Si bodoh itu malah nyembunyiin marahnya sampe akhirnya gue muncul.” Jeff menegakkan tubuhnya, menatap ke arah Gita dengan pandangan serius.
“Gue yang bakalan beresin semua kekacauan ini.” lanjutnya.
“Apa yang kacau, Jeff? Emang Kak Yuno kenapa?” sebenarnya cukup mudah bagi Gita untuk memancing Jeff cerita, Jeff itu terbuka banget sama Gita. Kadang, jalan pikiran mereka suka sejalan. Mungkin ini juga yang menjadi alasan Gita dan Jeff sangat dekat.
“Orang-orang di rumah sakit itu munafik, Git. Terutama orang-orang di UGD, gak ada yang suka sama Yuno. Semuanya ngeremehin Yuno, gue benci mereka. Gue mau buktiin kalo Yuno enggak yang kaya mereka pikirin.”
Nada bicara Jeff benar-benar serius, ada isyarat kemarahan yang ia gambarkan di sana. Jeff benci orang-orang merendahkan Yuno, dan Yuno yang hanya bisa diam saja tanpa membela dirinya.
“Gue percaya sama lo, Jeff. Lo enggak berencana balas mereka pake emosi kan?”
Gita cuma enggak mau Jeff bersikap kelewatan sampai orang-orang menyadari kalau Yuno memiliki 2 karakter yang berbeda. Gita tahu sejak Yuno resmi menjadi seorang dokter, Yuno dan Jeff membuat perjanjian. Jeff harus tetap berpura-pura menjadi Yuno sampai tugasnya selesai.
Dan Jeff juga setuju, ia berpikir jika ada orang lain yang tahu keberadaan dirinya di tubuh Yuno. Yuno pasti akan di bawa kembali ke psikiater, selain itu. Izin praktik dokter Yuno juga akan di cabut dan kredibilitas nya sebagai dokter akan di pertanyakan.
“Gue berencana buat bikin mereka setidaknya segan sama Yuno sebagai dirinya sendiri, Git. Bukan sebagai anak dari pemilik Harta Wijaya hospital.”
Gita mengangguk, ia lega mendengarnya. Setidaknya Gita gak perlu mengkhawatirkan soal itu, sekarang yang harus Gita pikirkan adalah sikap Jeff ke Ara. Jeff mungkin kasar, tapi Gita tahu laki-laki itu selalu menetapi janji dan ucapannya.
“Ara udah tahu soal ini?”
Jeff terkekeh, “gue pikir lo ngehubungin Yuno karena bini nya ngadu ke lo soal gue yang ambil alih Yuno.”
Gita menggeleng, ia menyembunyikan fakta ini karena Gita enggak ingin Jeff marah. “Ara belum cerita apa-apa sama gue, Jeff.”
Laki-laki itu mengangguk, dan menyesap americano yang Gita pesankan untuknya tadi.
“Dia udah tau kalo ini gue, gue yang kasih tau ke dia kok.”
“Jeff?”
“Apaan?”
“Tolong bersikap baik ke Ara, Kak Yuno itu sayang banget sama dia.”
“Gue tau kok.”
“Pelan-pelan.Ara udah bisa nerima keberadaan lo, Jeff.”
“Belum, Git. Dia gak akan pernah bisa nerima gue. Yang dia khawatirin itu cuma Yuno,” Gita bisa melihat ada sirat kekecewaan di kedua mata Yuno. Itu Jeff yang menunjukkannya.
“Kalau Yuno bisa punya kehidupan yang bahagia, gimana sama gue, Git? Gue juga mau rasain kaya apa yang dia rasain.”
“Jeff..”
“Lo mau bilang juga kalau tubuh ini punya Yuno?”
Gita menggeleng, “maksud gue bukan kaya gitu.”
Jeff mendengus, ia menggelengkan kepalanya pelan. Enggan melihat Gita yang kali ini seperti nampak bingung menghadapinya.
“Terus lo sekarang mau apa? Mau nyari bahagia lo juga?”
“Belum tahu.” Jeff menggedikkan bahunya.
Gita menghela nafasnya pelan, ini lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jeff, gue tau mungkin lo belum bisa nerima Ara di hidup Kak Yuno. Tapi tolong jangan sakitin Ara atau pun Hana, Hana itu sayang banget sama Papa nya Jeff. Lo bisa bayangin gak, gimana kalau ada sikap lo yang bikin dia kecewa sama Papa nya?”
“Gue tau, Git. Hana juga anak gue, lo pikir gue enggak sayang sama dia?”
Gita dan Jeff sempat saling berdiam diri, Jeff memikirkan banyak hal di kepalanya. Begitu pula dengan Gita, dia pikir bicara dengan Jeff kali ini akan sama. Ternyata jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan, Jeff mengimpikan kehidupan sendiri seperti yang Yuno miliki.
“Gue suka sama seseorang, Git.” ucap Jeff, ucapan itu berhasil membuat kedua mata Gita membulat.
apa dia bilang?“
“Jeff.. come on,“
“Udah gue duga reaksi lo bakalan kaya gitu,” Jeff mendengus.