Untuk Sementara Ini (44)
“kamu beneran gapapa nih pergi sendirian, sayang?“
Yuno kembali meyakinkan Istrinya itu sekali lagi, hari ini adalah hari pernikahan Januar dan Elara. Tapi sayangnya Yuno harus membiarkan Istrinya itu pergi sendiri karena Yuno enggak bisa pulang ke Indonesia lagi, ia harus fokus pada koas nya sudah hampir setengah jalan.
“Iya gapapa, Mas. Lagian di sana aku kan enggak sendiri, ada Mas Iyal, Gita, Chaka, Teh Niken, Kevin sama Yves katanya juga datang terus ada Mas Yuda sama Mba Ola juga kok.”
Setelah selesai menggulung rambutnya, Ara memasang anting di kedua telinganya, memastikan dirinya sudah tampak rapih dengan riasan sederhana ala dirinya sendiri. Semenjak Hana lahir, Ara enggak pernah lagi bikin konten. dia juga sudah menyelesaikan semua kerja sama nya dengan brand-brand yang sudah bekerja dengannya.
Ara mau fokus merawat Hana, mungkin sebulan lagi Ara akan kembali ke kampus untuk menyelesaikan study S2 nya lagi. Selama ini Ara ngurus Hana enggak sendirian kok, Ara di bantu sama orang tua Yuno dan juga orang tua nya. Umur Hana pun sekarang sudah 4 bulan, bayi itu sekarang tidur nya sudah lebih lama saat malam, jadi Ara jarang terbangun saat tengah malah. Kecuali kalau Hana benar-benar haus atau buang air besar saja.
“maaf yah,” gumam Yuno.
“Hey, it's okey, Mas. Kok minta maaf sih?” Ara senyum, dia ambil ponselnya dan natap wajah Suaminya itu yang ada di layar ponselnya.
Yuno itu masih sama, masih suka merasa bersalah tiap kali enggak bisa nemenin Ara ke acara-acara yang memang biasanya di hadiri bersama pasangannya. Atau enggak bisa nemenin Ara check up kesehatan Hana.
“Gapapa, ngerasa bersalah aja gak bisa nemenin kamu. Tapi sayang?“
“Iya, Mas?”
“kamu cantik banget. Itu dress yang waktu itu aku beliin pas hari ulang tahun kamu ya?” waktu mereka baru menikah, Yuno memang sempat membelikan Ara dress berwarna dusty pink yang agak kelonggaran di tubuhnya. Tapi sekarang Ara mengenakan dress itu yang tampak pas di tubuhnya, Ara jauh lebih berisi sekarang. Kalau dulu beratnya hanya 42 kg, sekarang beratnya sudah mencapai 47 kg.
“Iya, jadi bagus yah.” Ara berdiri, dia liatin keseluruhan dress itu pada Yuno.
“banget, Istriku selalu cantik. Malah tambah cantik.“
“Ra.. Udah selesai belum? Jadi bareng sama Mas Yud gak?” teriak Yuda dari luar kamar Ara, hari ini Ara lagi menginap di rumah orang tua nya. Kalau Yuda sih enggak menginap, dia memang datang buat menjemput Ara karena katanya Adiknya itu ingin pergi ke pernikahan Januar bareng dengannya.
“Iya jadi sebentar!” teriak Ara dari dalam kamarnya. “Yaudah, Mas. Aku jalan ke resepsinya Janu dulu yah, nanti aku kabarin lagi.”
“hati-hati yah, sayang. Salam buat Januar dan Elara.“
Ara mengangguk. “Iya, Mas.”
Setelah panggilan video itu terputus, Ara langsung turun dari lantai dua kamarnya berada. Hana juga sudah rapih dengan setelan baju berwarna pink, enggak lupa Ara juga masangin Hana bando berbentuk pita. Bayi berumur 4 bulan itu sedang terlelap di gendongan Mbak Ola.
“Cantik banget sih Adiknya, Mbak.” ucap Ola waktu Ara baru turun. Mbak Ola ini emang suka nya muji, beda banget sama Mas Yuda yang kalau muji enggak mau kelihatan muji, Namanya juga Mas Yuda orangnya gengsian.
“Makasih, Mbak juga cantik banget.”
“aunty tadi dedek Hana bobo nya sambil senyum-senyum.” si kembar Alissa dan Alea ini emang senang banget sama anak kecil, kadang Mbak Ola sampai kuwalahan kalau si kembar merengek minta ketemu sama Hana, padahal mereka sedang persiapan untuk pindah ke Surabaya tahun ini.
“Oh, ya? Mimpi apa yah dia sampai senyum-senyum gitu?” Ara ngusap pucuk kepala keponakannya itu.
“Mimpi main sama Kakak Alea kali yah aunty.”
Ara tuh senang banget bisa punya keponakan kembar, sewaktu si kembar baru lahir. Ara tuh sering banget beliin baju dan mainan buat si kembar, apalagi mereka perempuan jadi banyak banget asesoris yang Ara beliin buat mereka, pokoknya Ara paling excited deh selain Bunda waktu itu.
Makanya waktu Mbak Ola tahu anak Ara dan Yuno juga perempuan, Mbak Ola gantian belanja banyak asesoris dan baju bayi buat Hana.
Di perjalanan menuju ballroom hotel tempat Januar melangsungkan resepsi, Ara sempat mengirimkan foto dirinya dan Hana di kursi belakang mobil ke Yuno. Yuno juga sempat membalasnya dengan rengekan dan emoticon menangis, dia bilang kalau dia mau teleportasi agar bisa tiba di Jakarta detik itu juga.
Yuno juga bilang kalau dia enggak tahan buat gak senyum-senyum sendiri karena Ara dan Hana terlihat cantik hari itu. Begitu sampai di ballroom hotelnya tamu-tamu sudah tampak memadati, Ara juga sempat lihat beberapa alumni SMA Bakti Mulya 400 mulai dari angkatannya, angkatan kakak kelas nya sampai angkatan adik kelasnya.
Ada anak-anak dari Universitas Narawangsa juga, tapi kebanyakan dari jurusan Teknik, ya tahu sendiri lah Januar ini memang terkenal banget di jurusannya. Kayanya tiap angkatan ada aja yang kenal Januar, kadang Ara heran tapi sekaligus salut sama Januar karena cowok itu pandai bergaul dengan siapa saja.
“El, Nu, congrats ya, langgeng-langgeng kalian berdua, bahagia terus pokoknya doa terbaik buat kalian berdua.” Ara menyalami kedua pengantin itu. Januar sama Elara tampak serasi, Ara diam-diam juga mengagumi konsep pernikahan mereka.
“thank you, Ra. Makasih banyak udah datang.” Elara meluk Ara, gak lama setelahnya di juga nepuk-nepuk kecil kaki Hana, nyapa bayi itu yang masih tidur di gendongan Ibu nya. Sebenarnya Elara kepengen banget megang pipi Hana atau cium bayi itu, tapi dia enggak berani karena dia habis menyalami banyak orang.
“Bobo yah dia? Gemas banget sih, makin gembul pipinya.”
Ara mengangguk, “pules, kenyang dia, El. Sebelum kesini aku susuin dulu biar enggak rewel. Soalnya habis imunisasi.”
“Ahhh.” Elara mengangguk pelan. “Sehat-sehat terus ya sayang.”
“Doain gue juga dong biar cepet punya kaya gitu juga biar anak elu sama Bang Ril gak main bertiga doang nanti,” celetuk Januar asal.
“Iyaaa gue doain. Semoga kalian berdua cepat nyusul juga momongannya.” Ara terkekeh.
“Ah elu mah,” Elara mulai pengen misuh-misuh tapi dia tahan karena banyak orang yang mau menyalaminya.
Setelah selesai bersalaman dengan kedua mempelai, Ara duduk di meja yang sudah di sediakan khusus untuk anak-anak kosan Abah oleh Januar dan Elara. Ada teman-temannya yang lain juga sedang mengobrol, Ara sudah selesai makan, di sebelahnya juga ada Gita yang sedang sibuk membersihkan sela bibir Elios yang habis makan cake itu.
Bukan Gita enggak memperhatikan sedari tadi kalau Ara beberapa kali terlihat memendarkan pandangannya ke seluruh penjuru ballroom, dia tampak mencari seseorang.
“Dia enggak datang, Ra.” ucap Gita tiba-tiba, ucapan Gita juga lah yang berhasil membuat Ara menoleh ke arah wanita itu.
“Hah?” Ara terkesiap, dia kaget banget tiba-tiba Gita nyeletuk kaya gitu. Emang dia kelihatan banget kalau lagi nyariin orang yah? Pikir Ara.
“Ijul kan?” tanya Gita.
Ara enggak jawab, dia cuma nunduk aja sambil liatin Hana yang masih tidur di dalam stroller nya. Gita sadar ternyata kalau dia nyari Julian, Ara cuma merasa enggak enak saja karena dirinya persahabatan mereka jadi hancur dan Julian juga benar-benar menjauhi teman-temannya. Padahal Julian sama Januar itu dekat tapi Julian rela enggak datang ke acara pernikahan Januar, mungkin cowok itu benar-benar tidak ingin bertemu lagi dengannya, pikir Ara.
“Juleha udah bilang ke Janu kalau enggak bisa datang, dia sekarang kerja di luar kota. dia juga cuma titip salam aja.”
Sebelum hari resepsi Januar, Julian memang sudah menelfon Januar dan mengirimi hadiah untuk pernikahan Januar dan Elara. Karena pekerjaannya yang menumpuk, Julian memang enggak bisa pulang ke Jakarta dan menghadiri resepsi pernikahan Januar.
Januar awalnya agak kecewa karena dia sempat menduga kalau Julian memang benar-benar enggan bertemu Ara, dan memakai alasan itu untuk tidak menghadiri pernikahannya. Tapi Julian akhirnya menjelaskan bahwa dia benar-benar sibuk dan memang sedang berada di luar kota.
Julian sedang si tugaskan ke daerah Sulawesi, Julian itu kerja di sebuah perusahaan riset. Jadi kadang ada beberapa tugas yang mengharuskan Julian melakukan perjalanan keluar kota.
“Gue enggak nyariin Julian, Git.” Ara ngeles. Walau kenyataanya memang mencari Julian, tapi dia berusaha menutupi itu. Dia enggak mau Gita mikir yang enggak-enggak ya walaupun Ara tahu Gita bukan orang seperti itu, tapi tetap saja enggak enak. Biar bagaimana pun juga Gita adalah sepupu dari Suaminya.
“Nyariin juga gapapa, Ijul kan temen kita.”
“Gue paham selain mungkin karena kerja, Julian enggak mau datang juga karna gue. Gue sadar kok, Perasaan dia mungkin emang bukan tanggung jawab gue. Gue cuma ngerasa gak enak aja karena gue persahabatan kita jadi pecah gini.” Ara tersenyum miris.
“Julian lagi belajar berdamai sama keadaan, Ra. Gue yakin dia gak akan kaya gini selama nya, ada waktunya kok kita bisa balik kumpul-kumpul kaya dulu lagi.”
Di tempatnya Julian tersenyum waktu dia lagi buka sosial media miliknya dan mendapati foto-foto pernikahan Januar terdapat di beranda paling atas sosial media miliknya. Januar yang mengunggahnya, ada foto-foto teman-teman mereka juga.
Hari itu semuanya tampak tersenyum, membawa pasangan mereka masing-masing dan hanya kurang dirinya saja. Tapi yang membuat hati Julian menghangat adalah, ketika Chaka membawa tablet yang menampilkan foto Julian. Foto itu seolah-olah menggantikan ketidakhadiran Julian di sana, ternyata teman-temannya itu masih perduli dengannya dan tidak melupakannya meski sekarang Julian sedang kabur.
Di foto itu, Julian juga melihat Ara dan bayi perempuan yang di gendongnya. Ara sudah melahirkan teryata, Julian lega karena semua tampak baik-baik saja tanpa dirinya.
Jika di tanya Julian sudah berdamai dengan keadaan atau belum, tentu saja dia sedang berusaha untuk itu. Ada malam-malam berat dimana dia merindukan Jakarta, Bandung dan teman-temannya.
Tapi baginya, biar saja sekarang seperti ini. Hati nya lebih banyak tenang dan Julian merasa perlahan-lahan luka nya mulai mengering, ya. Julian harap akan ada hari dimana dia berani pulang ke Jakarta dan berkumpul bersama teman-temannya kembali.
Sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya, Julian menekan tanda hati di sana sebanyak dua kali. Dia menyukai unggahan Januar meski tidak ada dia di sana, Julian juga bisa ikut merasakan kebahagiaan mereka.
Semoga hari dimana dia bisa berdamai dengan semuanya bisa segera tiba.
Selesai