Zoom

Historia masuk ke dalam ruang zoom nya, dia menatap layar laptop nya bingung. Kamera Reiner menyala tetapi layarnya hitam mic nya juga menyala tapi tidak ada suara.

“Halo? Rei? Kok layar hitam?” Tanya Historia.

Tiba tiba kamera Reiner mati, hanya mic nya saja yang menyala.

“Loh? Kok kameranya mati”

Tidak lama kemudian Historia mendengar suara seperti barang barang jatuh, suara gedebak-gedebuk nyaring.

“Rei?” Panggil nya sekali lagi.

Mic Reiner masih menyala, hanya saja kameranya mati. Daritadi Historia memanggil pun tidak ada respon. Tidak biasanya seperti ini, biasanya Reiner sudah stay di depan kameranya dengan buku miliknya.

Tiba-tiba Historia mendengar suara bentakan yang agak jauh dari seberang sana, tapi masih bisa terdengar olehnya.

“Goblok lo!”

“Lo yang goblok, dimana lo taruh nya”

“Ya tadi gue taruh di meja sini!”

“Yaudah cari disitu lah jangan ngata-ngatain dong”

“Aelah anjrit anjrit”

Historia yang panik mendengar suara pertengkaran itu segera menoleh ke sebelah nya, menghadap gadis yang sedang berbaring santai di kasur Historia. Gadis itu adalah Ymir, yang saat ini sedang berada di rumah nya.

“Ini gimana?” tanya nya sambil berbisik kepada Ymir.

“Apanya gimana?” tanya Ymir balik sambil berbisik.

“Itu Reiner kameranya mati tapi mic nya nyala, suara orang berantem”

Ymir terdiam beberapa saat dia yang tadi sedang baring di atas kasur Historia lalu bangkit dan duduk.

“Ya.. coba lu panggil dia dah”

“Udah tapi daritadi ga ada respon”

Lalu tidak lama kemudian kamera Reiner menyala, disana terlihat seorang pria dengan penampilan yang berantakan.

“Hey, halo his” sapa nya sambil tersenyum kikuk.

“Halo Rei” balasnya.

Mereka berdua diam beberapa saat, hingga akhirnya Historia membuka suaranya.

“Rei, kamu gapapa?”

“Hah? Gapapa gimana?”

“Itu tadi kamera mu gelap tiba tiba jadi mati aku panggil panggil ga nyahut terus maaf aku tadi ga sengaja denger suara orang berantem”

Reiner terdiam sejenak lalu dia tertawa, “Ah itu ya... Itu gapapa his hahahaha” balas Reiner sambil tertawa.

Historia bingung dengan orang yang berada di depannya ini, katanya gapapa tapi kok tadi suara berantem? Mana sekarang orangnya ketawa ketawa lagi.

“Hm... His?” Panggil Reiner.

“Iya?” Historia mengangkat kepalanya menghadap ke Reiner.

“Maaf gue tiba tiba ngirim link zoom, disini itu gue bukan mau minta ajarin lu, tapi gue mau ngomong sesuatu”

“Ohh ya? Apa itu?” Tanya Historia sambil memindahkan buku miliknya kesamping yang tadi berada di depannya.

“Lihat gue dulu sini dong, masa ngurusin buku”

“Eh iya maaf maaf, ini aku liat”

“Jadi gini His, kita udah temenan berapa lama ya? Dari kelas 10 kita udah sekelas sampe sekarang kita kelas 12 akhir nih. Maaf nih tapi gue suka sama lo semenjak kelas 10, lo... mau ga jadi pacar gue? Ya kalo gamau juga gapapa sih”

Historia terdiam sejenak mendengar ucapan Reiner, dia tidak menyangka jika Reiner menyukai nya selama ini. Selama 3 tahun ini. Historia menoleh ke sebelahnya menatap ke arah Ymir. Dia menoleh dengan tatapan seolah-olah berkata gimana ini?

“Ya udah terserah lu aja mau di terima apa ngga” balas Ymir sambil berbisik.

“His? Gimana?” Panggil Reiner.

“Em? Eh itu.. makasih ya Reiner sudah suka sama aku. Maaf juga kamu jadi nunggu sampai 3 tahun, Rei... aku terima” Ucap Historia sambil tersenyum malu malu.

“Terima apa?” Tanya Reiner.

“Ihh.. ya ituu”

“Hahahaha okee terimakasih ya Mba pacar” ucap Reiner sambil menekan kata Pacar.

Historia rasa wajahnya sudah seperti kepiting rebus sekarang, wajahnya memerah malu.

Tidak lama kemudian muncul pemuda jangkung dari belakang Reiner, itu adalah Bertholdt sahabat Reiner.

“Ciee selamat yaa kalian berdua” ucapnya.

Ymir juga tiba tiba muncul dari sebelah Historia sambil bertepuk tangan.

“Jiakh selamat Rei His. Selamat ya Rei rencana nya berhasil”

“Jadi.. ini rencana kalian bertiga?”

Sedangkan yang ditanya hanya cengar-cengir saja.

“Terus yang berantem tadi? Itu rencana kalian juga”

“Iya his, maaf ya yang tadi itu boongan aja gue eh aku berantem sama Bertholdt”

“Cieee aku kamu an” Ucap Bertholdt dan Ymir bersamaan.

Sedangkan keduanya yang di cie-cie in salting sendiri.