Bantuan
GUARDIANSHIP 28
Tidak ada kerjaan yang harus diurus, Donghyun melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Melirik satu per satu kamar pasien sekaligus mengecek keadaannya. Menyesap aroma obat yang sudah biasa menyapa penciumannya.
Pandangannya mengintip ke aula. Beberapa pasien sedang mengikuti salah satu kegiatan rutin disana. Mereka diajarkan untuk merajut dan menjahit. Membuat beberapa kerajinan dari kain. Joochan juga berada disana.
Senyuman di wajah Donghyun terlukis melihat Joochan sudah bisa melakukan interaksi dengan orang sekitarnya. Tanpa lagi harus bergantung pada dirinya. Dengan seperti ini, Donghyun sudah bisa melepaskan Joochan untuk dijaga oleh orang lain.
Merasa tidak ada pekerjaan yang membutuhkan dirinya, Donghyun pergi. Berniat meninggalkan aula dan meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda. Akan tetapi, seseorang menahan langkahnya.
“Donghyun, dicari Joochan”
Tubuhnya tak jadi beranjak. Badannya berbalik dan beradu pandang dengan Joochan. Yang berada di dalam sana hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.
“Kenapa Joochan?”
Benang dan jarum yang berada dalam genggamannya diperlihatkan pada Donghyun.
“Kenapa gak minta bantuan sama yang lain?”
Joochan hanya menggelengkan kepalanya. Dengan penuh kesabaran, Donghyun menuruti keinginan Joochan. Hanya memasukan benang ke dalam jarum tidak sulit.
“Makasih”
Sebuah kecupan manis mendarat di pipi Donghyun. Kecupan itu cukup mengejutkan. Tatapan mengherankan diberikan pada Joochan yang sedang melanjutkan kegiatannya.
“Kenapa?”
Giliran Joochan yang bertanya.
“Kenapa harus dicium kayak tadi?”
“Bomin bilang kalo kita dapet bantuan harus ngasih hadiah sebagai ucapan terima kasih. Bomin biasanya cium aku di pipi juga”
“Kalo dibantu orang lain kamu juga kasih mereka ciuman di pipi?”
“Engga, cuma kamu aja”
“Kok gitu?”
Joochan mengangkat kedua bahunya terlebih dahulu.
“Joochan maunya gitu. Salah gak?”
Tatapan polosnya diberikan pada Donghyun hingga menghentikannya untuk membuat kerajinan.
“Engga kok. Lanjut aja”
Ketika akan kembali berdiri, tangannya tertahan. Donghyun menyamakan kembali posisinya dengan Joochan sembari mengangkat dagunya sebagai sebuah pertanyaan.
“Temenin disini, Joochan kangen”
Deru napasnya berusaha ditenangkan. Mengingat pekerjaan yang memang tidak terlalu menumpuk, Donghyun akhirnya mencari posisi yang nyaman untuk menemani Joochan.
Menatap pria yang dulu pernah mengisi hatinya dengan lekat. Ah, tidak. Sampai sekarang sebenarnya ruang kosong di hatinya masih tersedia untuk Joochan. Hanya saja, Donghyun berusaha menghargai kekasihnya. Perjuangan Jangjun untuk meluluhkan hati Donghyun juga patut diapresiasi.
“Lagi sakit ya? Kok pucet?”
Gelengan pelan diberikan beserta senyuman yang sedikit tertahan. Perutnya tiba-tiba merasakan perih. Kepalanya juga sangat berat. Donghyun mengabaikan sarapan dan makan siang.
Begitulah Donghyun, jika ada masalah yang menggelayuti jiwanya tak akan ada makanan sedikitpun yang akan disantap. Pikirannya hanya terus membayangkan tentang semua peluang yang akan terjadi di masa depan untuk menyelesaikan masalahnya.
“Ikut Joochan!”
Tanpa izin, pasien tersebut meninggalkan kelas yang sedang berlangsung. Menggapai pergelangan tangan Donghyun dan menariknya. Menyuruhnya untuk mengikuti langkah tanpa berkomentar sedikitpun.
“Mau apa, Joochan?”
“Makan dulu. Joochan gamau Donghyun sakit”
Sebungkus roti yang entah darimana asalnya diberikan oleh Joochan. Mereka sudah berada di kamar milik Joochan. Sepertinya, roti ini memang seharusnya disantap Joochan.
“Kamu aja yang makan”
“Gamau! Jangan sakit, Joochan gamau ditinggal”
“Ditinggal?”
“Iya! Biasanya kalo Joochan panggil Donghyun pasti dateng tapi sekarang gaada. Pasti yang dateng perawat yang lain. Joochan gak suka! Joochan bikin salah ya? Maaf”
Gawat, sepertinya hati Donghyun akan segera luluh jika mereka tidak segera berpisah.
“Joochan gamau ditinggal. Janji deh, Joochan bakal makan tepat waktu, mau minum obat, terus rajin juga masuk kelas. Tapi, janji juga jangan ninggalin Joochan”
Entah kondisi Joochan sedang sadar atau tidak, tapi Donghyun merasa tersentuh. Dulu, dia memang pernah terpaksa meninggalkan Joochan. Apakah sekarang dia juga harus meninggalkan Joochan kembali?