180.

Lalitha POV

Aku membulatkan mataku setelah melihat pesan yang dikirim oleh Nahen.

“Sayang?”

Kami kan hanya berpura-pura, haruskah sampai memanggil sayang?

Aku beranjak dari kasurku, melihat ke luar jendela. Benar saja dia ada di luar. Ponselku terus berdering, Nahen terus meneleponku.

Aku tidak tahu kenapa aku bisa marah karena hal ini? Rasanya aku benar-benar seperti tidak di anggap olehnya. Padahal aku kan hanya berpura-pura, tapi kok rasanya sakit sekali?

Dengan rasa malas aku turun dan membukakan pintu untuk Nahen.

“Na, buka gerbangnya sendiri ya, susah,” teriakku dari depan pintu utama.

Nahen membuka gerbang lalu memasukan motornya ke halaman rumah. Setelah itu ia menghampiriku.

“Tha, ini pesenan lo,” ucap Nahen sembari memberikan katung kresek berisi makanan kepadaku.

Aku tidak meresponnya. Aku berlalu meninggalkannya ke dalam rumah dan dia mengikutiku.

“Th, lo marah?”

“Lo pikir lah sendiri,”

“Tha, maaf jari gue ini emang harus di ganti kayanya,”

“Gue harus jawab apa sama temen gue, Na? Mereka nanya ke gue.”

“Jawab aja gue iseng, selebihnya gak usah di gubris,”

Aku tidak meresponnya dan kembali berjalan menuju arah kamarku. Tiba-tiba aku merasakan Nahen memelukku dari belakang.

“Tha, udah dong jangan marah, aku minta maaf ya? Sayang.”

Aku berusaha melepaskan pelukan itu.

“Na, lo terlalu berlebihan ga sih? Kita cuma pura-pura.”

“Lima menit Tha, biarkan gue menikmati ini. Biarkan gue totalitas menjadi pacar lo walau gue tau ini hanya hubungan palsu,” ucapnya dengan suara berat.

Jantungku berdegup sangat kencang setelah mendengar ucapan Nahen tersebut.

Ini sangat gila, suasana ini membuatku gila. Terlebih lagi suara berat Nahen yang tersengar sangat sexy di telingaku.