1O3

Lalitha pelan-pelan membuka pintu utama rumahnya, melangkahkan kakinya masuk ke rumah tersebut dan menutup pintu itu pelan-pelan. Saat berbalik badan Lalitha tersontak kaget melihat Haris duduk menunggu Lalitha di ruang tamu.

Haris adalah Ayah Lalitha. Sebenarnya dulu Haris tidak sekeras ini kepada Lalitha. Haris adalah tipe seorang ayah yang sangat lembut terutama pada Lalitha. Semenjak kejadian yang menimpa putra pertamanya yaitu Nathan, Haris dan Gloria berubah.

“Dari mana kamu?!” bentak Haris

Lalitha menghela napas pelan, “Loh kan papah sama mamah yang nyuruh aku keluar dari rumah kemarin.”

Haris berdiri dari duduknya, menghampiri putri satu-satunya yang ia miliki. “Kamu ini perempuan. Ngapain kamu berantem di sekolah, Litha? Kamu di panggil BK loh.”

“Malu-maluin keluarga aja,” lanjutnya.

“Kalau malu punya anak kaya aku, coret aja aku dari kartu keluarga Pah, biarin aku hidup sendirian,” balas Lalitha

“Papah gak pernah intropeksi diri apa? Didikan Papah ke aku itu gimana? Apa dengan kekerasan, bentak-bentak aku itu bakal buat aku lebih baik? Mental aku ga baik Pah, aku kangen kita yang dulu, kangen Papah yang selalu perhatian sama aku,” ucap Lalitha sambil menangis. Ia tidak bisa menahan air matanya.

“Soal Kakak, Kakak emang udah takdirnya seperti itu Pah, kenapa kalian gak pernah mau nerima atas kematian Kakak? Kenapa masih nyalahin aku padahal udah jelas-jelas itu ulahnya sendiri bukan ulah aku, aku gak pernah masukin serbuk itu ke minuman Kakak, engga pernah!” lanjut Lalitha.

Haris mencengkram lengan Lalitha dengan keras menahan diri agar tidak memukul Lalitha.

“Masuk kamu ke kamar!” titah Haris.

“Asal Papah tau kenapa Kak Nathan bunuh diri, itu karena ulah kalian,”

Lalitha melepaskan cengkraman tangan Haris, lalu ia berjalan masuk ke kamarnya.

Haris cukup tercengang, ia tidak menyangka kalau kata-kata itu keluar dari mulut putri kecilnya.