Bride to be

Setelah Shane menjemput Litha yang sedang berada di kantornya. Shane segera melajukan mobilnya menuju toko kue, tapi sebenarnya toko kue itu adalah alasan. Shane, Jovan, Arkasa, dan Aurellio telah merencanakan sesuatu.

Sisi lain Nahen dan teman-temannya pun sedang dalam perjalanan menuju tempat yang sudah ditentukan.

Litha mengernyit, bertanya heran pada Shane “Kok hotel, Sha? Katanya kita mau ke toko kue?”

“Duh gue.. ini, a-anu, ada janjian sama orang disini.” jawab Shane dengan terbata.

Shane mulai memarkirkan mobilnya, sekali-kali Shane melihat sekitar parkiran untuk memastikan Jovan sudah sampai atau belum. Ia mengehla napas lega melihat mobil Jovan ada di deretan ke 3 dari ujung parkiran di depan tempat ia memarkirkan mobilnya.

“Ikut yuk, temenin,” ajak Shane.

“Gak, gue disini aja, sebentar kan?”

“Gue takut, Tha, ayo,”

Litha memutar bola matanya malas. “Ya sudah.”

Akhirnya mereka pun turun, memasuki lobby hotel, menaiki lift untuk sampai di kamar yang telah di tentukan.

“Sha, lo janjian sama siapa dah ko ke kamar? Lo open BO ya anjir?”

“Sembarangan kalo ngomong! Pake bismillah dulu kek,”

“Bismillahirahmanirahim, lo open BO?”

Shane menggelengkan kepalanya. “Tha, gue tahu kalau gue udah gak suci lagi, tapi gue gak mungkin sampe open BO” lirih Shane.

Litha menepuk mulutnya, sungguh mulutnya saat ini sangat kejam. Bisa-bisanya ia mengeluarkan kata-kata itu. “Sha, sorry gue asal nyeplos.”

“Gak apa-apa, santai kali,”

Tak disadari mereka akhirnya sampai di kamar tersebut. Kamar nomor 403. Shane mengetuk pintu kamar itu dan tak lama kemudian pintunya terbuka memperlihatkan 4 lelaki di dalam sana.

“Selamat datang tuan putri, silahkan masuk” ucap Jovan sambil membungkukan badannya sedikit mempersilahkan mereka masuk bak tuan putri.

Shane dan Litha masuk ke dalam kamar tersebut. Kamar itu telah terhias dengan dekorasi ala bride party dengan banyak balon gold dan putih yang terbang menyentuh atap kamar.

Bride to be

Begitulah tulisan yang terlihat di tengah-tengah tembok kamar.

“Kalian, ya ampun,” ucap Litha.

Arkasa membawa kue cupcake yang terhias oleh bentuk seorang perempuan dan laki-laki yang sedang bersama. “Melepas masa lajang bro and sis.”

Bride party gak seru kalo gak coret-coret muka iya gak sih?” sambung Shane sambil memegang Lipcream di tangannya.

“Wah boleh tuh!” seru Jovan.

“Lo bawa banyak gincu gak, Sha?” tanya Aurel.

Seketika Shane membuka dan membalikan tas nya agar semua isi tas nya keluar, lipstick dan lipcream nya berhamburan.

Arkasa, Jovan dan Aurell melihat satu sama lain dan tersenyum seperti telah memenangkan lotre. Sisi lain Litha dan Nahen hanya bisa tersenyum pasrah melihat kelakuan teman-temannya ini.

“Sabar ya,” ucap Nahen sambil mengelus kepala Litha.