Dihukum

Benar saja. Lalitha, Shane, Raina, Nahen, Jovan, Arkasa, Aurellio di panggil ke BK. Mereka menerima hukuman untuk membersihkan seluruh lingkungan sekolah saat jam pelajaran selesai.

“Anjrit dah napa gua disini sih padahal gua ga ikutan berantem.” Cetus Shane seraya menyapu lapangan sekolah.

“Ya karena lo nyamperin Jovan kemaren malem, ada cepu biasalah,” ucap Arkasa.

Jovan menghampiri Shane yang tengah kesal lantaran ia juga ikut di hukum. “Sini aku aja yang nyapu, kamu duduk gih minum dulu, cape kan?” ujarnya.

“BUCIN ANJENG,” teriak Arkasa.

“WOEY PAAN NIH BUCEN BUCEN,” lanjut Nahen.

“Iya nih hargain yang jomblo,” balas Aurellio.

Jovan memelototi mereka. Nahen, Arkasa, dan Aurellio membuang muka mereka dan kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Sisi lain Lalitha dan Raina sedang mencabuti rumput di pinggir lapangan. Mereka mencabuti rumput itu sambil bertatapan. Ya, apa lagi kalau bukan tatapan tajam penuh dendam.

“Gara-gara lo nyet,” cibir Lalitha.

“Ya lo emang kegatelan kaya ulet bulu,”

Lalitha menaikan nada bicaranya, “Apa lo bilang?!”

“Lo kegatelan,” jawab Raina.

“Dari pada lo udah di kasih satu cowo baik malah milih yang brengsek cih,” cetus Lalitha.

“Lalitha, Raina, bersihin yang bener!!” teriak Ibu guru yang mengawasi mereka.

“Iya Bu,” jawab mereka berbarengan.

“Tapi beneran bukan lo yang ngirim menfess kalo gue suka dikasih duit sama Kainan?” tanya Lalitha.

Raina berdalih, “sumpah demi Tuhan, kalo gue bohong kereut ceuli aing,”

“Terus kalo bukan lo siapa coba?” tanya Lalitha heran.

“Nih ya walau gue bisa dibilang balangsak jelemana nya, tapi sumpah aing teu kitu sanajan aing geleuh ka maneh Tha. Gue cuma mau bilang dah, biasanya orang yang kaya gitu adalah orang terdekat lo dan biasanya dia munafik,”

Lalitha hanya mengangguk memikirkan jawaban dari Raina.

“Hati-hati aja Tha, terkadang orang yang paling jahat itu adalah orang yang paling deket sama kita, karena dia tau apa kelemahan kita,” lanjut Raina.