H-4

Setelah menerima pesan tersebut Litha bergegas menemui Shane, karena takut terjadi sesuatu padanya seperti dulu. Tentu saja ia sendirian sesuai dengan permintaan sang pengirim pesan, tanpa memberitahu siapapun juga.

Sesampainya di tempat tersebut, Litha melihat sekitar untuk memastikan apakah titiknya sudah sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh si pengirim pesan. Litha merasakan perasaan tidak enak saat sampai di tempat tersebut. Gedung ini kumuh, sangat seram sepertinya sudah ditinggalkan bertahun-tahun. Jika Litha adalah anak indigo pasti ia sudah melihat banyak penghuni tak kasat mata disini.

Litha mengirim pesan untuk memberitahu kalau ia sudah sampai ditempat tersebut.

Ting. Suara pesan masuk.

Naik ke lantai 5, pastikan kamu sendirian.

Begitulah isi pesannya. Litha bergegas keluar dari mobilnya dan segera menuju ke lantai 5 gedung tersebut. Jangan harap ada lift disini, listrik pun sepertinya tidak berfungsi. Litha hanya mengandalkan tangga untuk sampai ke lantai 5. Cukup menguras tenaga. Saat menaiki anak tangga terakhir untuk mencapai ke lantai 5, terlihat Shane yang sedang duduk dengan tangan diikat dan mulut yang disumpal oleh kain. Sudah terlihat pelaku atas kejadian ini ialah Kainan! Ya, Kainan. Ternyata ia belum puas juga mengganggu hidup Shane dan dirinya. Kaina tidak sendirian, terlihat ada 2 orang yang menemaninya, Litha sepertinya kenal, perawakan mereka seperti Faizal dan Rais.

“Waw, cepat dari perkiraan,”

“Lepasin Shane, mau lo apa? Gue turutin.”

“Gue denger lo mau nikah, Tha. Wah congrats ya.”

“Oke, thanks, jadi maksud lo untuk semua ini apa?”

“Gue gabut doang sih anjir, gue ga rela putus dari Shane, begitupula gue gak rela lo mau nikah sama Nahen bajingan itu, gue dendam sama calon suami lo,”

Sorry, bajingan? Lo ngatain diri sendiri, Nan?” ledek Litha.

Raut muka Kainan berubah, awalnya ia menyeringai tiba-tiba menjadi datar. Ia menempelkan pistol yang sedari tadi ia pegang ke kepala Shane dan itu membuat Shane ketakutan.

“Maksud lo? Lo gak mau kan temen lo yang satu ini mati?”

“Oke, sorry, sekarang mau lo apa? Lo mau uang? Gue transfer sekarang juga,”

“Gue gak perlu uang, gue ingin milikin lo dan Shane,” ucapnya tanpa dosa.

“Ih sinting lo demi apapun, sakit lo,”

Kainan kini mendekatkan dirinya kepada Litha, saat selangkah lagi mendekat kepada Litha tiba-tiba terdengar suara sirine polisi. Lantas semua tersentak kaget. Kainan panik karena terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, ia mengeluarkan sapu tangan yang berisi obat bius dan menempelkannya pada hidung Litha dan akhirnya Litha pun pingsan karena mengidup obat bius yang terakndung dalam sapu tangan tersebut.

Kainan membawa Litha pergi dibantu oleh Faizal dan Rais, mereka pergi meninggalkan Shane sendiri di tempat tersebut hingga akhirnya polisi menemukan Shane. Terlihat pula Nahen mengikuti di belakang polisi tersebut. Melihat Shane yang terikat, Nahen segera menghampirinya dan membuka ikatan tersebut.

“Litha mana? Lo gak kenapa-kenapa kan?” tanya Nahen dengan napas tersenggal karena berlari.

“Gak tahu, tadi dibawa sama Kainan, Gue gak kenapa-kenapa,”

Nahen memberikan minum pada Shane. “Minum dulu, tenangin diri,”

“Kainan brengsek!” umpat Nahen.

“Pak, ini ponsel siapatau punya Neng ini,” salah satu polisi memberikan ponsel warna violet. Yaitu ponsel milik Lalitha.


Sebelumnya

Nahen terus mencoba menghubungi kekasihnya. Namun nihil tidak ada jawaban. Melacak lokasinya pun tidak bisa karena ponsel Litha mati, tiba-tiba ia teringat kalau ia memasangkan GPS di mobil yang ia berikan kepada Litha sebagai hadiah ulang tahunnya, GPS itu tersambung pada ponsel Nahen.

Ia melihat titik lokasinya berada di sebuah tempat terpencil, Nahen mencari lokasi tersebut di Google, dan ternyata lokasi tersebut adalah lokasi gedung tua yang sudah terbengkalai cukup lama. Ia bingung, apa yang kekasihnya lakukan disitu? Nahen mempunyai firasat tidak enak. Akhirnya ia pergi dari kantor untuk menyusul kekasihnya itu, karena mempunyai firasat buruk, Nahen menghubungi polisi untuk berjaga-jaga.